Intensitas kebersamaan Nada dengan Rafa makin banyak. Itu dikarenakan mereka selalu ada di dalam kelompok yang sama. Entah itu diacak atau memilih sendiri.
"Nad, kerja kelompoknya di rumah lo aja, ya. Biar deket gue pulangnya." saran Dita.
"Boleh. Gimana yang lain?"
Gilang dan Rafa hanya mengangguk menurut.
"Gue nebeng lo, ya, Lang." ujar Dita.
"Ah, modus inimah." celetuk Rafa.
Dita mendelik kepada Rafa. Sementara Nada hanya terkekeh pelan melihatnya.
"Makasih, ya, Dit. Berkat lo, gue bisa boncengin Nada." ucap Rafa begitu sampai di halaman rumah Nada.
Nada menahan senyumnya. Nada pun merasa senang menghirup parfum yang Rafa pakai di hoodienya saat dibonceng oleh Rafa. Sangat menenangkan.
"Assalamu'alaikum." salam Nada memasuki rumah.
"Wa'alaikumsalam. Nada bawa temen?" tanya Dera, bundanya Nada.
"Iya, mau kerja kelompok, Bun. Boleh, kan?" tanya Nada kepada Bundanya.
"Boleh. Kenalin temen-temennya, dong."
"Saya Rafa, Tante." Rafa menyerobot pertama untuk salim dengan Dera.
"Yang pernah jemput Nada, ya?" tanya Bunda.
"Iya, Bun." jawab Nada.
Entah mengapa, Nada merasa senang Bunda dan Rafa saling mengenal.
"Nyokap lo cantik, Nad. Ga salah anaknya lebih cantik."
Nada hanya tersenyum menanggapi pernyataan Rafa.
"Gas aja terus, Raf." komentar Gilang.
"Bokap lo ke mana, Nad?" tanya Gilang.
"Dinas ke Surabaya." jelas Nada.
"Kalo abang lo mana?" tanya Dita.
"Kebiasaan, ya. Abang gue masih di kampus."
"Abang lo yang waktu awal semester anter jemput lo, Nad?" Rafa bertanya.
Nada hanya mengangguk.
Di ruang tamu, perbincangan mengiringi kami selama mengerjakan tugas.
Sesekali mereka tertawa. Tawa Rafa akan menjadi favorit Nada kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled Memories
Short Story[COMPLETED] Semesta punya rencana. Begitu pula Nada yang memiliki puluhan cara untuk menghabiskan waktu-waktu untuk menorehkan memori menyakitkan di otaknya. Jika ia selalu berusaha membuat Nada tersenyum dengan caranya, Nada ingin waktu berhenti. ...