Time 36 - Pertimbangan

5K 649 34
                                    

Tinggalkan jejak gak sulit kan..
Vote and
Komen juseyo!
Thanks 😘

Time 36
.
.
.

Kau membeku. Sehun pergi. Takdir mengkhianatimu lagi dan lagi. Sakit. Perih. Hancur. Itulah yang kau rasakan. Kalau saja hatimu terbuat dari kaca, kini sudah pecah menjadi serpihan yang berserak di dalam sana. Tidak bisa terangkai lagi walau kelak disatukan. Perasaan hancur itu, menakutkan.

Pandangmu kabur. Air mata terus mengalir turun tanpa bisa kau ajak kompromi. Sehun semakin jauh dan menghilang karena jarak. Ternyata pengakuan dan rasa kalian belum sampai di titik di mana kalian akan percaya walau tak melihat dan bertahan dengan semua keyakinan hati kalian. Sehun memilih pergi. Dan kau yang mencoba bertahan mulai kehilangan kesabaran untuk tetap berada di sana. Kenapa bahagia yang baru sedikit saja memasuki hidupmu harus sirna begitu saja? Begitu cepatnya? Apakah takdir hidupmu memang harus seperti ini?

Tiba-tiba saja kepalamu berdenyut, kau bernapas dengan kasar namun lambat. Kau tidak tahu apa yang salah denganmu. Apa ini akibat kau menangis? Entahlah. Kau mencoba melangkah menutup pintu, tapi sebelum sampai ke sana ...

Bruk! Kau terjatuh pingsan lantas tak tahu apa-apa lagi.

.
~
.

Kau terbangun, aroma propofol menyeruak masuk dalam hidungmu, ruangan yang di dominasi warna putih, tanganmu terasa kaku karena jarum infus, ini di rumah sakit. Kau hanya kehilangan kesadaran bukan kehilangan pikiran. Kau mengitari sekitarmu walau masih kabur, tapi tidak ada siapa-siapa di sampingmu.

Masih terasa seperti semalam, kau dan Sehun bertengkar. Lalu berpisah dan kau menangis. Sampai di sana saja batas kenanganmu. Rasa sakit itu masih tersisa.

Saat kau mencoba untuk bangun, seseorang memasuki ruanganmu. Kau mengenalnya, sekedar mengenalnya, Joon Myeon. Hatimu kembali berdenyut sakit, kalau bukan karena pria itu kau dan Sehun tak akan berakhir dengan mengenaskan.

"Kau sudah sadar? Kau membuatku khawatir, sudah 3 hari kau tak sadarkan diri."

Sudah 3 hari rupanya, pikirmu. Melihat pria ini yang ada di sana, mungkinkah Sehun benar-benar sudah tak menginginkanmu? Wajahmu murung jadinya.

Joon Myeon duduk di sampingmu. "Kau memikirkan Sehun?" tanyanya tiba-tiba.

Kau hanya diam, tak ada yang harus kau jawab dari pertanyaannya bahkan kau pun tak sudi bertanya soal kehadirannya saat ini.

"Sehun mencarimu, tapi aku belum memberitahukannya keberadaanmu," katanya saat kau hanya bungkam. "Malam itu aku menuju rumahmu mengikuti Sehun, dan aku mendengar kalian bertengkar. Sehun sudah tak menginginkanmu hanya karena salah paham itu. Aku terbangun bahwa aku sudah mengacaukan hidupmu. Aku tak seharusnya menyeretmu ke dalam masalahku. Aku ingin menjelaskan semuanya pada Sehun, tapi melihat bagaimana dia meninggalkanmu, aku marah. Jujur saja, aku ingin menghajarnya tapi aku melihat dirimu jatuh pingsan saat hendak menuju pintu. Aku langsung membawamu ke rumah sakit," ceritanya.

Kau tetap menutup mulutmu rapat-rapat.

"Sehun mengundurkan diri dari perusahaan dua hari yang lalu. Satu hari setelah dia pikir dirimu menghilang. Dia mencarimu ke mana-mana, bahkan senantiasa menunggu di depan gerbang sekolahmu. Aku sudah memberitahu pihak sekolah agar tetap menjaga informasi tentang dirimu. Kalau kau sudah sehat, kau bisa mengikuti ujian susulan. Dokter mengatakan tubuhmu kekurangan vitamin dan kelelahan dan stres menjadi alasan kenapa kau pingsan."

"Di mana dia sekarang?" akhirnya kau mau bersuara juga.

Joon Myeon mengendikkan bahunya tanda tidak tahu. "Aku tidak tau. Sejak dia meninggalkan perusahaan, aku kewalahan mengurus banyak hal. Termasuk dirimu di dalamnya. Aku tidak sempat mencarinya. Tapi kalau kau ingin menemuinya, aku bisa membantumu."

"Tidak, terima kasih. Aku harus menyelesaikan masalahku sendiri. Aku yang akan menemuinya."

.
~
.

Sejujurnya kau memaksa dirimu untuk keluar dari rumah sakit. Padahal dokter sudah menganjurkan agar kau menginap satu hari lagi. Kau menggunakan banyak alasan agar diberi izin keluar seperti ujian, orang tuamu di Indonesia, dan lain sebagainya. Sore hari itu juga kau menuju rumah Sehun. Rumah yang dulunya ditempati bersama Yi Xing dan orang tuanya.

Tak ada tanda-tanda kehidupan. Tidak ada lampu menyala. Kau mengetuk pintu, tidak ada yang menjawab. Akhirnya kau memilih duduk di depan rumahnya dan menunggu. Kau sudah berpikir keras seharian tentang hubungan kalian. Kau dan Sehun harus meluruskan semuanya baru memutuskan untuk tetap bersama atau berpisah agar tidak ada penyesalan di kemudian hari.

Namun tetap saja kau bisa merasa kesal. Sehun terlalu emosian. Entah kelak ada badai seperti apa lagi dan reaksinya mungkin lebih mengerikan dari ini. Kau tak bisa membayangkan kehidupan lebih lanjut dengan Sehun. Ada sisi di mana kau ingin mengakhirinya. Kau merasa lelah. Namun sisi lainnya memintamu terus bertahan karena masih ada rasa cinta yang tertinggal.

Udara semakin dingin, membuat tubuhmu semakin bergelung di sana. Kau merapatkan tubuhmu, bernapas dengan gusar dan terus menunggu. Untuk melanjutkan ini, semua harus jelas.

"(Namamu)!"

Suara Sehun.

Kau menengadahkan pandanganmu ke arah suara.

"Sehun!" Kejutmu melihat bagaimana tampilan Sehun saat ini.
.
.
.
Tbc...

Annyeong..
Lama gak menyapa kalian. Tentang komentar terakhir kalian, aku gak balas. Tapi aku baca semua kok. Ada yang mnta jangan privasi. Aku minta maaf untuk itu, karna bagaimana pun aku bakal private beberapa chap.

Selain itu, sepertinya smpe ke sini aku jadi berniat panjangin ceritanya. Gimana? Ini smpe chap 40 doang, tapi kayaknya bs diperpanjang. Bisa bosenin gak kira2? Mohon masukkannya dong..

Chap ini juga lbh pendek dr yg sblmnya, jd besok aku usahain update lagi..

Sekian, 😘

Salam, sampai bertemu besok ✌

Mine [Sehun x You] - Imagine TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang