[06] Warung Mang Ojan

1.8K 120 0
                                    

Pulang sekolah, gue menemani 'Bidadari Cantik' ke toko buku. Gila, Rafa. Lo, udah gila. Ga waras lo.

"Raf?"

"Iya, cantik."

Mampus. Mulut gue kenapa sih? Otak sama mulut ga bisa diajak kerja sama.

Pipi Nada bersemu.

"Lucu, deh." gue nyubit pipi Nada.

"Rafa!"

Gue seneng liat Nada malu-malu gitu.

"Udah beres?" tanya gue mengalihkan.

"Udah." jawabnya singkat dan pelan.

Sumpah. Nada. Lo lucu banget. Pengen gue peluk rasanya. Eh.

"Mau pulang langsung?" tanya gue.

Nada cuma ngangguk.

Dengan begitu, gue jalan beriringan dengan Nada ke parkiran. Pengen rasanya genggam tangan mungil punya Nada. Tapi Nada belum sah.

"Bokap lo ada di rumah, Nad?" tanya gue waktu Nada udah naik ke atas motor gue.

"Ada."

"Gue bakal kena marah ga kalo bawa pulang anak gadisnya maleman dikit?" ide itu muncul selintas, sumpah.

"Emang mau ke mana?" tanyanya sambil memakai helmnya.

"Makan dulu, mau?" tawar gue.

"Boleh."

Akhirnya, gue bawa Nada ke tukang nasi goreng langganan gue yang ga begitu jauh dari rumah Nada.

"Biasa, ya, Mang! Tapi dua porsi." seruku pada Mang Ojan.

"Siap, Kang! Bawa siapa ini teh?" tanya Mang Ojan dengan aksen sundanya.

"Calon, Mang."

"Calon apa, ya, Raf?" tanya Nada.

"Calon apa, ya? Calon penghuni surga kali."

"Ih, Rafa, nyebelin!" Nada memukul lenganku pelan.

"Amiinin, dong. Lo ga mau masuk surga? Kalo gitu, gue aja yang masuk surga."

"Amiin. Semoga gue sama lo masuk surga."

Gue masih tertawa kecil melihat tingkah laku Nada yang kadang-kadang ajaib kalo sama gue.

"Nih, buat Kang Rafa sama Neng Nada. Spesial." ujar Mang Ojan menaruh dua piring nasi goreng spesial di hadapan gue dan Nada.

Gerobak Mang Ojan menjadi saksi bisu bahwa gue sama Nada pernah ke sini.

First author note yeay.

1. Jadi, beberapa chapter ada yg sudut pandangnya berubah.

2. Tiap chapter cuma 200+ words

3. Latar ceritanya maju-mundur

Enjoy!

Untitled MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang