14. TANPA KABAR

571 50 0
                                    


"Tak ada jejak.

Tak ada kabar.

Kau menghilang seperti buih.

Dan di saat yang sama,

Duniaku pun turut hilang

Saat hatiku mulai tumbuh rasa sayang."

.

.

.

Selama rapat OSIS yang selalu diadakan setiap minggu untuk mengevaluasi banyak hal, Dimas tak henti memerhatikan teman baiknya yang sejak tadi menjadi pemimpin rapat. Ia melihat sudah satu minggu Herry nampak murung, bersikap berbeda dari yang biasa Dimas tahu. Bahkan selama rapat berjalan, Herry lebih banyak diam dan mendengarkan dibandingkan mengeluarkan argumen yang biasanya pria itu ucapkan. Tak ada ketegasan, tak ada wibawa yang selalu Dimas lihat dalam diri Herry kali ini. Dimas memertanyakan hal itu sejak beberapa hari lalu, berpikir kalau ada sesuatu yang besar telah terjadi pada temannya itu.

Sayangnya, setiap kali Dimas bertanya Herry selalu saja bungkam. Pria itu selalu mengalihkan topik pembicaraan dengan mudah, dan jika tidak beruntung Dimas justru akan ditinggal pergi agar Herry tak harus menjawab pertanyaan Dimas yang selalu sama.

Khawatir. Itulah yang Dimas rasakan terhadap Herry setiap harinya. Selama Dimas berteman dengan Herry tak pernah sekalipun ia melihat Herry bersikap seperti ini, seolah dunia telah berakhir. Untuk Dimas yang sudah lama mengenal Herry merasa yakin kalau Herry tidak mungkin punya masalah dengan keluarga, karena Herry selalu memiliki hubungan baik dengan orang tua. Dimas menduga-duga kalau sikapnya ini mungkin berhubungan dengan absennya Rena dari sekolah sejak senin lalu. Namun ia tidak yakin apa yang terjadi, karena Herry dan Rena sepertinya sudah sedikit meluruskan permasalahan mereka yang pernah terjadi.

Dimas hanya tidak mengerti kenapa Herry bungkam dan tidak menceritakan apa yang sedang ia alami hingga terlihat seperti orang frustrasi, padahal selama ini temannya itu selalu bercerita apapun meski hal kecil yang sepele.

Di sisi lain, Herry hanya menghabiskan waktu istirahat siangnya dengan mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan minggu depan. Sudah beberapa hari Herry lebih banyak berteman dengan buku-buku dan tugas, bahkan memelajari pelajaran yang masih lama akan guru jelaskan. Tentu saja bukan tanpa alasan Herry melakukan hal itu. Herry hanya berusaha menyibukan diri agar tidak terlalu memikirkan keberadaan Rena yang masih belum diketahui keberadaannya hingga sekarang. Ia hanya mendengar kabar dari Satria dua hari lalu kalau Dava menelepon kakak Rena itu hanya untuk memberitahu kalau Rena memang diculik oleh Dava saat bekerja. Hanya itu kabar yang ia dapatkan, tidak ada lagi yang lain.

Satria masih berusaha mencari keberadaan Rena bersama dengan Brian. Hanya Herry yang tidak dapat melakukan apapun untuk membantu, hanya duduk diam dan menunggu kabar yang tidak pasti. Itu benar-benar membuat Herry frustrasi berat. Ia hanya berpikir kalau ia ikut dengan Rena di malam Dava menculik gadis itu, setidaknya Herry mungkin akan bersama Rena saat ini. Namun, sayangnya kenyataan yang terjadi tidak sesuai degnan apa yang Herry inginkan. Rena di luar sana, entah dimana, entah bagaimana keadaannya, sendirian tanpa perlindungan. Sedangkan Herry, terlihat seperti orang bodoh karena tak dapat melakukan apapun untuk bisa membantu menemukan Rena.

"Her?" suara seseorang membuyarkan pikiran kalut Herry.

Bisa Herry lihat Andy berdiri di samping meja Herry, menatap Herry dengan pandangan menuntut. Tak ada respon berarti dari Herry, hanya menatap Andy untuk mencaritahu kenapa pria itu sampai datang ke kelas Herry dan mau berurusan dengan Herry. Padahal seperti yang ia tahu kalau mereka tidak cukup akur.

My Lovely HackerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang