6. MUSUH ATAU TEMAN?

925 83 6
                                    

"Seseorang pernah berkata padaku:

Hanya karena ia memegang pisau,

Bukan berarti ia seorang pembunuh.

Dan, kuharap kau seperti itu."

.

.

.

Bisikan demi bisikan, cemohan maupun pujian menggema sepenjuru sekolah beberapa hari ini. Layaknya angin yang membawa kabar, semua obrolan dari satu mulut ke mulut lain menyebar begitu saja bahkan lebih cepat dari lesatan peluru. Keadaan dalam bangunan yang penuh akan murid berseragam putih abu-abu, cukup ricuh akibat sebuah berita entah itu hanya gosip belaka ataukah fakta yang tak sengaja terungkap.

Rena, gadis yang kini menikmati waktu isthirahatnya di kelas bukanlah sebuah pengecualian untuk tidak mendapatkan kabar simpang siur tersebut. Kabar mengenai seorang Hacker yang telah membobol salah satu komputer sekolah dan mengambil beberapa data penting hingga komputer tersebut tidak lagi dapat beroperasi akibat virus komputer yang dijangkitkan.

Mata Rena beberapa kali sempat melirik ke tempat Herry duduk, merasa heran akan perubahan sikap Herry yang menjauhinya sejak acara sekolah selesai. Rena bukan memermasalahkan sikap Herry yang tiba-tiba membiarkan Rena menikmati waktu santainya, bahkan mengizinkan Rena untuk tidak membantu di OSIS, hanya saja hal itu cukup aneh untuk Rena. Bagaimana tidak, Rena tahu jelas kalau teman sekelasnya itu sangat senang membuat dirinya susah, terutama dalam kukungan organisasi sekolah bernama OSIS. Namun, yang membuat Rena bertanya-tanya adalah hubungan kabar mengenai hacker tersebut dengan perubahan sikap Herry.

Dengan mudah Rena bisa menyimpulkan; Herry mencurigai Rena sebagai Hacker yang mencuri data pada komputer sekolah. Dan jelas, itu sangat mengganggu Rena, jauh lebih menganggu dibandingkan Herry yang membuntutinya berminggu-minggu. Karena bagaimanapun sebuah tuduhan seperti itu pada akhirnya akan menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Herry tahu siapa Rena sebenarnya, dan hal itulah yang membuat Rena merasa tidak nyaman dengan kabar tak jelas tersebut. Tidak ada orang di dunia ini yang senang jika dirinya dituduh seorang penjahat, tidak ada satu pun.

Rena mencuri data sekolah?

Oh, ayolah. Hanya karena ia memiliki otak lebih untuk menampung pengetahuan yang tak kebanyakan orang dapat melakukannya, bukan berarti ia bisa melakukan kejahatan seperti pencurian data. Rena masih memiliki kakak yang senantiasa selalu menceramahinya untuk tidak menggunakan kemampuannya tersebut pada hal-hal negatif. Lagipula Rena bermimpi menjadi orang sukses yang jujur dengan kemampuannya itu, bukan sebaliknya.

Dan mencuri data seperti itu, bukanlah sikap Rena. Kejahatan satu-satunya yang pernah Rena lakukan di area sekolah dengan kemampuan hacking-nya itu adalah membobol WLAN sekolah, dan itu pun tanpa meninggalkan jejak berarti. Rena tidak sebodoh itu untuk membuat jejak yang akan menarik perhatian seperti meninggalkan vrus hingga komputer yang dibobol tidak bisa terakses. Itu bukanlah cara kerja Rena. Ia tidak akan memermalukan dirinya sendiri, kakaknya, ataupun mendiang orang tuanya karena perbuatannya. Tidak akan pernah. Bersikap baik saja ia masih dikhianati, apalagi berbuat jahat seperti itu.

"Rena?"

Sebuah suara yang memanggilnya dengan lembut seolah mengeluarkan Rena dari lamunan. Ia mendongakan kepala dan melihat sumber suara tengah berdiri tepat di samping mejanya.

"Lisa?" Dia adalah teman dekat Dimas dan Rena, salah satu anggota OSIS yang bersikap baik pada Rena. Gadis berbeda kelas dengan Rena sekarang menghampirinya, kira-kira hal penting apa sampai gadis itu mau bicara dengan Rena yang jelas jarang sekali berinteraksi dengan gadis bersurai sebahu tersebut.

My Lovely HackerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang