a Lie

5.1K 369 12
                                    

Setelah dari makam tadi Jimin dan Hyejin pun pulang. Karna kelelahan Hyejin tertidur dan Jimin menggendongnya ke kamar mereka. Ia sudah mutuskan untuk tidur sekamar dengan gadis itu, karna sedikit kasihan saat Hyejin mengeluh pegal pada tubuhnya.

Sementara motor Yoongi telah Jimin kembalikan setelah meminta bantuan dari salah satu pegawai di perusahaan ayah nya.

"Kau ini...menyusahkan sekali." Ia mengacak rambut halus Hyejin. Setelah itu ia bergegas mandi dan setelah itu ia kembali ke kamar dan berpakaian. Tak lupa ia mengganti pakaian seragam Hyejin. Walau pun sedikit ragu tapi pada akhirnya Jimin tetap mengganti pakaian sang istri. Namun ia tidak mengganti pakaian dalam Hyejin.

Skip

"Hoam..." Hyejin meregangkan tubuhnya namun setelah itu ia terkejut karna melihat Jimin yang berada di sebelah nya.

"YAKKK kau- apa yang akan kau lakukan?!"

"Kau ini ribut sekali! Tenanglah aku tidak melakukan apapun. Aku tidak bernafsu dengan buah apelmu itu?"

' apa, dia menyebut dada ku buah apel? Beraninya kau.'

"Mengapa menatapku seperti itu?"

"Sialan kau Park Jimin. Payudara ku tidak sekecil itu!"

"Benarkah, coba kita lihat dulu!" Jimin segera mengarahkan tangannya untuk menangkup payudara Hyejin dan sedikit meremasnya. Hyejin hanya tertegun dan melebarkan matanya.

"A- apa yang ba- baru saja kau lakukan?" Jimin menarik tangannya dan tersenyum nakal.

"Well kurasa ini lebih besar dari apel. Jeruk mungkin?"

"YAKKK!!!"

Di sekolah.

Hyejin berjalan dengan wajah garang nya. Ia sangat marah pada Jimin yang telah melecehkannya tadi pagi. Semua orang menatap nya takut.

BRUKK

Seorang siswi menabraknya dan menumpahkan minimum soda berwarna pada kemeja seragam Hyejin. Hyejin yang tak dapat mengontrol emosi nya langsung saja mendorong wanita itu.

"Apa masalah mu jalang sialan? Kau tak punya mata hah?"

Hyejin merebut kaleng minuman itu dan menyiramkan nya pada kepala sang wanita itu.

"Aku minta maaf Hyejin..."

"Wah...kau berani menyebut namaku,hah?"

Semua orang yang melihatnya tak dapat berbuat apa-apa dan hanya turut prihatin pada gadis malang itu.

"Hentikan ini!"

Tak lama seorang lelaki datang untuk melerai Hyejin dan si gadis malang itu. Laki-laki itu adalah-

"Apa masalahmu Tuan Park?!" Hyejin benar-benar ingin mengahajar wajah yang sayang nya tampan milik Jimin ini.

Jimin menarik tangan sang gadis malang itu dan membantunya bangkit.

"Kau tak apa?"

"Tak...apa saem." Si gadis itu menggeleng pelan dan berusaha membersihkan kepalanya yang terkena siraman minuman tadi.

"Berhenti menunjukan wajah lemahmu itu jalang!"

"Aku minta maaf Hyejin. Aku tak sengaja tadi hiks... Aku mohon jangan memukul ku lagi..."

"Kau menuduhku,hah? Kau-"

"Ganti lah baju mu Mina, dan kau...ikut ke ruangan ku Hyejin."

' aku pasti akan balasmu, Nam Hyejin. '

.
.
.

"Bisakah kau dewasa sedikit Hyejin?"

"Dia juga salah disini. Dia menumpahkan minuman di kemeja ku!"

"Apa kau tidak tahu akan kata ' tak sengaja ' Park Hyejin? Lalu kenapa kau memukulnya?"

"Aku tak memukul nya!"

"Tapi ia mengatakan nya tadi. Dia tak mungkin berbohong."

"Jadi kau pikir aku berbohong?"

"Bukan seperti itu, Hyejin. Tapi ia tak mungkin berbohong Hyejin dan semua orang melihatnya."

"Park Jimin...jika aku memukulnya, mungkin dia sudah pingsan sejak tadi. Dan kau pikir aku sudah gila karna memukul seseorang karna masalah seperti ini?"

"Hyejin..."

"Ku kira kau sosok orang dewasa dengan pemikiran yang luas. Namun aku salah. Kau sama seperti yang lainnya. Apa aku tidak boleh jujur? Apa aku adalah satu-satu nya orang yang bersalah di setiap masalah? Hahaha... Wah... Kau sangat mirip dengan ayahku Park Jimin. Kalian sama-sama bajingan!"

PLAK

Hyejin hanya terdiam saat Jimin menampar nya. Itu tidak lah sakit, tapi yang membuat Hyejin menangis adalah karna Jimin tak mempercayainya.

Ia memang bukan anak yang baik, tapi ia selalu jujur. Dia tak mungkin berbohong pada orang lain untuk masalah seperti ini. Hyejin berlari keluar dengan air mata yang membasahi pipinya.

Sementara Mina sedang tersenyum bahagia saat melihat Hyejin dalam keadaan seperti itu. Ia rasa ia harus memanfaatkan posisi Jimin untuk menghancurkan Hyejin.

"Aku tak sabar menunggu mu hancur Nam Hyejin."

Tbc.

Hay ku balik lagi nih... Siapa yang nunggu cerita ini? Wkwkwk

Oke see you next time.

Our Contract Marriage || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang