16. USAHA

554 57 5
                                    


"Dimana dirimu sebenarnya?

Malam terasa gelap tanpa sinarnya.

Sekali saja ...

Sekali saja biarkan aku melihatmu.

Biarkan aku mendekapmu kali ini."

.

.

.

Keadaan rumah yang sepi semakin terasa sepi saat pemilik rumah berdiam diri sejak satu jam lalu. Mengurung diri di kamar dengan tumpukan kertas, serta smartphone di tangan. Pandangannya begitu fokus, konsentrasi tak bercela saat ia memandangi beberapa kertas berisikan coretan yang mana hanya ia sendiri yang mengerti.

Herry. Sang pemilik rumah yang serius mencari sebuah petunjuk keberadaan teman perempuannya yang telah menghilang sejak hari minggu lalu. Ia menyusun semua kemungkinan, semua asumsi, semua bukti, yang dapat mengarahkannya ke tempat temannya itu berada—tak masalah jika petunjuk itu sangat kecil.

Rasanya Herry sudah seperti seorang detektif selama beberapa hari ini, mengumpulkan segala hal demi seorang gadis. Memang bukan tanggung jawab Herry atas penculikan yang terjadi pada temannya—Rena—saat itu. Namun bukan berarti Herry bisa membiarkannya seolah tidak terjadi apa-apa. Waktu yang ia habiskan dengan Rena tidak sedikit, dan usaha agar bisa berteman dengan gadis itu pun tidak mudah. Walau ia akui awalnya Herry hanya penasaran ketika mengetahui kalau Rena seorang hacker, tapi akhirnya ia justru begitu tertarik dengan pribadi gadis itu yang jauh berbeda dari gadis-gadis yang ia kenal.

Satu hal yang tidak pernah Rena tahu kalau Herry selama ini menganggap Rena adalah rival-nya, bahkan mungkin hingga detik ini. Sebelum ia masuk SMA, kehidupan Herry terlalu datar dan tak ada yang menarik. Kecerdasaannya membuat seorang Herry bisa melakukan apapun tanpa masalah, menyelesaikan berbagai urusan hingga pelajaran dengan begitu mudah. Semua orang menghormati Herry, bahkan tak jarang ia mendengar kata jenius yang ditujukan teman-temannya untuk dirinya. Namun untuk Herry tidak ada yang bisa ia banggakan dalam dirinya. Hanya karena IQ-nya di atas rata-rata bukan berarti semua mudah untuknya.

Manusia selalu berjuang untuk mendapatkan sesuatu, bekerja keras demi memenuhi ambisinya. Tapi Herry ... justru karena semua mudah untuknya, tidak ada ambisi yang lahir dari dalam diri Herry. Rasanya ia seolah tidak perlu bekerja terlalu keras seperti yang orang lain lakukan, Herry bisa mendapatkannya dengan mudah. Pelajaran? Nilai tinggi? Prestasi? Semua mudah untuk Herry karena kecerdasaan yang ia miliki. Ditambah dengan oang tuanya yang memiliki kekayaan lebih, cukup membuat hidup Herry tanpa beban.

Tapi untuk pertama kalinya ada sesuatu yang bergejolak dalam diri Herry saat ia diterima di SMA dengan bertaraf Internasional. Ketika pertama kalinya ia melihat kalau dirinya berada di nomor dua setelah selama ini kursi nomor satu selalu berada dalam genggaman. Seseorang yang tidak Herry tahu bagaimana rupa dan identitasnya menjadi murid dengan nilai tertinggi saat penerimaan siswa baru. Padahal ia tahu kalau SMA mereka merupakan sekolah yang paling diunggulkan di Jakarta sebagai sekolah dengan ujian masuk yang tidak mudah.

Dan Herry terkejut ketika ternyata ia satu kelas dengan orang tersebut, orang yang namanya begitu Herry ingat. Rena Agustina, seorang siswi pendiam dan tak berbaur sama sekali dengan siswa lain. Entah sudah berapa banyak mata Herry melirih ke arah gadis itu ketika ia bicara dengan teman-teman sekelasnya atau sekedar melintas. Awal ketertarikan Herry terhadap Rena, serta awal Herry menganggap gadis itu adalah rival-nya di sekolah.

My Lovely HackerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang