chapter 14::

139 27 0
                                    

Fia senang bukan main ketika membaca caller id pada layar ponselnya. Bahkan tanpa ba bi bu, ia langsung menyambar. "RADJA!"

-Pythagoras

🔹🔹🔹

Sekolah Fia, Malang, 10:00 AM

"YA TAPI KAN LO TAU BU ANU ITU KEK GIMANA, ANJIR!"

Satu kelas heboh menutup rapat telinga masing-masing mendengar jeritan murka seorang Fia. Namun semuanya menatap geli pada satu titik. "NYAWA GUE WOY, NYAWA!"

"Tenang, Fi, bu Atul nggak bakalan bunuh lo. Seriusan, bokap lo kan polantas." Farrel menyeletuk, lalu cowok itu spontan menggigit jari telunjuknya saat tatapan Fia melayang padanya. "Astaghfirullah, iya maaf."

"Lo semua pada tau kan kalau sekarang gue jadi ketkel? Kalau ada apa-apa di kelas itu gue yang kena. Lo pada enak nggak kena marah. Nasib gue pikirin juga, woy!" Sudah tiga kali Fia menggeberak meja guru. "Buat apa sih lo segala ngajak berantem adek kelas? Mau jadi Superhero? Spiderman? Mau caper ke adek kelas, bilang kalau lo gentle, gitu? Basi tau gak sih! Gak bakalan ada cewek yang bakal muji lo ketika tau lo pinter berantem. Yang ada itu, mereka bakal ngasih cap di dahi lo kalau lo berandal. Ngerti?!"

Bukannya di ambil serius, para cowok di kelas Fia yang duduk di barisan belakang malah dab sendiri mendengar ucapan Fia. "GUE LAGI MARAH, MONYET!" Fia membentak.

"Buset, marah pake siaran segala."

"DIEM, Tra!" Salsa menyentak Putra. "Peka dong, cewek itu kalo marah galaknya kek serigala."

"Iye iye."

"Ya udah, ajak baikan adek kelasnya. Emang lo mau sampe orang tua dia dateng gara-gara anaknya lo bonyokin?"

Romi yang sedari tadi hanya duduk bersama anak cowok lainnya di belakang kelas berdiri mendekat pada Fia di depan kelas. "Tapi dia duluan yang nyulut emosi gue. Peka, dong! Lo udah tiga tahun sekelas sama gue. Lo tau gue kayak gimana. Gue nggak bakal ngasih api kalau dia  nggak mercikin api di depan gue."

"Rom, sekarang gue tanya. Kalau api sama api ketemu, apa bakal jadi air?" Romi menggelengkan kepalanya. "Iya udah. Lo tau sendiri jawabannya, kan?"

"Tapi—"

"Sekarang gue anter lo ke kelasnya, lo minta maaf. Nggak ada tapi-tapian. Atau lo... mau diurus ke pengadilan? Soalnya gue denger, Bokapnya kerja di pengadilan."

Romi tertawa keras. "Jadi Jaksa? Enggak lah. Palingan jadi PK."

Fia memandang Romi bingung. "PK apaan?"

"Petugas Kebersihan." Suara tawa menggelegar di kelas Fia, IPS 2. Semua anak disana tertawa kecuali Fia yang wajahnya malah datar.

"Nggak lucu, anjir."

🔹🔹🔹

14:00 PM

Suara benda pecah yang berasal dari dalam kamar Fia membuat Bunda yang kebetulan sedang berada di lantai dua berlari khawatir menuju kamar Fia.

"Fia, apa yang pecah?"

Baru saja Bunda hendak mengetuk pintu kamar anak bungsu-nya, pintu kamar itu telah terbuka dan gadis yang ada di dalamnya langsung menghambur memeluk dirinya. "Bundaaa... Fia di skors! Padahal bukan aku yang bikin salah. Mentang-mentang aku ketkel, aku yang disuruh tanggung jawab semuanya. Terus tadi ada temen aku yang berantem sama adek kelas sampai adek kelasnya bonyok, aku yang di panggil sama Ibu BK. Katanya aku nggak punya tanggung jawab. Gara-gara aku nggak terima, aku gebrak mejanya bu BK. Terus dia ngamuk, aku di skors tiga hari. Padahal kan besoknya aku try out. Jadi nggak bisa ikut pendalaman materi."

PythagorasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang