BEBAS

1.4K 55 11
                                        

"Lala, lo udah sampe rumah?"

Dio menghapus pesannya lagi, bebberapa kali Dio mencoba mengirim pesan untuk Starla tapi ia urungkan niatnya. Dio mondar mandir sambil menggenggam ponselnya di tangan seperti orang linglung. Sesekali ponsel itu ia ketuk-ketuk pada kepalanya.

"Ah elah, dia udah balik belom si?" ucap Dio gusar.

" Apa gue telfon aja? Elahhh,"Dio mengacak rambutnya frustasi. "Entar kalo gue telfon, dikira gue kepo banget. Emang gue siapanya."

Beberapa menit Dio termenung, satu ide muncul dikepalamya, Dio menjentikan tangannya di udara.

Dio langsung mendial nomer Starla dan menempelkan ponselnya ditelinganya.

"Hallo?" suara seseorang dari sebrang sana.

Dio nengerutkan dahinya, dia menjauhkan ponselnya dari telinganya dan melihat layar ponselnya. Disana tertera nama Starla.

"Hallo," sapa kembali orang yang disebrang sana.

"Ha—halo, ini nomer Starla kan?" tanya Dio ragu.

"Iya ini nomer, Starla." jawabnya.

"Bentar, bentar. Ko gue kaya kenal suaranya," Dio kembali mengerutkan dahinya, "Alvaro. Ini lo kan?" sambungnya.

"Iye, ini gue."

"Lah, ko hp Starla ada di lo?"

"Hpnya ketinggalan di mobil gue."

Dio hanya ber-Oh ria.

"Udeh dulu ye. Gue pengen berak."

"Oh, O—," ucapan Dio terpotong karena Alvaro sudah terlebih dahulu mematikan sambungannya.

"Dasar anak monyet!" gerutu Dio pada sahabatnya itu. "Gagal dah modusin Starla, eeq badak!!" sambungnya.

***

"Udah siap?" Tanya Alvaro. Alvaro melihatnya dari kaca spion, Starla hanya diam memejamkan matanya, tangannya menggenggam erat tas yang Alvaro kenakan dipunggungnya saat ini. Tangannya bergemetar hebat, keringat dingin bercucuran dipelipis Starla.

Bayangan kejadian beberapa tahun yang lalu seakann terputar kembali. Karena motor, saudara kembarnya tewas mengenaskan.

"Gue pasti bisa!! Yan, bantu gue," ucap Starla dalam hati.

"La? Gimana? Kalo lo takut, kita ga usah coba." Tanya Alvaro sekali lagi. Starla menggelengkan  kepalanya lemah dengan mata yang masih terpejam.

"Ayo kita coba sekarang."

Alvaro mengambil tangan Starla dan menggengamnya dengan erat. Starla mengeratkan pelukannya pada Alvaro.

Alvaro mulai menyalakan motornya dan melajukannya dengan kecepatan standar.

Mata Starla terpejam dan ia semakin mengeratkan pelukannya itu.

"La, coba lo rasain hembusan angin yang menerpa lo, nikmatin udarnya," ucap Alvaro sambil melihat bayangan Starla dari kaca spionnya. "Buka mata lo perlahan," sambungnya.

Starla mulai mengikuti perkataan Alvaro, menikmati angin yang menerpa tubuhnya, perlahan ia mulai membuka matanya.

"Gimana? Enak kan?" ucap Alvaro. Starla mengangguk ragu.

You're My Star-LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang