chapter 4::

213 47 3
                                    

"Gue nggak suka dia, gue cuma nyaman. Dan dua kata itu beda makna asal lo tau - Tapi perasaan nyaman punya kesempatan buat naik ke tingkat yang lebih tinggi, dan itu yang gue nggak mau."

-Cold Boy & Kresna, Pythagoras

🔹🔹🔹

Dengan langkah panjang kali lebar yang merupakan rumus luas persegi panjang-Kresna berjalan menuju kamar dengan pintu penuh karakter yang dibuat oleh sang pemilik kamar itu sendiri.

Biasanya, Kresna akan terbahak-bahak ketika melihat salah satu karakter pada pintu itu-anak cowok yang berada di tengah salju sambil memakan es batu. Kresna akan mengejek seseorang dibalik pintu ini dengan berkata, "Dari kecil berarti lo udah punya feeling kalau pas gede lo jadi suku es."-tapi kali ini tidak ada lengkungan sedikitpun pada bibirnya. Lurus dan datar.

Dok dok dok...

"Apa gedor-gedor?" Suara dingin seorang cowok menyambut pendengaran Kresna kala pintu itu terbuka

"Nggak usah deket-deket cewek itu lagi," peringat Kresna dengan nada tegas. "Gue udah bilang apa sih sama lo."

"Lo nggak berhak ngatur gue," tandas cowok itu dengan dinginnya.

Cowok dingin ini, Abang kandung Keresna.

"Lo itu nggak capek ap-"

"Gue bilang lo nggak berhak ngatur!"

Kresna menghela nafas panjang. "Bang, sampai kapan sih lo-"

"Jangan ikut campur."

"Bang, lo nggak seharusnya suka dia. Lo harus ing-"

"Gue nggak suka dia!" Ujar cowok itu pada Kresna. "Gue cuma nyaman. Dan dua kata suka dan nyaman itu punya makna yang beda, asal lo tau."

"Tapi nyaman punya kesempatan buat naik ke tingkat yang lebih tinggi, dan itu yang gue nggak mau."

Cowok itu mendengus. "Lo bukan pacar gue, bego."

"Gue itu peduli sama lo, anj-" Kresna memotong ucapannya, menghirup udara panjang-panjang untuk sedikit meredakan emosinya. "-untung lo Abang gue."

"So?"

Kresna mengacak rambutnya sendiri. "Hh, intinya, lo nggak boleh sok nggak sengaja ketemu sama dia lagi."

"Emang selama ini lo kira gue ngikutin dia dan pura-pura nggak sengaja ketemu, gitu?" Cowok itu berkata sinis, namun wajahnya tetap datar. "Gue nggak se-gabut itu."

"Ya terserah lah, pokoknya jangan deket-deket dia lagi."

"Emang lo siapanya bisa ngatur-ngatur begitu?"

Kresna terkekeh pelan. "Gue pacarnya, kenapa?" Tangannya ia lipat di depan dada. "Kaget?"

"B aja."

Cowok itu menekan kuat-kuat kusen pintu kamarnya, menjadikan kusen sebagai penumpu tubuhnya. "Lo suka dia, 'kan?"

"Gak." Dan pintu di tutup.

"Pokoknya jauh-jauh dari dia!" Kresna menyeru dari luar sebelum akhirnya kembali ke dalam kamarnya.

Sedangkan di dalam, cowok itu hanya bisa menatap kosong keluar jendela. "Gue nggak suka dia," gumannya sendiri. "Gue nggak suka dia, gue nggak suka dia, gue nggak-"

"Mampus gue suka dia." Cowok itu menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

🔹🔹🔹

PythagorasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang