"Gue mau tidur, ya, Nad. Gapapa kan kalo lo nyetir sendirian?" tanya Rafa.
"Gapapa." Nada mengerti.
Ini hari yang melelahkan. Nada akan membawa Rafa kembali ke rumah sakit karena sebenarnya Rafa masih dalam pengawasan dokter. Heni meminta setelah acara selesai, Nada membawa putranya ke rumah sakit.
Waktu yang ditempuh cukup lama. Kurang lebih 45 menit. Tentu mobil Gilang mengikuti di belakang mobil Nada.
Nada melirik ke arah Rafa yang tertidur dengan tenang. Napasnya stabil.
Menyetir mobil di malam hari memang belum biasa untuk Nada yang baru memiliki SIM tiga bulan yang lalu.
Mobil yang dikendarai oleh Nada terparkir di halaman rumah sakit. Mobil Gilang terparkir tepat di sebelahnya.
"Raf, bangun. Kita udah sampe." Nada menggoyangkan tubuh Rafa.
Tak mendapat respon dari Rafa, Nada kembali membangunkan Rafa, "Raf?"
Suara kaca mobil yang diketuk mengejutkan Nada. Gilang membuka pintu mobil yang berada di sisi Rafa.
"Ga bangun dia, Nad?" tanya Gilang.
"Tau tuh susah."
"Nad," Fara menggantung ucapannya.
"Dadanya ga naik turun." lanjut Fara yang tenggorokannya tercekat saat itu juga.
Nada langsung mengarahkan jarinya ke hidung Rafa. Masih ada hembusan kecil. Kini Nada beralih menaruh telinganya di dada Rafa, lemah.
"Lang, gendong Rafa sekarang." ujar Nada.
Di UGD, Gilang segera membaringkan Rafa di ranjang beroda.
Heni yang sudah berada di situ, mengambil tindakan kepada putranya.
Kini, Nada hanya berharap semoga Rafa baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled Memories
Short Story[COMPLETED] Semesta punya rencana. Begitu pula Nada yang memiliki puluhan cara untuk menghabiskan waktu-waktu untuk menorehkan memori menyakitkan di otaknya. Jika ia selalu berusaha membuat Nada tersenyum dengan caranya, Nada ingin waktu berhenti. ...