PROLOG

3.6K 150 0
                                    

Derap langkah terus bergemuruh dalam pijakan tidak stabil, terasa rentan setelah lama mereka berlari. Peluh yang menetes di wajah keduanya menjadi tanda kalau kelelahan sudah menangkap mereka.

Gang sempit, gelap dan berbau aneh, menjadi tempat bagi Rena dan Herry menghentikan lari. Mengambil pasokan oksigen sebanyak mungkin demi mengisi paru-paru yang nyaris kosong karena berlari tak tentu arah, menyimpannya kalau-kalau mereka akan berlari lagi untuk menyelamatkan nyawa.

Pandangan Rena terlihat sendu saat melihat Herry dalam balutan luka dan memar ketika mencoba untuk menyelamatkan dirinya dari sekapan dan mungkin siksaan yang diperbuat oleh orang-orang dengan pekerjaan ilegel tadi. Rasa bersalah dan juga khawatir tidak bisa Rena sembunyikan, mengingat entah sudah berapa banyak pria itu menolong dirinya. Desah napas Herry yang berat sudah cukup bagi Rena berpikir apa yang harus ia lakukan, tidak tega rasanya ia melihat Herry mengalami kondisi lebih buruk dari ini lagi.

Mata keduanya kembali melebar, pandangan mereka jatuh ke arah yang sama saat suara derap langkah terdengar telinga. Sudah jelas kalau orang-orang dari sindikat itu berada di dekat mereka, dan tak menunggu waktu lama lagi keberadaan keduanya pastilah akan segera ditemukan.

Herry terkejut ketika gadis yang sedari tadi bergeming, kini memegang lengan Herry dengan tatapan tak dapat dimengerti.

"Gue akan ngalihin mereka, lo lari dan cari pertolongan atau telepon Kak Brian, Kak Satria atau siapapun yang bisa nolong. Jangan sampe lo ketangkep, ok," kata Rena yang bahkan tidak memberikan jeda untuk Herry menjawab, seolah waktu begitu rentan untuk mereka berdua saat ini.

Mata Herry membelalak saat lagi-lagi Rena mendorongnya, memaksa dirinya untuk menjauh dari bahaya yang dalam beberapa detik akan menerjang. Pikiran Herry kosong saat melihat Rena yang mulai beranjak setelah memerhatikan keadaan sekitar. Deras ketakutan bisa tertangkap jelas dari raut wajah Rena yang nampak kacau, tidak peduli sehebat apa senyum yang gadis itu rekahkan, Herry tahu kalau Rena ketakutan.

Tidak lagi! Tidak akan kubiarkan terulang lagi! Batin Herry berteriak untuk tidak membiarkan gadis di hadapannya itu pergi selangkah pun.

Dengan sigap, Herry mencengkeram pergelangan tangan kurus Rena, menahannya agar tidak pergi lebih jauh. Bisa Herry lihat Rena terkejut, ekspresi yang seharusnya ia lihat hari itu.

"Lo ngapain, Herry? Ayo, pergi dari sini sebelum mereka dateng. Cari bantuan dan selametin diri lo, Her," ujar Rena dengan nada pelan agar tidak terdengar oleh orang-orang yang tak jauh dari mereka.

"Nggak! Gue udah pernah ninggalin lo satu kali, dan gue nggak bakalan ninggalin lo lagi, Rena. Gue nggak bakalan biarin lo ngadepin bahaya seorang diri lagi, untuk itu gue dateng ke sini. Gue pengen bawa lo pulang dengan selamat, bukan buat ninggalin lo lagi kayak waktu itu," jawab Herry dengan penuh keyakinan. Tak ada keraguan dalam netranya, mencoba memberitahu pada gadis itu, betapa berharganya ia untuk Herry.

"Tapi, Her-"

"Rena dengerin gue kali ini aja," potong Herry. "Kita bakalan keluar dari tempat ini bareng-bareng, kayak manapun caranya," lanjutnya.

Ucapan Herry tidak sanggup dibantah oleh Rena ketika melihat bagaimana wajah memohon pria itu. Saat ini Rena hanya bisa percaya pada Herry, mengingat tak ada jalan keluar yang bisa Rena berikan untuk menyelamatkan nyawa mereka.

"Ketemu juga kalian," suara berat dan parau dari sosok yang tidak disadari kehadirannya berhasil membuat dua orang yang sempat beradu argumen tadi bergeming dengan mata membelalak melihat sosok tegap yang hanya berjarak beberapa langkah saja dari mereka.

"Rena?!" teriak Herry ketika pria yang menemukan mereka kini menarik paksa Rena.

My Lovely HackerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang