Dan Radja berjanji; akan selalu ada untuk Fia. Menjaga gadis yang menjadi penawar luka di hatinya
-Pythagoras
🔹🔹🔹Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Fia segera berlari menuju halte di seberang sekolahnya. Menunggu Radja datang menjemputnya. Namun suara deruan motor-yang Fia tau bukan milik Radja-terdengar di dekatnya. Kemudian sebuah motor Ninja berwarna hitam berhenti tepat di depannya. Karena pengendara itu memakai helm full face, Fia jadi tidak tahu siapa wajah di balik helm itu.
Fia memilih tak acuh dan mengalihkan pandangannya ke lain arah. Beberapa siswa siswi yang juga sedang berada di halte melirik Fia karena pengendara motor itu menghadapkan wajahnya pada Fia.
"Itu jemput lo?" Salah satu siswi yang berdiri di sebelah Fia berbisik.
"Nggak, bukan. Gue nggak kenal," jawab Fia sambil menggeleng. Ia memalingkan pandangannya namun sesekali ia melirik pengendara motor di depannya ini dengan risih.
Ini orang siapa sih, Fia membatin kesal. "Lo kenal nggak?" Tanya Fia pada siswi yang juga sedang melirik pengendara itu dengan was-was.
"Enggak tau. Tapi kayaknya anak kelas 10, deh. Itu bed-nya kayaknya warna merah tapi nggak tau lagi, mata gue minus."
Kambing guling! Itu 'kan Kresna si tengil, dasar. Ngapain juga kesini.
Fia hendak berjalan menghampiri Kresna sebelum suara deruan lainnya menyambut pendengarannya. Kali ini motor yang serupa dengan motor Kresna namun berwarna merah itu berhenti tepat di belakang motor Kresna.
Setelah melepas helm-nya, Radja berjalan menjemput Fia. Cowok itu tersenyum tipis namun mampu membuat siswi sekolah Fia yang melihatnya gigit jari saking gemasnya.
Saat Fia hendak membuka mulutnya, seseorang menyeletuk, "Adooh, nggak usah tebar pesona." Siapa lagi kalau bukan Kresna. Namun ketika semua mata menatap pada cowok itu, Kresna dengan cepat membungkuk pada seekor kucing yang kebetulan lewat di samping motornya. "Nggak usah tebar pesona, Cing. Itu ekor santai aja, semua tau kok kalau ekor lo bisa tegak gitu," ia lagi-lagi menyeletuk sambil menyentil ekor kucing yang berdiri tegak itu.
Semua menatapnya aneh, tak terkecuali Radja dan Fia. Namun Radja hanya mengangkat bahunya tak acuh, lantas memberikan fokusnya pada Fia. Diliriknya Kresna sedang komat-kamit entah membaca mantra pengubah manusia jadi kodok atau mantra apa. Yang jelas muka Kresna sekarang sangat tidak enak untuk dipandang, asem!
Tak lama, Kresna berujar cukup keras. "Eh, kucing, pamit ya gue. Pelanggan ojek gue udah dicopet sama jelmaan kadal." Kemudian motor besar hitam itu melaju dengan ugal-ugalan, melenggak-lenggok di tengah padatnya kota Malang.
Itu anak stress apa sinting, sih? Dikira jalan raya itu catwalks apa? Dasar enggak waras!
"Kenal sama dia?" Radja menyenggol lengan Fia dengan mata yang masih menatap motor Kresna. Fia menggeleng cepat. "Oh ya udah, kirain kamu kenal-ralat, maksudnya lo."
Setelah Radja menyalakan mesin motornya, Fia ikutan naik ke jok belakang. Beberapa suara histeris terdengar oleh mereka berdua. Mereka tertawa setelah motor Radja melaju melewati perempatan.
"Uwaa, cogannya pergii..." Fia mengikuti suara histeris para siswi-yang juga satu angkatan dengan dia-setelah tawanya sedikit mereda.
Radja berdeham. "Mau belajar di mana, Fi?"
"Terserah lo aja. Yang jelas tempatnya nggak terlalu rame, nggak bisa konsen gue kalau tempatnya macam pasar minggu," entah kenapa tiba-tiba logat bicara Fia berubah. Hal itu membuat mau tak mau Radja tertawa di balik helm-nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pythagoras
Novela Juvenil"Semua orang tau kok, hidup itu selalu tentang pilihan. Kamu tinggal pilih mana yang sesuai dengan hati kamu. Ya atau tidak, aku atau dia. Sesederhana itu." Ini tentang Fia dan Radja. Dua remaja tanpa hubungan apa-apa yang dipertemukan ole...