-14- DIA

8.2K 471 12
                                    

Kalea terus berjalan mengikuti arah jalan, entah mengapa ucapan Kinnard yang tadi, terus berputar-putar diotaknya. Ia sangat sakit hati. Baru kali ini ia mendengar nada hinaan itu dengan serius. Biasaanya Tara yang mengatakan itu dengan tertawa, tetapi berbeda dengan Kinnard yang sangat keras itu langsung mengatakan secara terang-terangan dan jengkel.

Tubuh Kalea berbalik kebelakang ketika tangannya ditarik dari belakang.

"Lo mau kemana?" Nada ketus itu timbul dari bibir Kinnard dan wajah pria itu begitu datar dan tak bersahabat sama sekali.

"Bukan urusan kamu! Lepasin tanganku!" Balas Kalea yang tak kalah ketus. Ia terus mencoba melepaskan cekalan tangannya dari Kinnard.

"Lo harus balik ke villa!" Ucap Kinnard dingin.

"Nggak mau! Aku mau pulang!" Pekik Kalea  tajam.

"Lo mau pulang naik apa? Ini ditengah hutan, nggak ada taksi, nggak ada bus." Mata Kalea membulat. Benarkah dia ada ditengah hutan? Ia jadi tambah sengit dengan Kinnard.

"Kenapa kamu bawa aku ke tengah hutan?" Tanya Kalea sinis.

"Gue mau ngasih makan singa gue yang kelaparan."

Kalea mengerutkan dahinya menatap Kinnard, bisa-bisanya disuasana yang menegangkan seperti ini pria itu masih bercanda.

Kalea memukul dada Kinnard kesal kemudian berjalan menuju ke villa kembali sambil menghentakkan kakinya. Entah kenapa, ia menjadi lebih jengkel dengan Kinnard.

"Lo marah sama gue?" Alea tidak menjawab pertanyaan itu, ia lebih memilih masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat.

"Terserah lo mau marah apa nggak. Gue mau makan, minta sama pak Tarno." Kata Kinnard, tapi ia masih tetap berdiri didepan pintu kamar Kalea. Menanti gadis itu keluar dari kamarnya, entah mengapa pria itu masih berharap kalau Kalea akan keluar kamar dan merengek untuk memintanya agar mengajak gadis itu ikut bersamanya.

Tapi, sudah lima belas menit ia menunggu, Kalea tidak kunjung keluar dari kamar. Dengan mendesah pelan, ia pergi meninggalkan kamar Kalea.

Kejadian pagi itu, dia sama sekali tidak sengaja. Ia spontan mengatakan itu. Entah mengapa mulutnya selalu bertingkah berengsek ketika dihadapan Kalea. Padahal ia tidak bermaksud menyinggung perasaan Kalea. Tapi, sepertinya gadis itu sudah ketanggung marah dan kecewa padanya.

Kinnard menatap pak Tarno yang sedang duduk disebelahnya. Pria setengah baya itu langsung menoleh menatap Kinnard, "Sendirian aja, Kin?"

"Nggam juga, pak.." Jawab Kinnard malas.

"Terus? Bukannya kamu udah nikah? Terus dimana istrimu?" Tanya pak Tarno berturut-turut.

"Dia marah dan aku sama sekali nggak tau harus bujuk dia kayak gimana lagi." Jawab Kinnard.

"Makanya, Kin.. Jangan galak-galak jadi cowok.. Dia marah pasti karena kamu galakin dia kan?"

Sontak Kinnard menoleh, menatap pak Tarno sambil mengerutkan dahinya.

"Tau darimana, pak?"

"Nebak aja, lagian dari dulu kamu memang galak."

Kinnard mendengus, harus berapa banyak orang lagi yang akan mengatainya galak. Pada dasarnya, menurut Kinnard, ia bukanlah pria galak seperti apa yang orang lain katakan. Melainkan ia selalu bertingkah tegas dan suka mengatur.

"Ada makanan nggak, pak? Aku sama Kalea belum makan dari kemarin." Kata Kinnard.

"Ada, tunggu disini ya.. Bapak ambilin makan."

Kinnard langsung mengangguk. Tatapannya kini beralih lurus kedepan. Memandangi pepohonan yang menjadi sorot pandangannya.

Matanya tidak berkedip sama sekali. Semua pemikiran mengenai Kalea memenuhi otaknya. Gadis itu benar-benar membuatnya semakin gila.

"Kin." Dengan langkah cepat, Kinnard langsung menoleh. Pandangannya kini bertemu dengan sepasang bola mata yang indah milik gadis berkepang satu.

"Aku nggak nyangka kamu bakal kembali... Aku pikir kamu nggak akan kembali lagi kesini." Kata gadis itu sambil terkekeh. Sedangkan, Kinnard hanya terdiam mematung menatap gadis yang ada dihadapannya yang baru saja duduk disebelahnya.

"Oh iya, gimana kabar kamu?" Tanya gadis itu lagi, tapi dengan langkah yang cepat Kinnard langsung menarik tubuh gadis itu kedalam pelukannya. Mencium wangi khas rambut milik gadis itu. Beberapa detik kemudian, Kinnard menarik dirinya dari gadis itu. Memegang kedua bahu gadis itu.

"Kamu masih disini?" Tanya Kinnard, pelan suaranya nyaris terlelan ditenggorokannya.

Gadis itu langsung menepiskan tangan Kinnard, kemudian berdiri dan memunggungi Kinnard.

"Aku nggak jadi pulang ke Bali. Karena aku yakin kalau kamu akan kembali kesini lagi dan kita akan ketemu lagi." Kata gadis itu kemudian tertawa pelan.

Ia membalikkan tubuhnya kembali menatap Kinnard.

"Dan nyatanya kita ketemu lagi kan?" Tanya gadis itu sambil tertawa pelan.

"Bertemu disaat yang tidak tepat." Jawab Kinnard lirih. Entah mengapa, semua kenangan masa lalu dengan gadis itu kembali terbayang diotaknya.

"Maksud kamu?"

"Aku udah nikah."

Gadis itu diam, membeku menatap Kinnard. Ukiran senyuman yang tadinya tercetak jelas dibibirnya kini memudar menjadi garis lurus.

"Maaf, karena aku nggak bisa nepatin janjiku... Maaf, karena dulu aku terlalu berengsek buat kamu.." Kata Kinnard.

Gadis itu tidak membalas perkataan Kinnard. Ia masih terdiam.

"Gimana kabar dia?" Tanya Kinnard, menatap gadis yang tengah berdiri dihadapannya.

"Dia nggak ada. Sesuai dengan permintaan kamu dulu.." Jawab gadis itu miris.

"Itu bagus."

Beberapa detik kemudian, gadis itu tertawa lirih.

"Iya.. Itu memang bagus.. Makanya, lebih baik nggak ada dari pada ada dan mengundang masalah kan?"

Kinnard diam tidak menjawab.

___________

Maaf karena aku lama updatenya.

Masih setia kah menunggu kalea dan Kinnard?

Hallo, Mr.ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang