"Apa katamu!?"
Suara gebrakan meja menggema. Piranti-piranti rumah tangga yang ada di atas meja tersebut saling berdentingan. Beberapa sampai berpindah posisi sekian senti akibat getaran yang dihasilkan gebrakan tadi.
"Beraninya kau berkata seperti itu kepadaku, Wakatoshi!!", bentak seorang wanita paruh baya seraya berdiri dari tempat duduk kayu yang sedang ia tempati.
"Kalau ibu terus bersikap seperti ini, justru ibu yang akan mempermalukan nama keluarga Ushijima", cecar Ushijima dingin.
Wanita yang dipanggil ibu tadi melonjak, "Dasar kau-"
"Diam!!" Kali ini, seorang wanita tua berwajah agak garang yang mengeluarkan perintah.
"Wakatoshi, bisa jelaskan apa maksudmu dengan berkata seperti itu kepada kami?", lanjut wanita tua itu bertanya kepada Ushijima, yang tak lain adalah cucunya sendiri.
"Sebaliknya, aku ingin penjelasan kenapa ibu dan nenek bisa bertindak kekanak-kanakan seperti ini", balas Ushijima menatap tajam kedua wanita didepannya.
"Sekali lagi kau berkata sep-"
"Kau ini kalau aku bilang diam ya diam, paham tidak?" Dengan itu, wanita yang dipanggil 'ibu' tadi diam lalu duduk kembali ditempatnya semula.
"Kalian tahu kalau wanita yang kalian panggil enam bulan lalu adalah (Y/n)." Kedua wanita tadi sedikit terkejut dengan cara yang berbeda. Yang satu mengerutkan kening heran yang satu membelalakkan matanya.
"Kalian juga tahu bahwa ia yang dulu menyelamatkanku."
"Apa yang kau-"
"Tapi kalian menolak kenyataan kalau dia tidak seperti apa yang ibu dan nenek harapkan. Kalian lebih memandang luar daripada dalam. Tidak peduli apakah dia memiliki perangai yang baik atau buruk."
"Wakatoshi, kami tidak meng-"
"Yang penting berasal dari keluarga terhormat, bermatabat, dan memiliki fisik bak model. Menolak kenyataan dengan bersembunyi di balik nama baik serta martabat keluarga. Kalau seperti ini terus, kalian yang justru akan membuat nama Ushijima menjadi buruk", jelas Ushijima panjang lebar masih menatap tajam ibu dan neneknya.
'Bagaimana anak ini bisa tahu!?', jerit ibu Ushijima dalam hati.
Keringat dingin mulai meluncur di pelipis wanita usia 40 tahunan itu. Ia mencuri-curi pandang kepada wanita tua disampingnya. Ia tidak ingin rahasia yang mereka simpan dibuka begitu saja.
"Apa inti tujuanmu ke sini, Wakatoshi?", tanya nenek Ushijima berusaha untuk tenang. Padahal di dalam, nenek Ushijima tak kalah gugupnya.
"Aku ingin tahu kemana kalian mengusir (Y/n)", tegas Ushijima.
Belum sempat sang nenek menjawab, ibu Ushijima sudah menyambar dengan nada sinis, "Aku tidak tahu."
Cih!
Ushijima mendecih kesal lalu bangkit dan berjalan menuju pintu keluar. "Wakatoshi, mau kemana kau!?", tanya ibu Ushijima sambil berteriak.
"Bukan urusanmu", jawab Ushijima dingin sembari membuka pintu geser rumah keluarga Ushijima.
"Kau ingin menemui wanita itu kan? Aku tidak akan mengizinkan."
"Terserah, aku sudah muak dengan aturan 'menjaga nama baik' yang selama ini kalian terapkan", cerca Ushijima menatap dingin ibunya melalui ujung matanya.
Blam!
"Dasar anak sia-"
"Dia ada benarnya." Ibu Ushijima kembali terkejut mendengar kata-kata ibunya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time and Fallen Leaves
Fanfiction|Ushijima Wakatoshi x Reader| I'm walking barefoot through the memories With the fallen leaves I'm letting go of the people I haven't been able to forget I'm walking barefoot through the memories To the red-stained sky I'm raising up the people who...