Radja:
Eh, rumah lo tetep yang dulu kan?Franzel:
Iye, gue kan, setia heheRadja:
Bacot:)
Entar pulang sekokah gue kesana yaFranzel:
Oke, siap bosq
Padahal sekarang masih jam pelajaran kedua sebelum bel pulang sekolah dibunyikan. Namun Radja dengan santainya malah chat dengan Franzel.Rekzy yang duduk di sebelah Radja jelas saja merasa aneh. Biasanya Radja akan memarahi habis-habisan kalau dirinya tidak memperhatikan guru. Lah ini.
Tadi pagi juga, Radja dengan santai menyalin tugas milik temen sekelasnya yang berotak encer. Padahal, biasanya di sendiri pelit banget buat ngasih contekan, kepada Rekzy sekalipun yang merupakan sahabatnya.
Saking gemasnya pada Radja yang seperti tak tahu kalau ada guru di depan yang sedang menerangkan sebuah materi, Kresna menyikut lengan Radja. "Ja, gurunya lagi nerangin, entar lagi kita UN, loh."
"Ya udah, H-7 UN gue bakal belajar," jawab Radja dengan santainya. MMalah sekarang ia membuka game di ponselnya.
"UN ya kaga bisa pake sistem SKS kali, Ja."
"SKS apaan tuh? Game baru?"
"Sistem Kebut Semalam, ya elah, Ja. Udah lah, entar lo nyesel sendiri kalo kaga dapet universitas negeri."
"Swasta juga nggak masalah gua. Yang penting tuh ada niat buat belajar. Dari pada, di univ bagus tapi kerjaannya mabal mulu. Rugi dah tuh uang," Radja berkata tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya sedetikpun.
"Ya udah la, Ja. Terserah lo. Sebagai sahabat yang baik, gue cuma nggak mau sahabat gue entarnya nyesel. Hidup tuh ibaratnya roda, kadang di atas, kadang di bawah. Dan yang bisa memutar roda itu cuma Tuhan. Sekarang aja lo beruntung, bisa masuk SMA negeri unggulan di sini, entar pas lo kuliah atau kerja gimana? Kalau-"
"Oke, stop. Gue paham." Radja meletakan ponselnya ke dalan loker mejanya dengan asal dan langsung melipat tangannya di atas meja dengan kaku dan memperhatikan papan tulis dengan penjelasan serta tabel-tabel berisi rangkuman. Papan tulis kelasnya sudah hampir penuh. Radja menelan salivanya. "Buset, selama apa gue main hape?" Gumamnya sedikit menyesal.
Oke, Ja, cuma sedikit, ya?
🔹🔹🔹
Rumah Franzel berada di perumahan elite yang kebanyakan dihuni oleh artis-artis. Makanya kalau masuk gerbang eksklusif ini Radja agak malas. Disuruh kasih liat ktp sama kartu pelajar. Udah gitu masih kudu diinterogasi sampai tiga puluh menit.
Kalau dulu, Radja nggak usah susah payah begini. Langsung bilang temennya kelasnya Franzel anak konglomerat aja udah dibolehin masuk saking seringnya dia ke rumah Franzel.
Tapi itu tiga tahun yang lalu, tiga satpam yang berjaga di depan gerbang juga udah berubah semua. Masih muda juga galak.
"Pak, ini udah mau tiga puluh lima menit loh saya di sini. Kan saya bukan mau rampok, Pak. Saya cuma mau ke rumah Franzel."
"Iya, rekan saya sedang menghubungi kediaman Bapak Anthoy-Ayah Franzel-untuk menanyakan apakah mengenal Anda Ragja kan?"
"Radja, Pak. Radja. Pake d bukan g. Kayak Gigi Hadid-eh, kesasar."
"Anda dipersilahkan masuk, rumah bapak Anthony berada di blok BZ nomor dua puluh. Anda bisa lurus-"
"Iya, Pak. Saya udah tau kalau itunya." Radja langsung melompat ke atas dan menyalakan mesin motornya itu. Sengaja ia gas supaya suaranya keras, hehe.
Itu satpam apa robot kayak istriny plankton dah, baku amat bahasanya.
Sesampainya di depan rumah Franzel, Radja tercengang melihat pagar hitam besar dan tinggi yang dulunya tidak ada. Perasaan dulu pagernya emang tinggi tapi nggak setinggi ini juga kali.
"Assalamualaikum, minta sumbangan, Kak. Adek belum makan dari tahun lal-"
Radja terjungkal ketika melihat sepasang mata muncul dari lubang kotak di tengah pagar yang barusan terbuka. Lalu suara ketus juga jutek terdengar. "Maaf, tidak terima sumbangan." Lalu lubang berbentuk kotak kecil itu kembali tertutup.
"Eeeh, Pak. Bercanda doang, elah. Gue mau ketemu Franzel nih!"
Wih, pager dari apaan nih, di gedor nggak ada bunyinya.
Sebelum Radja sempat menggedor sekali lagi pagar rumah Franzel, sosok berambut jabrik itu sudah muncul membuka gerbang sambil mengomel pada satpam rumahnya.
"-ya pokoknya entar kalo gitu lagi aku bilang Ayah loh ya, biar Om nggak dikasih jatah."
"Jatah apaan njir..." Radja malah menyahut.
"Jatah duit gajian, lah, lo kira jatah na ena?"
Selagi Radja dan Franzel tertawa terbahak-bahak, Satpam rumah Franzel hanya membulatkan mulutnya. Bingung.
"Masuk yok!" Ajak Franzel setelah tawa mereka mereda.
"Ayok!" Radja berjalan membuntuti Franzel. "Mingkem, Pak biar eksis, hehe," canda Radja pada Satpam yang masih membuka mulutnya.
Otomatis Satpam itu menutup mulutnya dan kembali pada gaya gaharnya. Entah kenapa, Radja jadi kepengin ngakak lihatnya.
Sofa berwarna hijau toska yang tertata rapih di ruang tamu Franzel langsung menjadi korban oleh Radja. Cowok itu melompat ke atasnya dan tiduran dengan pewe luar biasa. "Zel, ini sofa lo nggak papa kan kena ketek sama punggung gue? Keringet gue kan wangi ya?"
Franzel yang sudah stay di depan tv sambil memegang stik ps mengangguk. "Nggak papa, santai. Sofa lainnya masih ada di gudang belakang kok. Ready stok banyak, hehe."
"Yee, dasar holkay lu!" Radja ikutan duduk di karpet sebelah Franzel. "Battle kuy. Udah lama loh lu gak main sama gue."
"Ayok aja sih."
"Eh, by the way, kalau lo lagi suka sama orang, terus lo di tikung gimana? Dan yang nikung lo itu kenal banget sama lo. Kayak, sahabat misalnya."
"Lah, gue nggak pernah nikung lo, ya!"
"Bukan elo, monyet!"
"Oh, gue kirain lo kode gitu."
"Emang siapa mau nikung lo? Dewa? Julian? Avra? Apa Zero?""Bukan dari geng kita, lah."
"Siapa dong?" Rupanya Franzel penasaran.
"Ya ada pokoknya."
"Ah gak asik nih lo. Clue dong, huruf awal sama akhirnya. Kalo lebih dari lima huruf kasih tiga clue huruf."
"Gue lagi curhat, nih, Zel. Bukan mau kasih lo tebak-tebakan nama kota dan negara." Radja menepuk dahinya. Temen gue gini banget, sih. "Pokoknya lo bakal kaget kalau gue kasih tau.
"Intinya lo harus selalu pake helm aja deh biar kalau tiba-tiba di tikung terus lo keserempet jatuhnya masih aman."
Helm. Tuh, Radja jadi keinget sama Fia kan:(
Makanya dia langsung meletakkan kembali stik ps dan meraih ponselnya.
Radja:
Fia, besok pulang sekolah jalan yuk
(14:42)Fia kok nggak di read
(14:44)Kamu ngambek ya?
Sini peluk
(14:45)Yha, belum di baca. Sakit akutu
(14:46)"Chat lo najisin banget deh, Ja. Masih berapa menit juga udah di chat lagi. Lagian bukan pacar lo kan dia?"
Yha, kenyataannya pahit, batin Radja. Miris.
🔹🔹🔹
11 Juli 2017

KAMU SEDANG MEMBACA
Pythagoras
Novela Juvenil"Semua orang tau kok, hidup itu selalu tentang pilihan. Kamu tinggal pilih mana yang sesuai dengan hati kamu. Ya atau tidak, aku atau dia. Sesederhana itu." Ini tentang Fia dan Radja. Dua remaja tanpa hubungan apa-apa yang dipertemukan ole...