Hokkaido, Musim Dingin
"There's nothing I could say to you
Nothing I could ever do to make you see
What you mean to me"Suara derap sepatu sport yang beradu dengan tebalnya salju memecah sepi suasana siang di salah satu sudut Pulau Hokkaido. Langkahnya pelan. Seolah meneliti setiap wilayah, setiap detail tempat yang dilalui sedari tadi.
"I know I let you down but it's not like that now
This time I'll never let you go"Matanya sesekali berdalih. Dari sebuah peta dan alamat yang ada dalam genggamannya, beralih melihat pemandangan dan kondisi sekitar. Memang hari masih siang. Namun sekali lagi, bukan daerah perkotaan yang kita bicarakan.
Langkahnya terhenti di sebuah perempatan. Kendaraan yang lalu lalang pada siang itu tidak terlalu banyak, tapi juga tidak terlalu sedikit.
"I will be all that you want and get myself together
Cause you keep me from falling apart"Hembusan nafasnya mengeluarkan uap. Sembari menunggu lampu penyebrangan berubah hijau, ia mendongak menatap langit siang musim dingin yang sejuk. Ya, hari itu cuaca sedang baik. Suhu tidak terlalu dingin, sedang tidak turun salju, dan berada pada standar normal untuk musim dingin.
Setelah menyebrang, ia memilih untuk singgah sebentar di sebuah taman kecil dekat perempatan tadi. Dikeluarkan smartphone hitam dari saku mantel yang dikenakannya untuk melihat sekilas sosok yang masih menjadi wallpapernya selama enam bulan terakhir.
"I thought that I had everything I didn't know what life could bring
But now I see honestly
You're the one thing I got right
The only one I let inside"Begitu dekat tapi juga begitu jauh. Begitu pikirnya. Memasukkan kembali smartphonenya, kini ia mengalihkan fokusnya ke peta dan alamat yang sedari tadi ia bawa.
Tak mudah untuk sampai pada posisinya sekarang.
Berangkat dari Miyagi ke Hokkaido pada malam hari dan tiba saat dini hari. Beruntung, masih bisa menemukan penginapan di dekat bandara. Paginya, masih harus naik bus untuk sampai di tempat dirinya berada sekarang.
Selama perjalanan, ia terus memerhatikan lingkungan sekitar. Tidak banyak bangunan yang berdiri. Tapi bangunan yang berdiri tadi sudah dirasa cukup untuk memenuhi fasilitas umum. Seperti tempat belanja, kantor-kantor penting, terminal, dan sekolah. Sejenak, ia teringat akan sosok yang sedang ia cari.
'Daerah ini ternyata tidak begitu sepi', batinnya saat melihat aktivitas sekitar. Kondisi tidak jauh beda dengan kota kebanyakan. Masih nampak orang yang bersliweran untuk bekerja, membeli kebutuhan sehari-hari, maupun sekedar refreshing.
Sampailah ia pada tempat tujuannya. Pemukiman kecil dengan beberapa rumah yang dipisahkan oleh pekarangan. Pemukiman ini letaknya paling ujung, hal itu bisa dibuktikan dengan hamparan pematang yang putih diselimuti salju di sebelah timur pemukiman tersebut.
Drap! Drap! Drap!
Indra pendengarannya menangkap suara langkah kaki kecil yang terburu. Suara decakkan yang dihasilkan dari kontak alas sepatu dengan salju terdengar makin kuat. Belum sempat ia membalikkan badan, ia merasa bahwa kakinya ditubruk oleh sesuatu.
"Aw!"
Suara rintihan yang akhirnya membalikkan badannya. Ia melihat seorang anak laki-laki berusia sekitar lima tahun tengah terduduk di trotoar sambil meringis kesakitan. Anak itu kemudian berdiri lalu menatapnya sejenak. Membungkukkan badan dan meminta maaf karena telah menabraknya.
Belum sempat ia membalas permintaan maaf anak itu, sebuah suara mendahuluinya.
"Toshio! Apa kau tidak apa-apa? Sudah kubilang jangan lari-lari. Jalannya kan licin", omel suara tadi.
Ia sukses dibuat terkejut kala mendengar suara tersebut. Mengalihkan pandangannya dari anak kecil tadi menuju sumber suara. Iris zaitunnya sedikit melebar. Rasa lega bercampur bahagia membasuh raganya. Sosok yang ia cari kini ada di depan matanya.
"Now I can breathe 'cause you're here with me
And if I let you down I'll turn it all around
Cause I would never let you go"Sumber suara tersebut menghentikan langkahnya ketika melihat ada orang lain berdiri di depan anak kecil yang dipanggil Toshio tadi. Ia pun sedikit menengadahkan kepalanya untuk melihat wajah orang itu. Iris coklatnya melebar. Rasa terkejut dan tak percaya menghinggapi tubuhnya.
Ia sampai tidak bisa merasakan bahwa Toshio sudah berada disisinya dan memeluk kaki rampingnya. Sosok yang tidak ia sangka akan kehadirannya kini sudah berdiri didepannya.
"Wakatoshi.../(Y/n)..."
"And all my life you know I will be with you forever
To get you through the day and make everything OK"-----------------------
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Time and Fallen Leaves
Fanfiction|Ushijima Wakatoshi x Reader| I'm walking barefoot through the memories With the fallen leaves I'm letting go of the people I haven't been able to forget I'm walking barefoot through the memories To the red-stained sky I'm raising up the people who...