"Kesel apa envy?" Radja menaik turunkan alisnya.
-Radja, Pythagoras
🔹🔹🔹
Jatim Park, 09:00 AM
Fia berdiri di samping loket masuk sambil menunggu Radja memarkir motornya. Tangan kirinya yang sedang memegang sebungkus makaroni pedas berukuran jumbo itu membuatnya tidak bebas ketika hendak membayar tiket masuk.
"Sini, mana kuenya." Radja datang sambil mengulurkan tangannya, mengambil makaroni dari tangan Fia.
"Jangan dimakan, ya!" Fia memperingatkan.
"Gue gak doyan pedes, astaga."
"Tiketnya siapa yang bayar?"
Radja baru sadar kalau cewek sama cowok lagi jalan berdua yang bayar harus cowok, ya, nggak harus sih sebenarnya. Tapi Radja 'kan mau kelihatan gentle. "Oh iya, nih, cukup kan?" Ia menyodorkan dua lembar uang berwarna biru tua pada Fia, gadis itu langsung mengopernya kepada penjaga loket.
"Ja, nanti kalo ada kembaliannya, buat gue, ya?
"Terserah."
Setelah selesai membeli tiket masuk, Radja merangkulkan lengannya pada Fia yang tingginya hanya sebatas pundaknya.
Fia mendongak menatap Radja. "Kok lo tinggi banget si? Makan tower listrik ya, lo?"
"Menara Eiffel aja sekalian gue makan," balas Radja.
"Bisa aja lo." Fia mendorong Radja bercanda, tapi Radja jadi menabrak mbak-mbak pengunjung lain. "Ahaha, mampus."
"Eeh, maaf, Mbak." Radja meminta maaf merasa nggak enak karena minuman yang dibawa Mbak yang memiliki rambut berombak itu jatuh dan tumpah mengenai sepatu sneaker pink yang dipakainya. "Saya ganti ya Mba—"
Baru saja Radja hendak beranjak untuk membelikan minuman sebagai pengganti, Mbak itu menahan lengannya yang jelas saja langsung di hentakkan Radja.
"Nggak usah, Mas. Foto bareng aja." Mbak itu mengeluarkan ponselnya dari tas kecil yang dibawa lalu mengangkat tangannya menjadi tongsis dadakan. Radja cengo, tapi tetap tersenyum ketika melihat dirinya di layar ponsel cewek di depannya ini.
Radja melirik Fia yang cemberut, lalu kedua ujung bibirnya terangkat melihat Fia. "Aaa, Masnya manis banget kalau senyum," puji Mbaknya terang-terangan.
"Ha? He—eh, makasih. Saya ke temen saya dulu, ya?" Radja berjalan ke arah Fia. Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain sambil melipat tangannya. "Apa?" Radja menoel dagu Fia. "Lo potek?"
"Iih, apaan sih pegang-pegang! Sana tuh jalan bareng cewek ganjen!"
Lah, dia sewot.
"Ayo, jalan." Radja meraih tangan Fia dan menggandengnya.
"Jalan sendiri sana!"
"Kok lo jadi ngambek gini?"
"Ya gak tau! Itu cewek nggak punya malu banget! Umur palingan udah mau seperempat abad aja doyan berondong. Anak SMA lagi! Ganjen ganjen ganje—"
"Kan tadi elo yang dorong gue. Malah ngedumel sendiri," ujar Radja.
"Ya kan gue kesel—"
Radja menaik turunkan alisnya. "Kesel apa envy Mbak tadi bisa foto sama gue?"
"Makan tuh envy!" Fia menjejalkan tiga makaroni pedas ke dalam mulut Radja. Dan setelah itu ia berlari menjauh sambil tertawa lepas melihat waajah Radja yang berkeringat kepedasan. "Enak gak tuh makaroninya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pythagoras
Novela Juvenil"Semua orang tau kok, hidup itu selalu tentang pilihan. Kamu tinggal pilih mana yang sesuai dengan hati kamu. Ya atau tidak, aku atau dia. Sesederhana itu." Ini tentang Fia dan Radja. Dua remaja tanpa hubungan apa-apa yang dipertemukan ole...