When We Were Young

450 77 3
                                    

Selepas dari kediaman keluarga Ushijima, posisi Sang Raja Siang telah digantikan Sang Dewi Malam. (Y/n) duduk tertunduk di bangku taman dekat apartemennya memandang nanar amplop coklat yang sedang ia pegang. Baru saja selesai berkemas untuk keberangkatannya besok.

(Y/n) sudah berpamitan dengan rekan sesama guru walau hanya dari grup chat. Ia juga sudah mengucapkan salam perpisahan dengan teman-temannya di kafe. Bahkan Ishihara sampai menangis sesenggukan ketika tahu akan ditinggal sobat karibnya.

(Y/n) beberapa kali ingin menelpon Ushijima untuk bertemu, tapi khawatir jika ia justru mengganggunya. Kalau tidak ditelfon, (Y/n) akan melewatkan kesempatan terakhirnya untuk bertemu Ushijima. Setelah berdebat batin cukup lama, (Y/n) memutuskan untuk menelpon Ushijima.

''Halo?''

"Halo Ushijima-kun, apa aku mengganggumu?"

''Tidak, aku baru saja selesai meeting. Ada apa?''

"Bisa bertemu sekarang? Di bangku taman setelah kita dari kafe."

''Baiklah. Tunggu aku.''

Dengan begitu, sambungan telpon terputus. (Y/n) memasukkan amplop coklat tadi ke dalam mantelnya lalu menatap sendu langit malam musim dingin kota Sendai. Selang beberapa menit, sosok Ushijima datang kemudian mendudukan dirinya di samping (Y/n).

 Selang beberapa menit, sosok Ushijima datang kemudian mendudukan dirinya di samping (Y/n)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, ada perlu apa, (Y/n)?", tanya Ushijima dengan suara beratnya. Mendengar suaranya saja sudah membuat (Y/n) ingin menangis lagi.

Tersenyum dan memandang Ushijima, (Y/n) menjawab, "Ushijima-kun, apa kau bisa menemaniku malam ini? Aku sedang butuh seseorang."

"Baiklah. Apa yang akan kita lakukan?", tanya Ushijima menatap (Y/n).

"Apapun asalkan bersamamu, Ushijima-kun", jawab (Y/n) masih tersenyum.

Ushijima harus menutupi wajah bagian bawahnya untuk menyembunyikan pipinya yang mulai merona. Jika tidak berhati-hati, orang akan mengira bahwa yang diucapkan (Y/n) barusan sangat ambigu. Ditambah senyum (Y/n) selalu bisa membuat wajah Ushijima memanas dan jantungnya berdebar tak karuan.

"Kalau begitu, ayo berkeliling kota Sendai", ajak Ushijima seraya memosisikan dirinya untuk berdiri. (Y/n) pun ikut memosisikan badannya untuk berdiri seraya meraih uluran tangan Ushijima yang terbalut sarung tangan kulit bewarna hitam.

"Baiklah", jawab (Y/n).

Everybody here is watching you
'Cause you feel like home
You're like a dream come true

Mereka memutuskan untuk pergi ke Akuarium Umino-Mori sebagai tujuan pertama. Selama di perjalanan, (Y/n) tak henti-hentinya memandangi wajah Ushijima. (Y/n) memerhatikan betul setiap detail yang ada pada diri Ushijima. Sorot mata yang tajam, rahang tegas, serta tubuhnya yang tegap dan gagah. Memastikan bahwa gambaran sosok Ushijima terekam jelas diingatannya.

Time and Fallen LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang