5 - kamu pergi?

1.1K 84 6
                                    

"Enggaklah, gue cuman bingung aja pas lo tiba-tiba kesal gitu mukannya,"kataku jujur.

"Bohongkan lo?". Wajahnya mendekat ke arahku dengan tatapan curiga. Aku menggeleng cepat. Zoyu tersenyum.

"Zoyu di lihat dari dekat ganteng juga ya...,"pikirku. "What?? Gue barusan mikir apaansih?"batinku.

Bu Endah berjalan memasuki kelas, membuat aku dan Zoyu kembali menatap depan. Aku menaruh kepalaku di meja dengan tangan menyilang untuk membantu menutupi wajahku. Entah apa yang terjadi saat Zoyu menatapku sangat dekat membuat jantung ini bekerja lebih cepat.

*********

Pukul 19.00 saat Tania sedang mengerjakan PR, dia teringat sesuatu. Dan segera menelepon seseorang. "Kapan kamu pulang,Mar."kataku membuka percakapan di telepon.

"Sepertinya 3 hari lagi, aku belum tahu,"kata Marsya dari seberang sana.

"Aku kangen kamu, kapan kita bisa main bareng lagi?"ucapku dengan suara lembut.

"Iya, Pasti. Nanti saat aku sembuh,"katanya dengan sedikit serak, sepertinya dia seperti menahan tangis.

"Kapan?"tanyaku tak sabaran.

"Entahlah,"jawabnya dengan sedikit tersedu.

"Kamu kenapa?"tanyaku mulai kawatir karena mendengar suaranya yang mulai berubah.

"Gapapa kok, udah ya Tan. Aku mau tidur,"kata Marsya

"Good night."kataku dan Marsya menutup telepon.

Saat aku tertidur, di tengah malam Ibu membangunkanku."Tan, cepat kita harus ke rumah sakit,"ucap ibu dengan terburu-buru. Aku langsung bangun dengan bingung. "Kenapa memangnya, Bu?"tanyaku heran.

"Marsya koma, Tan."kata Ibu dengan suara lantang. Aku termenung masih tidak bisa mencerna omongan ibuku. "Ini gak mungkin,"gumamku dalam hati. Hatiku terasa sangat sakit mendengarnya. Perih.

"Aku lagi mimpi kan?"tanyaku pada ibu. Aku mulai mencubit tanganku dengan kencang.

"kenapa rasanya sakit, enggak ini enggak mungkin"batinku sambil menggeleng.

Aku segera mengambil jaket, dan berlari menuju mobil untuk memastikan bahwa semua keraguan ini. Ibu mengendarai mobil dengan cepat. Aku termenung menatap keluar jendela.

Aku gak percaya ternyata kamu sedang sakit parah, aku tak mau menyalahkan ibumu karena tidak memberitahuku. Mungkin benar, ibumu tidak ingin membuatku terlalu khawatir padamu. Aku yakin kamu bisa melawan penyakitmu. Dan kita bisa bermain bersama lagi. Tapi kenapa keyakinanku padamu salah. Padahal baru saja aku meneleponmu, dan kamu bilang kita akan bermain lagi. Dan sekarang kamu ingin meninggalkanku. Jika aku boleh jujur padamu, kamu adalah sahabatku satu-satunya. Tidak ada di dunia ini orang seperti dirimu. Kamulah yang telah mengubahku menjadi Tania yang sebenarnya, tapi kenapa Tuhan tega melakukan ini pada sahabatku.

Akhirnya kami sampai, aku langsung berlari menemukan sahabatku yang sedang lemah berbaring. Aku melihat semua keluarga Marsya kumpul. Kini, suasana di ruangan ini di penuhi kesedihan.

Aku berjalan melihat Marsya dengan wajah mulai memucat. "Marsya, aku datang menjengukmu. Ayo, kita main!"seruku dengan tangis tersedu-sedu. Semua orang menatapku sedih.

"Marsya, bangunlah!"seruku terus menangis sambil mengoncangkan tubuh Marsya.

Ibu Marsya mendekatiku dan berkata "Tolong sabarlah, Nak. Jangan sedih dia pasti bangun".

Aku menangis di pundak Ibu Marsya. "Aku takut dia pergi meninggalkanku"kataku terus mengatur napas.

Pukul 01.50, aku dan ibu harus pulang. Karena sekarang hari senin. Aku harus pergi sekolah. Sebenarnya aku tidak ingin meninggalkan sahabatku. Tapi, sekolah adalah kewajibanku untuk masa depan.

"Jangan, pikirkan Marsya. Ibu yakin dia pasti sembuh,"kata Ibu memberi semangat. Aku mengangguk dan segera turun dari mobil.

Aku duduk dengan menaruh kepala di atas meja, karena capek aku tertidur. Saat mimpiku baru saja ingin mulai, aku merasa ada yang menepuk pundakku. Aku segera bangun dan melihat orang tersebut.

"Lo sakit mending gak usah sekolah deh,"Kata Zoyu yang baru datang ingin menaruh tas di bangkunya.

"Gue gapapa"ujarku mengusap wajah.

Zoyu mulai menatapku lekat-lekat."lo nangis?"tanyanya heran. Aku hanya diamdan terus menuduk.

"Tumben lo nangis, biasanya lo pasang muka jutek mulu ke gue."kata Zoyu sambil tertawa.

"Apaan sih"kataku memukul bahunya.

"Lo abis diputusin pacar?"tanyanya.

"Boro-boro diputusin, pacar aja gue gak punya"kataku. Dia hanya tersenyum.

"Nih, hapus air mata lo. Gak enak gue lihatnya,"katanya memberikan sapu tangan yang baru saja ia keluarkan dari tasnya.

Bersambung....

----------------------------------------------
Semoga suka. Makasih udah baca ceritanya, jangan lupa vote ya!.

Not Perfect (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang