14 - Pertengkaran (2)

879 63 12
                                    

        Aku mendengar dengan samar suara Rere. "Mar, kenapa sih kita harus ngebully Tania?"

"Udahlah, Re. Lo tuh gak usah belain dia. Emang dasar dia itu tukang tikung!"kata Sesil anggota OSIS, dia adalah teman curhat Marsya yang baru.

"Bener tuh, gue kesal sama kelakuan dia. Sok-sok baik ternyata busuk!"kata seseorang, aku tidak tahu dia siapa. Suaranya asing di telingaku.

Jujur, aku merasa sedih mendengar perkataan yang menusuk hati. Jika, aku berani keluar dari persembunyian. Mungkin aku akan menampar mulut mereka yang memaki-makiku.Tapi, apa daya aku yang hanya bisa berdiri di balik pohon.

"Eh, lo nguping obrolan mereka buat apa?"tanya cowok aneh. Aku hanya diam merenung memikirnya apa yang harus aku lakukan.

"Woy, gue nanya? Kalo lo gak ngasih tahu gue keluar, gue bilang ke mereka lo ada di sini!"serunya. Aku langsung memintanya untuk tidak keluar dan akan aku jelaskan kepadanya setelah mereka pergi.

"Jujur, gue cuman mau buat dia sadar. Bahwa perasaan gue gak bisa dimainin gitu aja"kata Marsya. Aku mendengarnya hanya bisa diam, menahan semua perasaan sedih.

"Gue udah anggap dia kayak saudara sendiri, tapi setelah dia ngelakuin ini ke gue! Apa pantas dia disebut saudara?"kata Marsya menahan emosi.

Dari perkataan Marsya, aku menyadari memang aku tidak tahu diri. Aku menyadari Marsya menganggapku lebih dari sahabat. Kenapa aku ngelakuin semua ini. Untuk mengakhiri pertengkaran ini biarlah aku yang meminta maaf terlebih dahulu. Aku keluar dari balik pohon dengan wajah tertunduk, mereka melihatku kaget.

"Oh..., jadi lo dari tadi nguping omongan kita? Hah??"tanya Sesil dengan kesal.

Aku menatap ke arah Marsya dan berjalan mendekatinya tanpa peduli teman-temannya. "Mar..."panggilku.

Semua diam dan menatapku. "Aku minta maaf"kataku lantang.

Semua orang tertawa terbahak-bahak, kecuali Marsya yang hanya diam menatapku.

Marsya berdiri dari bangku taman, dan berjalan mendekatiku. Dengan tatapan tajam. "Gue maafin lo"

Aku menatapnya senang. "Tapi..,"sambung Marsya. "Kita gak bisa kayak dulu lagi, gue gak mau deket sama lo lagi! Cukup sampai di sini saja".

Aku hanya diam mematung. "Kenapa harus seperti itu?".

"Bukannya kita sahabat, pliss Mar.. gue pingin kita kayak dulu. Gue gak mau lo menjauh.."kataku sedih.

"Ini adalah balasan buat lo yang ngebuat Zoyu menghilang!"serunya dan melangkah pergi.

Aku menahan semua emosi, aku berusaha untuk menerima semuanya. Iya memang aku patut dihukum seperti ini. Aku memang seharusnya tidak memiliki teman dari awal kalau ujungnya begini.

"Heyyy..."ucap Raquel (cowok aneh itu) keluar dari balik pohon.

Marsya dan teman-tamannya melihatnya kaget. Raquel maju menghadap Marsya. "Gue bilangin ya ke lo, lo maafin orang yang ikhlas! jangan pake balesan!!"serunya.

"Apaansih lo ikut campur urusan kita"balas Sesil.

"Gue gak ngomong ke lo, dan lagian lo juga gak ada urusankan sama diakan?"kata Raquel sambil tersenyum meremehkan ke arah Sesil.

Sesil langsung menampar wajah Raquel dengan kencang, membuat semua orang terkejut.

"Lo kenapa nampar gue?"tanya Raquel kesal. "Lo gila?"tambahnya.

Sesil pergi begitu saja tanpa berkata apapun. Dan disusul dengan Marsya dan yang lain.

Aku masih terdiam di tempat, Raquel mendekatiku. "Gue mau lo cerita ke gue sekarang!!"katanya tegas. Aku menggelengkan kepala. "Lo udah janji!"serunya.

Not Perfect (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang