"Lo mau ga jadi pacar gue?"
Mata Starla membulat seketika mendengar peryataan yang Alvaro lontarkan.
"Maksud lo?" tanya Starla dengan mulut menganga.
"Itu mulut tutup dulu, entar gajah masuk." ucap Alvaro dan Starla langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Sejenak Alvaro menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Starla.
"Oke gue cogan mau ngomong jujur. Gue ga tau gimana perasaan lo sama gue, tapi gue ada rasa sama lo. Gue ga tau rasa ini muncul sejak kapan, tapi gue sadar kalau gue ga mau kehilangan lo. Setiap kali gue deket sama lo, rasanya nyaman banget. Rasa nyaman yang belum pernah gue rasain sama sekali. Walaupun gue udah sering pacaram tapi kalau sama lo itu beda. Cara lo, sikap lo itu beda. Walaupun lo ngeselin, tengil, suka ngomel-ngomel, tapi gue sayang sama lo. Gimana? Lo mau kan jadi pacar gue?" ucap Alvaro panjang lebar.
"Sejarah baru, lo ngomong panjang banget, Al. Sampai gue bingung lo ngomong apa." ucap Starla dengan wajah polos. Mendadak sosok Starla yang bawel, galak ini menjadi sosok yang lemot begini. Itu hanya alibi Starla untuk menutupi rasa senangnya. Tampaknya Starla pandai sekali berakting. Cocok jadi aktris. Antagonis.
"Astaga Starla, lo ga ngerti omongan gue itu apa?" tanya Alvaro geram. Starla menggelengkan kepalanya, sebenarnya Starla sedang menahan rasa sakit yang menyerang punggung dan kepalanya itu. Tapi, tiba-tiba rasa sakit itu hilang begitu saja.
Alvaro menggenggam tangan Starla dengan erat.
"Gue sayang sama lo, La. Lo mau ga jadi pacar gue?" Alvaro sedikit menaikan suaranya satu oktaf. Wajah Starla memerah seketika, debaran di dadanya sudah tak bisa diajak kompromi.
"Eum, gu—gue..," ucap Starla terbata-bata. Starla menjilat bibirnya sendiri.
"Iya kenapa?"
"Gu—e,"
"Apa, La? Lo kenapa? Lo ga mau jadi pacar gue?"
Starla menarik nafasnya panjang dan langsung mengatakan.
"Gue kebelet pipis, Al. Iya gue kebelet pipis. Udah sana lo balik. Gue masuk dulu. Bye." Starla melepaskan tangannya dari genggaman Alvaro dan segera berlari menuju rumahnya.
"STARLA!! JAWABANNYA APA!!"
Hening, semuanya hening. Tidak ada yang menjawab terikan Alvaro. Hanya suara jangkrik yang menjawab.
Alvaro mengacak rambutnya frustasi. Alvaro menendang ban mobil miliknya.
"Aduh!!" Alvaro melompat-lompat dengan satu kakinya.
"Sial!" Alvaro masuk kedalam mobilnya langsung pergi meninggalkan kawasan rumah Starla. Alvaro tidak langsung pulang kerumah. Dia butuh udara segar untuk menenangkan fikirannya. Taman adalah solusinya.
Alvaro duduk diatas cap mobilnya sambil menghisap seputung rokok. Alvaro bukan pecandu rokok, dia hanya merokok kalau fikirannya sedang kacau saja.
"Bodoh banget gue, bisa-bisanya ini mulut main ngoceh aja." Alvaro memukul mulutnya sendiri memggunakan tangannya. Untung sepi. Kalau ramai, pasti orang berfikir kalau Alvaro gila.
"Mau ditaro dimana ini muka gue, arghh!!" Alvaro mengacak rambutnya frusrasi. Sudah beberapa rokok yang Alvaro habiskan malam ini.
Alvaro memandang langit, banyak bintang-bintang yang bertebaran. Seketika Alvaro teringan dengan Starla. Langit gelap itu berubah menjadi wajah Starla yang sedang cemberut.
Ponsel Alvaro tiba-tiba berdering membuat Alvaro tersadar dari lamunannya. Satu pesan masuk kedalam ponselnya.Starla
Gue mau😅
Mulut Alvaro langsung menganga lebar setelah membaca pesan itu. Alvaro mengucak matanya, tak percaya. Memastikan kalau dia tidak salah baca. Setelah memastikan dia tidak salah baca, Alvaro langsung menghubungi Starla dengan senyuman yang menghiasi wajah tampannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Star-La
Ficção AdolescenteHanya sebuah cerita biasa yang terinspirasi dari kata BENCI, CINTA, dan DENDAM. Karena sebenarnya, cinta dan benci itu saling berkesinambungan. Cerita ini menceritanya sebuah kisah cinta anak SMA yang diselimuti oleh dendam. Dendam yang berawal dari...