2 - Murid baru

1.5K 113 3
                                    

"Cih.., cuman bisa manfaatin teman lo doangkan biar milih lo!"seru cewek itu. Semua orang yang menonton ikut mencibirku. Aku memasang earphone cepat-cepat sebelum mendengar omongan pedas.

Aku berjalan meninggalkan mereka semua, entah kenapa cewek itu menarik earphone-ku kasar, membuat telingaku terasa sakit. Aku mengusap telinga kananku, aku melihat darah di telingaku. Cewek itu kaget melihatnya.

"Tania...!!"seru Marsya berlari ke arahku. "Omg, siapa yang ngelakuin ini?". Aku melihat ke sekeliling tapi sudah tidak ada orang disini kecuali Marsya.

Aku menggeleng dan segera berjalan meninggalkan Marsya.

Sepulang sekolah saat aku berjalan menuju mobil, seperti biasa menunggu Marsya selesai dari rapat OSIS. Tiba-tiba seseorang menarik tanganku. Aku menatapnya kaget, dia adalah Arkan. "Kenapa?"ucapku datar.

"Marsya pingsan, dia di UKS,"kata Arkan

"Kok bisa?"tanyaku panik

"Gak usah banyak tanya, sekarang lo ikut gue,"katanya menarik tanganku. Jantungku berdetak gak karuan. Ini kedua kalinya dia menggenggam tanganku.

Aku melihat Marsya berbaring lemah. Aku menunggu 30 menit tapi ia tak kunjung sadar. Tanpa menunggu lama, aku membawa Marsya ke rumah sakit. Dan dokter segera memeriksa. Aku menelepon Ibu Marsya.

Ibu Marsya datang, dia mulai gelisah menunggu. Akhirnya dokter selesai memeriksa. Aku langsung masuk ke ruang inap dan melihat Marsya. Tidak dengan Ibu Marsya yang berbicara dengan dokter, dia meneteskan air matanya dan sesekali mengusapnya. "Tante, Marsya kenapa?"

"Dia gapapa cuman kecapean,"katanya tersenyum. "Ini udah malam lebih baik kamu pulang." Aku mengangguk dan berpamitan.

Malam ini, aku tak bisa tidur karena memikirkan Marsya. Apa sebenarnya penyakitnya, kenapa Ibu Marsya menangis?. Aku hanya bisa berdoa semoga Marsya lekas sembuh.

Pagi telah tiba, aku berangkat lebih awal. Dan duduk di bangku belakang pojok. Aku melihat seseorang menghampiriku. Aku tahu nama mereka, mereka adalah Dea dan Rere. "Tan, Marsya sekarang gak masuk?"tanya Rere. Aku hanya mengangguk, "Dia sakit apa?"tanya Dea penasaran. Aku menggeleng tidak tahu.

"Tan, jawab!"kata Rere tegas. "Gue gak tahu,"jawabku datar.

Mereka pergi begitu aja. Aku menaruh kepalaku di meja. Seakan hari ini sudah tidak ada niat lagi untuk belajar. Bu Rita datang tidak seorang diri, dia bersama seorang murid baru, menurutku. Semua orang menatap ke arah cowok yang berpakaian rapih. "Anak-anak kalian kedatangan murid baru,"kata Bu Rita. Semua anak perempuan menjerit histeris kecuali aku.

Bu Rita mempersilahkan Cowok itu untuk berbicara. "Nama gue Zoyu Danien, panggil aja Zoyu,"jelasnya singkat.

"Karena sekarang ada rapat guru, jadi sekarang kalian bebas. Kalian manfaatkan waktu untuk perkenalan dengannya, jam kedua Ibu kembali,"kata Bu Rita langsung pergi.

Fero Sang Ketua kelas memulai bicara dengan Si Murid baru. "Lo pindahan darimana? kayaknya seragam lo asing banget!"kata Fero. "Gue pindahan dari Singapura,"katanya datar. Semua siswi kembali menjerit. Lebay. Aku kembali menaruh kepalaku di atas meja.

Dilanjutkan pertanyaan lainnya, aku tidak lagi mendengarnya karena itu tidak penting. "Oke, lo boleh duduk di tempat yang kosong!"kata Fero.

"Lo duduk di sebelah cewek di pojok sana,"ujar Fero menunjuk ke seseorang. Aku tertidur sudah tidak mendengarnya lagi.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku keras, aku terbangun. Aku langsung melihat Bu Rita sedang menjelaskan cepat-cepat aku membuka buku dan pura-pura baca. Saat aku menengok ke samping memastikaan orang yang menepuk pundakku.

"Makasih ya udah mau...."kataku tiba-tiba kaget menyadari bahwa cowok baru itu berada di sampingku.

"Hahaha..."tawanya meledak saat melihat wajahku. Aku benar-benar malu. Aku menutup wajahku dengan buku dan enggan menatapnya.

Istirahat telah tiba, aku makan di kantin karena aku tidak ingin melihat Si Cowok baru itu. Dea dan Rere menghampiriku lagi. "Hey, Tan. Bisa tidak pulang sekolah kita jenguk Marsya?"Tanya Dea

"Boleh, gue tunggu di gerbang sekolah,"kataku datar. Dea dan Rere tersenyum dan pergi.

Aku iri dengan Marsya dia bisa dapat teman yang sangat baik. Tidak sepertiku yang tidak memiliki teman dekat.

**********

Sepulang sekolah aku dengan Rere dan Dea pergi ke rumah sakit. Di perjalanan kami mengobrol banyak. Mereka senang bisa berteman denganku. Ya, menurutku sekarang aku telah memiliki 2 teman. Sampai di rumah sakit, aku melihat Marsya sedang makan. Kami langsung menyapanya dan mulai mengobrol bersama. Marsya melihatku senang karena aku yang sekarang bisa lebih terbuka dengan orang lain.

Malam tiba, Dea dan Rere segera pulang. "Bye, Mar. Cepat sembuh ya..."ucap mereka berdua berpamitan.

"Sekolah gimana Tan?"tanya Marsya. Aku menunduk memikirkan sesuatu.

"Telinga lo udah baikan?"tanyanya lagi.

"Mar, gue ngundurin diri jadi OSIS"ucapku. Marsya menegakkan duduknya. "loh kenapa?"

Bersambung...

--------------------
Terima kasih telah baca!! Jangan lupa Vote ya!!

Not Perfect (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang