7. TAMU

1K 83 0
                                    

"Setiap pertemuan itu adalah takdir,

tidak peduli itu baik atau buruk.

Sebagaimana takdir mempertemukan kita,

kau dan aku, kita dengan mereka."

.

.

.

Pandangan Rena dan Andy kini tertuju pada arah yang sama—pintu masuk. Namun, sepertinya hanya satu orang yang tidak terkejut dengan adegan dramatis yang baru saja dilakukan oleh Sang Ketua OSIS. Rena yang nampak bertanya-tanya apa yang sedang teman sekelasnya itu lakukan dengan cara datangnya yang tidak biasa, lain halnya dengan Andy yang justru menampilkan seringaian penuh kemenangan pada Herry.

"Gue nggak bisa terima apa yang baru aja lo bilang ke Rena, Andy. Bukannya ini di luar janji kita berdua," kata Herry yang memersempit jarak di antara mereka bertiga.

"Janji?" gumam Rena yang sepertinya memang tidak mengerti dengan apa yang sedang mereka berdua bicarakan.

"Kayaknya gue nggak inget kalau pernah janji sama lo soal pernyataan suka gue ke Rena, Her," kata Andy yang menatap Herry santai.

Tangan Herry yang sedari tadi menggepal, kini beralih ke kerah seragam Andy dan meremas kerahnya. Pandangan Herry marah, tidak suka dengan apa yang Andy katakan. "Lo janji kalau lo nggak bakal ngelibatin Rena dalam masalah Hacker sekolah dan nggak akan pernah ganggu ataupun ngedeketin Rena asal gue nggak deketin Rena lagi. Tapi, dari yang gue denger tadi, lo udah ngelanggar janji."

Apa yang diucapkan oleh Herry tadi entah bagaimana sanggup membuat seorang Rena terkejut. Ia tidak tahu apa-apa mengenai janji ataupun hal yang keduanya bicarakan. Hanya saja, alasan Herry tidak lagi menjadi stalker dirinya selama beberapa hari jelas membuat Rena berpikir 'jadi karena itu?'.

"Berani lo mainin Rena, gue pastiin kalau lo nggak akan lagi pernah berani dateng ke sekolah ini," ancam Herry serius.

"Dan kalau gue nggak main-main soal apa yang gue bilang ke Rena, lo mau apa? Lagipula gue dan Rena udah kenal sejak lama, lebih lama dari lo kenal dia. Atau jangan-jalan lo marah karena nggak bisa bilang hal itu lebih dulu?" Terlihat jelas kalau Andy tidak ingin kalah dengan orang yang bisanya memberikan perintah kepada dirinya itu.

"Denger, gue cuma nggak mau orang yang gue hormatin dimainin gitu aja sama orang kayak lo. Rena bukan gadis sembarangan yang bisa lo manfaatin, dia punya hak untuk kenal dengan orang-orang yang lebih baik." Herry menggeratkan cengkeramannya pada kerah Andy, menunjukan kalau ia memang tidak suka dengan sikap pria berkacamata yang juga adalah anggota dalam organisasi kecilnya di sekolah.

Ada perasaan yang menggelitik dalam diri Rena, perasaan aneh yang seolah berputar-putar dalam perutnya seolah banyak kupu-kupu terbang di sana ketika mendengar ucapan Herry. Ia tidak percaya ada orang yang mengatakan hal seperti itu selain kakaknya. Rena bahkan sudah lupa kapan terakhir kali ada orang yang membelanya saat ia berada di luar rumah, dan walau sedikit itu membuat Rena merasa senang.

"Oke, gue ngaku kalah. Gue rasa lo memang serius sama Rena," kata Andy seraya mengangkat kedua tangan layaknya seorang penjahat. Senyum yang saat ini terpatri di wajah tirusnya itu justru membuat Herry bingung.

"Maksud lo?" Cengkeraman tangan Herry perlahan mengendur, matanya fokus memerhatikan mimik muka Andy yang berubah drastis.

"Gue udah liat kalau sejak Rena masuk OSIS lo sering bahkan hampir setiap saat ngikutin Rena dengan banyak alasan, padahal Rena nolak mati-matian lo mau jadi temennya. Rena juga pernah cerita soal lo secara nggak langsung pas kami sedang online, dia kesel soal lo. Yah, gue takut kalau lo cuma main-main pas bilang kalau lo mau jadi temennya. Jadi..." Andy tidak menyelesaikan ucapannya dan hanya menunjukan senyum yang menyatakan ia telah melakukan permainan konyol.

My Lovely HackerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang