4. PEKERJAAN

1.1K 100 16
                                    

"Seperti bintang di langit malam,

kau bersinar dengan caramu sendiri.

Tanpa sadar bahwa ada sang rembulan

yang selalu mengagumimu."

.

.

.

Manik obsidian Herry tidak berhenti mengikuti setiap gerakan jari-jari Rena yang berada di atas keyboard laptopnya, dengan pandangan sang gadis yang terfokus pada layar laptop. Peluh sudah meluncur bebas di pelipis dan dahi Rena yang berkerut, padahal ruangan begitu dingin dengan adanya AC di sudut-sudut ruangan.

Melihat raut teman sekelasnya yang panik, membuat Herry merasa tegang, takut kalau-kalau Rena tidak bisa melakukan apa yang diperintahkan oleh Pak Rudi tadi. Bahkan tidak ada suara yang keluar satu pun dari mulut mungil gadis bersurai ikal itu, dan Herry tidak tahu harus melakukan apa. Ia tidak bisa membantu Rena karena komputer bukanlah keahliannya, bisa-bisa Herry justru memersulit keadaan.

"Kayak mana? Apa lo bisa ngatasinnya?" tanya Herry ketika melihat raut tegang dari wajah Rena sedikit mengendur.

Rena menganggukan kepala. "Tentu, gue cuma sempet takut kalau virus itu ngambil alih sistem. Untung bisa dicegah."

Bisa dilihat kalau Rena memberikan tanda kepada pria yang mengawasi Rena dari ambang pintu kalau semua baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Herry menghela napas panjang, menghilangkan ketegangan yang ikut ia rasakan walau hanya melihat Rena. "Jadi, sekarang udah nggak apa-apa, kan?"

"Hm," angguk Rena yang masih fokus dengan apa yang ia kerjakan. "Sekarang gue harus buat pertahanan pada server perusahaan ini dengan melakukan Otoritas Route dan mengamankan database perusahaan yang diperintahkan oleh Pak Rudi tadi," sambung Rena.

"Ada yang bisa gue bantu?" tanya Herry ketika melihat Rena mendongakan kepala untuk melihat server besar di hadapannya.

"Bisa tolong sambungin kabel ini ke lubang di dekat kabel merah di atas sana, Her," pinta Rena seraya mengulurkan tangan untuk memberikan kabel dengan panjang yang kurang dari tiga meter.

Tanpa mengatakan apa-apa, Herry bangkit dari duduk dan langsung melakukan apa yang Rena minta. Setelah Rena menganggukan kepala bahwa yang Herry kerjakan benar, Herry kembali duduk di dekat Rena dan melihat gadis itu bekerja.

Untuk beberapa saat tidak ada yang bicara, dan Herry tidak ingin menganggu Rena dalam keadaan seperti ini. Ia juga masih punya pikiran jika mau membuat gadis itu marah, tidak mungkin melakukan kebiasaannya itu dalam keadaan rentan seperti itu.

Netra Herry melihat Rena membuka sesuatu pada dekstop laptopnya bersamaan dengan menu-menu penuh angka biner yang tidak terlalu Herry pahami. Herry melihat Rena memasukan sebuah ID dengan nama yang menarik perhatiannya.

"Satria Gunawan?" gumam Herry yang terdengar seolah ia mencari nama itu dalam kepalanya.

"Itu nama kakak gue. Dia belum ngizinin gue buat virus pertahanan sendiri karena masih belum cukup umur dan dilarang hukum. Jadi, gue cuma boleh pake punya dia untuk sementara ini," jelas Rena saat mendengar nada penasaran dari mulut Herry tanpa pria itu sadar.

"Kak Satria itu kakak lo?!" seru Herry kaget.

Spontan kepala Rena menoleh ke arah Herry dengan pandangan tajam dan bertanya-tanya. "Lo kenal kakak gue?"

My Lovely HackerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang