Hari Minggu. Ares mengajak Rafa bertanding PS, sementara Ayah mengajak Rafa bertanding catur. Sedangkan Nada dan Bundanya hanya menjadi pendukung dan penonton setia.
Pertandingan pertama adalah catur. Rafa benar-benar merasa berada dalam suatu turnamen catur. Ayah Nada memang dulunya sering mengikuti lomba catur.
Untuk catur, Rafa memang kalah. Tapi dengan Ares, lihat saja apa yang sedang terjadi saat ini.
Nada tidak dihiraukan oleh abang dan 'pacar'-nya itu. Pacar. Mereka berdua juga tidak bisa disebut pacaran. Tapi mereka terlihat seperti pacaran.
"Cuekin aja guenya. Katanya mau ngapel gue, malah disita sama Abang." keluh Nada yang duduk di sofa menatap kedua lelaki yang duduk di karpet.
"Ambil cemilan gih, Nad." suruh Ares kepada adiknya.
"Emang gue pembantu?" Nada sudah benar-benar dibuat badmood.
"Kalo Abang kalah, Abang mau apa?"
"Kalo gue maunya lo." sergah Rafa.
"Ya udah, kalo gue kalah, lo bisa pergi sama Rafa. Makasih loh Nad, akhirnya gue punya temen main PS." jawab Ares.
"Ambil makanan, dong." Ares menambahkan.
Nada menatap kakaknya malas. Dan berlalu berjalan ke arah dapur dengan menghentakan kakinya.
Sesampainya di dapur, Nada mendapati Bunda-nya selesai memasak pasta. Benar-benar Bunda idaman.
"Nih, kamu bawa ke depan."
"Makasih, Bun." seru Nada.
Nada melangkahkan kakinya menuju ruang tengah. Tetapi tidak mendapati keduanya. Ketika menengok ke arah kiri, Rafa dan Ares sudah duduk rapih di meja makan.
"Sama aja, nih, kalo tentang makanan. Langsung siap di meja makan." Nada menaruh dua piring di hadapan Rafa dan Ares.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled Memories
Short Story[COMPLETED] Semesta punya rencana. Begitu pula Nada yang memiliki puluhan cara untuk menghabiskan waktu-waktu untuk menorehkan memori menyakitkan di otaknya. Jika ia selalu berusaha membuat Nada tersenyum dengan caranya, Nada ingin waktu berhenti. ...