"Fix, gue bakalan jomblo seumur hidup."
Gendis berhenti megunyah makanannya mendegar kalimat absurd sahabatnya.
"Sakit lo ya kebanyakan ngerjain remed anak kelas?"
Memang selama classmeeting, Maitsa gak ada remed atau harus ngerjain tugas untuk nambah nilai. Tapi karena dia kebaikan, jadilah dia ngerjain tugas temen-temen kelasnya.
Gendis berdecak melihat tingkah Maitsa yang semakin aneh, sekarang memegang dada kirinya kesakitan.
"Gak usah bantuin lagi. Gue marahin kalo masih ada yang minta bantuan lo." Gendis menyumpit tempura milik Maitsa kemudian disuapkan paksa, "makan."
Mereka sedang makan di masakan cepat saji jepang.
Nasi yang mau Gendis suap berhenti sebelum masuk mulutnya.
"Kenapasih? Jangan buat gue mau nangis juga." Gendis mengerucutkan bibirnya melihat Maitsa yang duduk di sebrangnya menagis tanpa air mata.
"Jadi gini rasanya cinta bertepuk sebelah tangan?"
"HUHUHU" Gendis ikut menangis tanpa air mata. Membuat orang-orang disekitar mereka melihat mereka dengan tatapan aneh.
Tanpa Maitsa ceritapun, Gendis sudah tau, siapa dia yang membuat sahabatnya jatuh cinta.
"Dasar oon. Cinta lo terbalas tau."
"Apaan? Kita kayak gitu-gitu aja huhuhu gue kira setelah pertandingan classmet huhu setelah dia senyum ke gue huhuhu bakalan ada yang beda huhu" Maitsa mulai mengeluarkan isi hatinya selama beberapa hari terakhir. "Iya, ada yang beda. Perasaan gue yang beda. HUHUHUHU"
Disaat mereka larut dalam tangisan tanpa air mata, seseorang mendekati meja mereka.
"Maitsa?"
Maitsa mengangkat pandangan, menatap seseorang yang memanggil namanya.
"Kenapa?" Tanyanya khawatir.
Maitsa ditanya begitu makin kejer nangis tanpa air matanya.
"Laper HUHUHUHu" katanya sambil menyuap nasi yang belum tersentuh.
Yang menyapa kebingungan menghadapi anak abg.
"Sebentar."
Gendis yang memperhatikan keduanya langsung menghentikan tangisan tanpa air matanya. Mukanya langsung serius.
"Kok lo gak ngasih tau kenal sama manusia tampan macam dia??"
"Temen Kak Dito." Kemudian Maitsa menyuapkan nasi lagi ke mulutnya yang belum kosong sepenuhnya.
"Jangan!"
Maitsa yang juga sudah berhenti menangis tanpa air mata melirik Gendis bingung.
"Jangan tinggalin Kak Mahesa buat dia. Pokoknya jangan." Gendis bersikukuh. Matanya berapi-api, tangannya memukul-mukul meja pelan. "Gue pendukung kalian nomor satu. Pokoknya jangan!"
Maitsa mengerutkan kening, hidungnya melebar.
"Gila lo ya? Mana mau dia sama modelan gue? Dia aja gak mau, apalagi..." Mode sedih Maitsa dimulai lagi. Tapi tidak lama karena sebuah es krim muncul di hadapan Maitsa dan Gendis.
Begitu mereka melihat siapa yang memberikan eskrim tersebut, orang itu hanya tersenyum tampan.
Membuat pendirian Gendis luluh lantak.
KAMU SEDANG MEMBACA
M&M
Fanfic"Mancing ikan lebih gampang dari pada mancing percakapan sama kakak."-M ©achichap™2017