6️⃣

34 6 9
                                    

Mahesa udah berusaha buat fokus nyetir. Tapi gak bisa karena orang di kursi pengemudi lagi ngapain tau ribet banget. Untung hujannya gak terlalu deras, jadi Mahesa bisa ngeliat jalan lebih jelas.

"Maaf ya, kak. Bingung mau naro helm dimana."

"..."

"Boleh kan di jok belakang? Kakak risih gak? Kalau kakak risih saya taro di bawah aja. Di bawah kursi belakang maksud saya." Maitsa miringin badannya sampai madep ke belakang jadi dia bisa naro helmnya di bawah kursi belakang.

"..."

"Kalau di kursi depan jadi sempit, Kak."

"..."

"Yah masker." Kata Maitsa sambil makin membungkukkan badannya untuk mencari maskernya yang kepisah sama helm. Tadi dia naro maskernya di dalam helm.

Mahesa gemes banget pengen nyuruh Maitsa duduk tenang di kursinya.

"Aduh repot, dipangku ajadeh."

Saat Maitsa ngebawa helmnya ke depan, disaat bersamaan Mahesa mau ngoper gigi. Jadilah helm Maitsa kena sikutnya Mahesa. Cukup keras. Karena ada suaranya.

"KAK MAAF." Kata Maitsa reflek kencang tapi setelah itu menunjukan ekspresi takut karena Mahesa gak ngomong apa-apa cuma ngeliat dia sekilas abis itu fokus lagi ke jalan.

Takut-takut dia mengembalikan helmnya di bawah kursi belakang.

"Saya taro di belakang lagi kok, Kak."

Tapi badan Maitsa belom balik-balik lagi. Masih sibuk dibelakang.

"Helmnya diemin aja di bawah bangku belakang. Maskernya taro aja di kantong jaket yang ada sleting."

Mahesa belom ngomong apa-apa lagi tadi setelah dia nanya Renata kunci mobilnya ada dimana. Baru sekarang ngomong lagi karena gak tahan sama tingkah Maitsa yang ribet.

Maitsa langsung ngelaksanain apa yang Mahesa bilang.

"Sletingnya ditutup."

Hampir aja Maitsa lupa.

Maitsa salah tingkah ketemu temennya Rey. Percayalah dia biasanya gak seribet ini.

Kenapa orang ini bisa kakaknya Renata sih? Maitsa sering dengerin cerita tentang kakaknya Renata, tapi gak tau kalau orang ini kakaknya Renata.

Suasana di mobil canggung setelah urusan helm Maitsa selesai.

Maitsa mikir keras nyari bahan pembicaraan, sedangkan Mahesa keliatan fokus ke jalan padahal pikirannya kemana-mana.

Dia ngelirik Maitsa dikit lewat kaca spion, terus langsung ngeliat ke depan lagi. Cewek ini nih yang semoet ada pikiran dia dari kemarin. Gak nyangka ternyata dia temen adeknya.

Ditengah seriusnya Maitsa mikir, ada sesuatu yang tertangkap pandangan mata dia.

"Rame banget, pasti enak." Katanya secara gak sadar bersamaan dengan bunyi perutnya. Dia kalau laper gak inget dunia. Dia aja gak sadar kalau ada orang di samping dia. Mobil udah nepi aja dia gak sadar. Sampai ada yang ngebuka pintu dia. Hampir aja Maitsa jatoh soalnya dia lagi nyender ke pintu.

Mahesa ngasih isyarat dengan kepalanya yang mengarah ke warung makan pinggir jalan dekat tempat mobil diparkir.

Hujan hampir berhenti jadi mereka gak perlu payung untuk keluar dari mobil.

Maitsa mengekor di belakang Mahesa yang jalan duluan dan ke tempat memesan makanan.

Setelah memesan Mahesa menuju tempat duduk dan memberi perintah dengan tatapannya menyuruh Maitsa duduk.

Setelah Maitsa duduk Mahesa malah jalan entah kemana.

Waduh Maitsa gak punya uang lagi. Tadi dia aja mau patungan beli cemilan ngutang sama Renata. Ralat. Dia emang gak bayar sepeserpun, itu traktiran dari tuan rumah. Gantian karena tadi dia beli makanan dulu sebelum ke rumah Renata.

Maitsa udah mikirin cara bayar atau kabur dari tempat itu.

Tapi ternyata Mahesa dateng lagi bersamaan dengan makanan yang mereka pesan.

Mereka makan diem-dieman karena konsentrasi sama makanan masing-masing yang enak banget ditambah cuaca yang mendukung buat makin laper.

Tapi itu kayaknya Maitsa doang. Soalnya Mahesa sepanjang makan sambil curi pandang ke Maitsa. Dia baru pertama kali makan sama orang seberantakan ini. Nasi jatoh, ayam jatoh, sayuran jatoh, minuman tumpah.

Gak betaaaaaaaaaaaaah Mahesa ngeliatnya. Diberesinlah makanan dan minuman Maitsa yang jatoh. Maitsa masih gak nyadar.

Selesai makan dia baru sadar sesuatu. Dengan gak enak dia coba ngomong,"Kak..hm..itu..hm..ma-"

"Anggap aja traktiran dari gue." Sebelum Maitsa selesai ngomong Mahesa udah nyela duluan.

Maitsa melongo. Kok Mahesa tau aja apa yang mau dia omongin?

Di mobil Maitsa udah gak ribet. Dia diem. Litterally diem.

Dia gak enak, kekenyangan dan kecapean campur aduk.

Mahesa emang masih diem seperti tadi. Masih juga curi-curi pandang ke Maitsa lewat kaca spion.

"Makasih ya, Kak. Hmmm nanti saya ganti. Hati-hati, maaf ngerepotin. " Maitsa gak lupa sopan santun sebelum keluar dari mobil.

Pas dia buka gerbang, kakaknya udah nunggu di kursi depan sambil sok-sokan baca koran. Dia yakin banget itu koran cuma buat keliatan keren.

Pasti pas denger suara mobil kakaknya langsung berpose kayak bapak-bapak nunggu anaknya pulang sambil baca koran.

"Lama amat? Ada pohon tumbang? Rumah temen lo di Zimbabwe?" Tanya kakaknya sarkas. iya sekarang udah hampir tengah malam.

Saat kakaknya nurunin koran mata dia yang awalnya ngeliat Maitsa langsung ngeliat ke belakang Maitsa. Mukanya udah makin garang aja.

Maitsa jantungnya udah berenti kali pas tau kalau yang diliatin itu Mahesa. Mahesa jalan ngeduluin Maitsa ke kakaknya.

Maitsa mau mati aja. Dia takut Mahesa diapa-apain. Kakaknya kan drama queen.

Maitsa udah gak bisa mikir lagi, dia ngeliat Mahesa ngomong sesuatu ke kakaknya terus ngasih bungkusan makanan ke kakaknya, gak lupa naro helm Maitsa yang hampir terlupakan di meja.

Pertanyaannya itu makanan dari mana? Tadi gak ngebungkus kok? Diliat dari kantongnya juga bukan yang tadi mereka makan.

Dito--kakak Maitsa mukanya udah berubah semenjak dikasih sogokan sama Mahesa.

Dito nganterin Mahesa ke mobilnya sambil menaruh tangannya di pundak Mahesa sok akrab.

Sebelum itu mereka ngelewatin Maitsa yang masih diem di gerbang. Mahesa cuma ngangguk doang ke Maitsa sebagai tanda dia pamit.

"Hati-hati, Sa. Makasih ya makanannya." Mahesa cuma ngasih klakson dan langsung pergi. Dito masih melambai-lambai sampai mobil Mahesa hilang.

"Bilang dong kalo mau ngapel dulu. Kalo cowoknya kayak gitu pulang pagi juga gak papa." Kata Dito melalui Maitsa yang masih diem di gerbang.

"Woy. Mati lo? Cepet masuk. Jangan lupa gembok sama kunci pintu."

M&MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang