"Anak-anak, sehubung kita sedang membahas bab seni musik. Ibu akan memberikan kalian tugas." tegas ibu Devi sebagai guru seni budaya.
"Yah ibu mah, tugas mulu bu. Botak kepala saya." seru Reon tidak terima. Lula yang duduk disebelah Reon langsung menarik tangan Reon agar dia kembali duduk.
"Diem napa, cacingan lo ya?" ucap Lula pada Reon.
"Kenapa sih yang? Salah mulu gur dimata lo. Gue kan cuma mengutarakan perasaan gue aja." bela Reon tak terima disalahkan oleh Lula, pacarnya.
"Bodo ah,"
"Semuanya tenang. Ini tugasnya muda ko. Kalian akan di bagi kelompok. Satu kelompok terdiri dari 2 orang," jelas Bu Devi.
"Nah, satu kelompok akan membawakan satu lagu, bebas. Tapi, harus diiringi satu alat musik. Alat musiknya juga bebas." lanjutnya.
"Bu pake bas betot boleh ga?" celetuk Zaky si pentolan rusuh kelas ini.
"Anjer bas betot, lo mau mangkal di lampu merah, Ki?" celetuk Reon sambil tertawa terbahak-bahak.
"Jangan buka aib gue dah, Yon."
"Kelompoknya kalian boleh tentukan sendiri. Murid dikelas ini genap kan? Saya percayakan ini ke kalian semua."
Tak lama suara bel berbunyi.
"Pelajaran cukup sampai sini. Minggu depan kelompok sudah wajib tampil." Setelah mengatakan itu. Bu Devi langsung pergi meninggalkan ruang kelas.
"La, lo sekelompok sama siapa?" tanya Adelia.
"Ga tau," jawab Starla singkat. Kepalanya terasa nyeri, seharusnya ini waktunya dia minum obat.
"Ah elah, Starla mah gampang. Dia kan jago main piano. Yang jadi patner Starla tinggal terima beres." ucap Lula santai.
"Al, gue sama lo ya?" tiba-tiba suara Iris membuat semuanya menoleh ke arahnya, termasuk Starla.
"Ogah," jawab Alvaro santai.
"Ayolah, lo sayang kan sama gue?" Iris bergelayut pada lengan Alvaro. Dengan cepat Alvaro langsung menepisnya.
"Sayang? Lo fikir gue masih sayang sama lo? Urus noh selingkuhan lo." sekuat apapun Alvaro menerima kenyataan, tetap saja dia hanya manusia biasa. Kesal, kecewa itu wajar bagi orang yang telah dikhianati oleh seseorang terdekatnya, apalagi dia menyandang gelar pacar.
"Al, kok lo berubah gini? Ini bukan lo banget," ucap Iris tak terima.
"Anjir bentar lagi ada perang dunia kedua." bisik Reon kepada Lula.
"Gue berubah karena lo, Ris. Udahlah gue capek. Kita udah selesai." ucap Alvaro santai.
Untung saja kelas sudah sepi, hanya menyisakan teman-teman terdekatnya saja.
"Gue tau kenapa lo kaya gini. Inj semua gara-gara dia kan?!
Dasar wanita murahan.
!" Iris menunjuk ke arah Starla dengan tatapan penuh emosi.Starla hanya menatap datar jari Iris yang mengarah kepadanya.
"Iris jaga bicara lo!" bentak Alvaro. "Itu bukan urusan lo!"
"Itu jadi urusan gue! Karena lo cuma milik gue! Camkan itu!" Setelah mengatakn itu, Iris lalu berlalu pergi meninggalkan kelas.
"Jangan dengerin apa kata Iris." ucap Alvaro lembut pada Starla. Starla hanya menggedikan bahunya.
Sendari tadi, Dio hanya pura-pura menyibukan diri pada buku yang ia pegang. Padahal dia sedang meredam emosinya itu tanpa ada satu orang pun tau.

KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Star-La
Fiksi RemajaHanya sebuah cerita biasa yang terinspirasi dari kata BENCI, CINTA, dan DENDAM. Karena sebenarnya, cinta dan benci itu saling berkesinambungan. Cerita ini menceritanya sebuah kisah cinta anak SMA yang diselimuti oleh dendam. Dendam yang berawal dari...