-28-

1.5K 49 0
                                    

"Gitu ceritanya kak Erga. Maaf. Aku udah boongin kakak. Sumpah kak, aku juga sebenarnyaa nggak rela bunuh Oma aku sendiri. Tapi, saat itu emang aku lagi gila gila nya kak. Aku minta maaf banget."

"Lo minta maaf sama Tuhan lo lah. Emang gue siapa lo?"

"Aku nganggep kakak pacar aku."

"Hah? Gila lo ya? Sorry ya, berkali-kali gue bilang pacar gue tuh Shelvy! Kalau lo nggak mau masuk polisi, sekarang ikut gue!"Erga menarik tangan Valena dengan keras. Yang ditarik bukannya kesakitan, tetapi malah kesenangan. 

Selama di mobil, Valena bertanya-tanya tidak penting kepada Erga, seperti "udah makan?" "kuliah gimana?" "emang kamu beneran pacaran?" "bukannya lebih cantik aku daripada kak Shelvy?" "kak, aku baru beli baju baru loh!" "online shop kesukaan aku daylight." "kamu sweet banget ngajak aku nggak bilang-bilang" 'jujur aja deh, kamu suka kan sama aku?hahah"

Sampai akhirnya Erga menjawab pertanyaan Valena, karena pertanyaan itu satu-satunya yang perlu dijawab dan satu-satunya pertanyaan yang masuk akal. "Kak Erga kenal gadis yang aku tabrak dari siapa?"

"Yang lo tabrak itu namanya Lura. Sebelumnya gue emang nggak kenal sama dia, tapi karena dia sering gentayangan di kamar kost gue dan sering menampakkan diri, akhirnya gue kenal sama dia. Yaudah, akhirnya gue temenan sama dia deh."

Selesainya Erga bercerita, mobilnya ia berhentikan di tempat yang tepat. Tempat dimana ada mayat Lura yang sekian lamanya tersembunyi. Valena tidak asing lagi dengan tempat itu. Valena pun mulai mengerti apa yang terjadi.

"Kak Erga mau nyari kak Lura?"

Erga mengangguk. "Lo  nyembunyiin dia dimana?"

"Kakak lihat batu besar itu? Di baliknya ada lubang besar agak dalam, aku taruh dia disitu. Tapi please, kak jangan kirim aku ke penjara"

"Tergantung. Gue juga nggak bisa bersikap nggak adil kayak gini. Sorry,Val"

Valena mengangguk lalu membantu Erga mengais-ngais rerumputan yang tumbuh di sekitar tanah tersebut. Valena tiba-tiba muntah, tidak kuat menahan bau mayat yang sudah mulai tercium. Tetapi Erga yang tidak mencium apa-apa tetap mengais-ngais tanah.

"Lo lebay! Sini bantu lagi!" Erga mulai melihat mayat Lura. Lalu disaat keduanya bekerja, ada seorang bapak-bapak yang membawa cangkulnya.

"Astagfirullah! Kalian pada ngapain?"

"Bapak! Kebetulan banget. Tolong bantu kami, pak. Ini ada mayat di dalamnya."

"Astagfirullah! Serius, nak?"

"Iya, sini, Pak.."

Bapak relawan itu pun membantu Erga dan Valena sekuat tenaga. Ia mulai menahan nafas karena bau yang begitu menyengat. Ia bingung kepada Erga, mengapa lelaki itu tidak menutup hidungnya sejak dari tadi.

Di tempat kejadian itu, sudah ramai dengan 2 mobil polisi, 4 mobil saudara serta orangtua Lura dan 1 mobil ambulans. Erga, Valena, dan Bapak relawan itu dimintai keterangan oleh polisi mengapa menemukan mayat Lura. Valena bersikap jujur. Ia menceritakan semuanya kepada polisi. Ia pun akan segera ditahan.

Hantu Paling AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang