Mahesa ngeliatin Maitsa yang gak biasanya dari tadi. Setiap ketemu kaca pasti langsung ngaca. Selama kenal Maitsa bukan orang kayak gitu. Maitsa urakan gak peduli tampilannya.
Kayak sekarang, mereka abis makan hokben mau ke mcd beli es krim, setiap jalan di tembok ada kaca langsung megangin rambut.
Duduk di food court mau makan eskrimnya, Maitsa duduk menghadap kaca, dari tadi sibuk sendiri. Benerin rambutnya, mandang bayangannya di cermin pake tampang mikir.
Mahesa ngeliatin aja pake muka datar sambil makan es krim.
"Eh hehehe" Maitsa cengengesan pas sadar ada yang merhatiin.
"Kenapa rambutnya?"
"Lagi mikir mau manjangin rambut atau tetep rambut pendek aja." Jawab Maitsa polos.
"Katanya rambut panjang panas." Mahesa ngingetin perkataan Maitsa.
"Iyasih. Tapi, hmmm"
Maitsa bingung kasih tau gak ya?
Tapi malu masa dia bilang alesan sebenernya sih kalo dia mau manjangin rambut supaya cantik terus dapet pacar?
"Apaya, Kak. Hmmm. Pengen aja rambut panjang biar cantik kayak orang-orang."
Mahesa ngangkat satu alis kaget denger alesan Maitsa.
"Kak!"
Baru aja Mahesa mau ngebuka mulut, Maitsa udah motong ngagetin.
"Ya ampun lupa. Padahal hari ini rencananya mau pulang cepet. Mau nyicil belajar buat uas."
Selama perjalanan mereka udah gak ngungkit-ngungkit masalah rambut lagi. Maitsa malah nanya kiat-kiat belajar Mahesa gimana. Soalnya Mahesa termasuk 3 besar seantero sekolah, padahal aktif basket.
"Maitsa."
"Kenapa, Kak?"
Mahesa ngeliatin Mahisa yang sibuk ngebuka helmnya.
Mahesa ngulurin tangan ikut ngebantu Maitsa buka helm.
"Makasih, Kak!"
"Rambut pendek atau panjang. Either way, you are beautiful the way you are."
"Ha?"
Mahesa nutup helmnya, membunyikan klakson, dan melajukan motornya begitu saja meninggalkan Maitsa yang cengo. Kaget akan perkataan Mahesa.
Mahesa inget aja lagi padahal itu topik udah lewat.
Maitsa masih ngeliatin ke arah perginya Mahesa padahal Mahesanya udah ilang gak keliatan.
Tanpa sadar Maitsa senyum. Belum aja sebelumnya yang muji dia cantik.
***
Niatnya mau belajar jadi bablas. Maitsa malah kepikiran pujian Mahesa tadi.
You are beautiful the way you are
Beautiful
Bukan pretty
Sama sih maksudnya. Tapi Maitsa lebih suka beautiful dibanding pretty. Kesannya lebih gimana ya? Beautiful diatas pretty deh. Lebih spesial, lebih tulus, lebih ditujukan untuk certain someone.
Kayak kalo pretty tuh everyone can be called pretty but beautiful is on another level.
Random thoughts, Maitsa jadi mikir kalo pacaran sama Mahesa enak kali ya? Bisa dipuji beautiful.
Maitsa heboh sendiri mikirinnya. Idungnya kembang kempis, tangannya ditepuk-tepuk, kakinya ditendang-tendang ke udara kesenengan. Meski detik berikutnya mengaduh kesakitan karena kakinya nendang meja belajar.
Eh, tapi? Kok ngebayanginnya sama Mahesa.
Maitsa menggeleng menyadarkan diri.
Yang penting pacaran. Maitsa mau ngerasain pacaran kayak temen-temennya.
Meskipun dalam lubuk hati Maitsa gak menolak kalo pacarannya sama Mahesa.
***
Mahesa buka pintu rumah bertepatan dengan dering ponselnya.
"Yo," sapanya akrab pada penelpon sambil memberikan sebungkus makanan yang dia beli tadi saat di mall kepada Renata yang sedang menonton di ruang tv, tidak lupa mengacak sayang rambut adiknya.
"Futsal kuy nanti malem." Siapa lagi yang ngajakin kalau bukan belahan jiwanya Mahesa, Rey.
"Gak ah. Mau belajar."
"Cih!"
Mahesa tertawa mendengar respon Rey.
"Sa, cepet tua belajar mulu. Lagian masih ada hitungan hari sebelum uas, nanti aja sih." Mahesa ngedengerin omongan Rey sambil rebahan di kasur. Enak banget setelah seharian ketemu kasur.
"Bawel anak Mami. Belajar yang bener kalau gak mau ditarik ke Beijing."
"JANGAN GITU DONG!"
Rentetan omelan dikeluarkan Rey membuat Mahesa tertawa puas sudah meledek sahabatnya.
Rey ini sensitif banget kalo udah denger Beijing. Keluarga dia tinggal di sana semua, itu juga negara asal dia, waktu kecil Papinya pindah ke indonesia urusan bisnis sampai Rey SMP, kelulusan SMP keluarganya pindah lagi ke Beijing karena urusan di Indonesia udah selesai. Tapi Rey gak mau ikut. Dia udah nyaman tinggal di Indonesia, sama lingkungannya, teman-temannya.
"Kenapa sih kalian pada gak asik semua?" Rey ngeluh gak banyak yang bisa diajak main, semua dikurungin suruh belajar. Dia tinggal sendiri sih, pacar juga gak punya, jadi gak ada yang ngurungin deh.
"Lo pasti dikurungin Metsa kan? Ngaku????"
"Gimana ya, Rey? Bisa jadi."
Rey mendecih, "kapan official?"
"Emang perlu?"
"ADUH KAPTEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEN!"
Mahesa memandang langit-langit kamar bingung.
"Udah dibilang resmikanlah secepatnya."
Rey menerima helaan nafas lelah Mahesa, "nunggu sinyal Maitsa dulu lah. Kita deket tapi belum keliatan Maitsa bales perasaan gue."
"Lama ah. Semua tuh bisa berawal dari nyaman. Kalian kan berduaan mulu tuh, gak mungkin gak ngerasa nyaman." Rey gregetan.
"Gak tau ah! Gak tau! Udah dibilangin, susah! Gue mau ngurusin yang lain aja."
Rey memutuskan sambungan telepon membuat Mahesa geleng-geleng kepala menertawakan tingkah sahabatnya, dia pasti mau balesin chat cewek-cewek yang deketin dia.
Mahesa keinget lagi omongan Maitsa. Gimana bisa dia jadiin rambut panjang atau pendek patokan kecantikan? Jelas-jelas Maitsa kayak sekarang aja cantik.
Mahesa gak mau ikut futsal malem ini bukan karena mau belajar sendiri. Melainkan mau jaga-jaga kalau ada soal yang Maitsa gak ngerti. Mahesa selalu mau jadi orang yang pertama Maitsa tanya.
Tapi sampai Mahesa selesai mandipun gak ada chat dari Maitsa.
Mahesa coba chat duluan gak di bales juga.
Apa dia ketiduran?
Gak tau aja Mahesa, Maitsa lagi jadi orang gila gak bisa tidur kesenengan gara-gara dipuji beautiful doang.
Author's Note:
Kepanjangan ya?._.
Gapapa ya kan jarang update HEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
M&M
Fanfiction"Mancing ikan lebih gampang dari pada mancing percakapan sama kakak."-M ©achichap™2017