9. MENCURI

704 60 0
                                    


"Tak peduli seterang apa matahari bersinar,

kegelapan malam akan selalu datang.

Dan sekarang kulihat,

kau berdiri dalam kegelapan itu."

.

.

.

Entah sudah berapa lama keheningan berlangsung. Suara yang terdengar hanya detak jam yang tergantung di dinding tepat di atas televisi dan suara lain adalah suara keyboard.

Herry yang sejak tadi membolak-balikan buku dan menulis apa yang ia temukan di buku, kini mengerutkan keningnya dalam saat melihat Rena sejak tadi hanya fokus pada laptop. Gadis itu tak bersuara, bahkan tak mengerjakan tugas yang menjadi alasan Herry datang ke rumah Rena hari ini.

Seperti keajaiban Rena dan Herry mendapatkan kerja kelompok bersama, tugas fisika yang harus mereka kumpulkan senin nanti. Karena tugas itulah Herry mengikuti Rena pulang agar dapat mengerjakan tugas mereka bersama, lagi pula sudah menjadi kebiasaan Herry mengikuti gadis itu. Sayangnya, setelah satu jam lebih Herry berkutat dengan tugas, Rena justru asyik memainkan laptopnya.

"Sebenernya lo lagi ngerjain apa sih, Ren? Tugas belum lo sentuh sama sekali," protes Herry.

"Bukannya tadi gue udah bilang kalau gue nggak mau ngerjain hari ini, bisa besok 'kan. Dasar lo-nya aja yang kerajinan," jawab Rena sarkas.

"Oh~jadi bilang aja lo mau ketemu gue terus dengan alasan ngerjain tugas. Tinggal bilang aja loh, gue bisa dateng kapan aja, nggak perlu sampe nunda tugas cuma untuk bisa ketemu gue," kata Herry dengan senyum mengejek yang biasa ia perlihatkan ketika sedang menggoda Rena.

Dan seperti biasa pula, Rena langsung menatap tajam Herry dan berkata, "Sekali lagi lo ngomong yang nggak-nggak pulang aja sana."

"Kalau gue nggak mau," tantang Herry.

"Argh! Kenapa gue harus ketemu cowok nyebelin kayak lo?! Kerjain aja tugasnya, tinggalin bagian gue ntar gue kerjain sendiri. Jadi jangan ganggu gue," ujar Rena dengan nada perintah yang amat jelas.

Herry yang mendengarkan hanya terkekeh, senang karena selalu berhasil membuat gadis itu naik pitam. Mungkin Herry adalah pria aneh yang begitu suka melihat Rena marah bukan main, karena setiap harinya Herry justru terkenal berwajah ramah dan bertutur kata sopan pada orang lain khususnya gadis. Jangan katakan kalau Rena adalah pengecualian untu pria itu.

Penasaran dengan apa yang Rena lakukan, Herry beringsut mendekat. Berpindah posisi duduk di samping Rena yang tengah duduk di atas sofa yang tadinya bersebelahan dengan tempat Herry duduk. Butuh beberapa saat untuk Herry mengerti apa yang Rena kerjakan.

"Waa! Lo daftar untuk buat game, serius?!" seru Herry antusias.

"Memangnya kenapa, nggak boleh?" tanya Rena tanpa menghentikan aktivitasnya mengisi formulir game dan penjelasan tentang game yang mungkin akan dibuatnya nanti.

"Bukannya nggak boleh. Gue nggak nyangka aja lo tertarik dan berani mau buat game. Sebenernya sejenius apa otak lo, Ren. Padahal setahu gue lo orangnya nggak aktif di sekolah," puji Herry dengan wajah sumeringah,

"Lo mau muji gue apa nyindir gue sebenarnya, Her?" komentar Rena.

"Gue nggak nyindir. Gue nggak percaya aja lo mau buat game, karena gue pikir lo tertarik sama bidang IT," kata Herry seraya melihat apa yang Rena ketikkan di formulir dengan rincian yang lumayan panjang.

My Lovely HackerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang