1 - Perkenalan

3.6K 142 10
                                    

Udara masih begitu dingin, ketika aku mulai menghabiskan masa liburan panjang kemarin. Hari ini adalah hari dimana aku harus mulai lagi rutinitas seperti biasa sebagai seorang pelajar.

Namaku Aresya Tania, dipanggil Tania. Aku adalah gadis yang tidak banyak bicara. Aku memiliki tubuh yang tinggi, rambut berwarna hitam panjang, dan kulit berwarna putih. Aku jarang tersenyum jadi tidak heran kalo aku tidak memiliki banyak teman. Malah bisa di bilang aku hanya memiliki satu teman namanya Marsya.

Marsya memliki sifat kebalikan dari diriku. Dia adalah gadis cantik yang lembut dan ramah juga memiliki ukuran tubuh yang lebih mungil dariku, rambutnya panjang berwarna kecoklatan dan berkulit putih,ia selalu memakai kacamata bulat. Dia memiliki banyak teman. Aku dan dia adalah sepupu dan rumah kami saling berdekatan hanya terpisah 5 rumah.

Aku melihat arloji di tangan, sudah menunjukan pukul 06.00 tapi mobil jemputanku belum bergerak. "Om, kok belum jalan sih?"tanyaku

"Kita tunggu Marsya dulu!"jawabnya. "Nah, itu dia."lanjut Pak Supir segera menyalakan mesin mobil.

Aku melihat Marsya berlari kencang dan segera masuk ke dalam mobil. "Maaf, Tan. Gue telat bangun tadi, soalnya tadi malam gue lembur ngerjain daftar calon OSIS baru. Sorry ya!!"katanya duduk di sampingku.

"Hmm.."kataku berarti iya. Dia tersenyum. Aku menggunakan earphone sambil melihat ke arah luar kaca. Kadang sesekali melihat ke arah Marsya yang sedari tadi merapihkan rambut panjangnya yang terurai dengan cepat menguncirnya.

Marsya menepuk pundakku, aku menoleh dan melepaskan earphone. "Tan, katanya kita sekelas sama cowok famous yang baru-baru ini dibicarakan."

"Terus?"kataku tak peduli

"Ya, lo bersyukur dong!!"ucapnya sebal.

Marsya menatapku jengkel dan menjenggol bahuku, "Ah.. lo mah gak asik banget."

Saat sampai di sekolah, seperti biasa Marsya turun dari mobil dan berlari meninggalkanku sendiri di dalam mobil. Aku melihatnya tertawa bersama teman-temannya saat berjalan masuk ke sekolah. "Tania, kenapa gak ikut Marsya?"tanya Pak Supir. Aku menggeleng dan segera keluar dari mobil dengan mengenakan earphone. Berjalan sendirian.

Sampai di kelas aku melihat segerombolan siswi menutupi seseorang yang sedang duduk. Sepertinya dia yang di bilang Marsya, tanpa pedulikannya. Aku duduk di paling pojok belakang, memulai membaca sambil menunggu pelajaran pertama dimulai.

Entah kenapa, cowok famous itu langsung pindah duduk di depanku sambil menghadap ke arahku dan menatapiku. Aku menatapnya mengamati. Aku mengakui dia famous karena dia memiliki wajah tampan dengan rahang yang tegas, kulit putih, bertubuh atletis dan juga mata yang indah.

Aku membaca bukuku kembali. Tapi, cowok itu terus menatapku sambil berbicara.

"Lo ngomong sama gue?"kataku yang baru saja melepaskan earphone, jujur aku risih melihat wajahnya yang terus ngoceh. Dia tertawa dengan manis yang berhasil membuat mataku tidak berkedip.

"Iyalah, lo murid baru??" tanya lagi. Aku menggeleng cepat. "Kok gue gak pernah lihat lo??"katanya. Aku hanya tersenyum kecil.

"Nama lo siapa?"katanya mulai berkenalan dan mengulurkan tangan.

"Tania,"kataku membalas tangannya, baru kali ini ada yang mengajakku berkenalan duluan.

Tangannya sangat hangat. "Hey,"sapa Marsya yang tiba-tiba datang. Yang membuat aku cepat-cepat melepaskan genggamannya. Dan lanjut membaca buku, Marsya mengajaknya ke kantin. Meninggalkan aku sendiri.

Hari ini adalah pertama kalinya aku menatap seseorang terlalu lama kecuali Marsya. Rasanya aneh.

Sepulang sekolah, seperti biasa aku menunggu Marsya di mobil. Semenjak ia menjadi Ketua OSIS kami pulang ke rumah menjadi lebih lama.

"Duh, capek banget!!!"keluh Marsya yang baru saja datang.

Akhirnya mobilnya berjalan meninggalkan sekolah. Aku mendengarkan musik entah kenapa teringat dengan cowok itu. Sayangnya, aku belum sempat tahu namanya. "Marsya,"panggilku.

"Bentar, Tan."katanya asyik melihat handphonenya. "Kenapa?"lanjutnya.

"Cowok famous itu namanya siapa?"tanyaku ragu-ragu.

"Arkan"jawabnya. "Oh."

"Tumben, lo nanya begituan?"kata Marsya senyum-senyum.

"Cuma mau tahu doang," Aku memalingkan muka ke arah jendela.

"Gak ada maksud lain?"tanya Marsya sambil terkekeh. "Apaansih"kataku tersenyum malu.

Beberapa menit kemudian, Marsya memasang wajah ragu. "Ada yang lo mau omongin?"tanyaku.

"Oh ya, Tan. Gue mau ngajak lo jadi pengurus OSIS. Lo mau ikut gak?"tanya Marsya sambil tersenyum.

Aku menatapnya tajam. "Gue tahu, lo paling gak suka sama organisasi. Tapi, ini kesempatan buat lo berubah!"katanya sambil memegang tanganku.

"Maksud lo apa?".

"Gue gak enak ngelihat lo sendirian terus. Gue mau lo punya teman selain gue,"katanya

"lo risih sama gue?". Aku menatapnya heran. Aku segera keluar dari mobil yang baru saja sampai. Marsya menarik tanganku "Maaf, Tan. Maksud gue bukan gitu. Gue mau lo jadi lebih baik kayak Tania yang dulu.Plis.. sekali ini aja lo ikutin perkataan gue,"jelasnya dan memberikanku sebuah kertas formulir pendaftaran. Marsya pergi begitu aja.

*******

Setelah aku berpikir panjang, Marsya benar aku harus berubah.

"Nih, kertasnya!!"kataku memberikan pada Marsya dan bergegas masuk kelas.

Marsya menatap kertas itu tidak percaya. Dia berlari memelukku. "Makasih,"ucapnya langsung pergi. Aku tersenyum tipis.

Aku duduk di belakang seperti biasa sambil membaca buku. Saat jam istirahat aku memakan bekalku di kelas. Aku melihat seorang cewek berlari terburu-buru.

"Guys, udah lihat mading belum?"ujar perempuan itu kepada teman-temannya.

"Belum, emang kenapa?"tanya temannya.

"Daftar anggota OSIS baru!"serunya sambil menjerit dan mereka segara pergi untuk melihatnya.

Aku kaget mendengarnya, dan langsung berjalan mengikuti mereka. Papan Mading ramai di kerumunin orang-orang. Saat aku berada di depan kerumunan, semua orang menatapku aneh. Mereka langsung menjauh dari papan tersebut memberiku jalan untuk melihat. Aku melihat namaku masuk ke dalam daftar tersebut. Aku tersenyum kecil.

"Kok bisa ya, orang kayak lo ke pilih jadi OSIS?"Seru seorang cewek. Aku pura-pura tidak mendengar dan tetap melihat ke arah mading.

"Bersosialisasi aja gak bisa, otak aja pas-pasan, punya bakat apa lo?"tanya cewek itu meremehkan. Aku hanya menunduk berjalan menghindari keramaian dan cewek tersebut.

"Woy, gue nanya di jawab dong!"serunya mendorong tubuhku. Aku terus menuduk.

Bersambung...
-------------------
Terima kasih telah baca! Semoga suka..

Not Perfect (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang