[19] Tinggal Nama

3.5K 122 0
                                    

"Raf, jangan tidur terus. Bangun. Gue mau liat senyum lo." sejak semalam, Nada tidak tidur.

Kondisi Rafa makin menurun.

Wajah Nada sudah tidak dapat dijelaskan lagi. Kantung mata, sisa air mata, mata sembab, rambut berantakan.

"Nad, pulang dulu, yuk. Lo belum makan lagi." bujuk Fara.

Nada menggeleng. Pandangannya kosong.

"Pagi, Nada. Bisa keluar dulu? Saya mau meriksa keadaannya Rafa." ujar Heni dengan senyumnya.

Profesionalitas. Heni sangat profesional. Ia tidak membawa kesedihannya, padahal ia menangani anaknya sendiri.

Akhirnya Nada pun keluar dari ruangan dibantu dengan Fara.

"Nada! Fara!" seru seseorang, Shinta.

"Shinta!" seru Fara.

"Nad? Semangat, Nad." Shinta merangkul Nada.

Gilang baru saja kembali dari kafetaria.

"Shinta?" tanya Gilang.

"Hi! Pokoknya semalem gue langsung balik ke sini setelah denger kabar dari nyokap gue kalo Rafa ternyata dirawat di sini. Sumpah nyokap gue jago banget nutupin rahasia." jelas Shinta.

Mendadak suasana menegang. Dokter Heni tak juga keluar dari ruangannya. Sementara beberapa suster mulai memasuki kamar rawat Rafa.

Nada masih berjalan ke sana ke mari di depan pintu kamar Rafa. Ia gelisah.

Pintu kamar Rafa terbuka 20 menit kemudian.

"Nada.." panggil Heni lirih langsung memeluk Nada.

"Rafa baik-baik aja kan, Tante? Dia kuat kan?" tanya Nada.

Heni menatap Nada menaruh kedua tangannya di kedua pundak Nada. Heni menggeleng. Air mata sudah memgalir di pipinya.

Nada mundur satu langkah. Lututnya lemas. Ia jatuh terduduk dengan tatapan kosong. Namun air mata mulai mengalir di detik berikutnya.

"Rafa, kenapa lo ninggalin gue?" ucap Nada sesegukan.

Shinta dan Fara merengkuh Nada dalam pelukan mereka.

Nada sejujurnya tak ingin menangis. Itu pesan Rafa. Tapi air matanya tidak juga bisa dihentikan.

"Gue mau ketemu Rafa." Nada dibantu berdiri oleh Fara dan Shinta.

Tangisan Nada kembali pecah melihat Rafa yang terbujur kaku di ranjanganya.

Gilang yang notabennya sahabat Rafa sejak kecil, juga menangis.

"Mana jagoan yang selama ini gue kenal, Raf?" Gilang bersuara.

Rafa, lo tetep jadi bagian terbaik dalam hidup gue. Semoga lo bahagia di sana. Batin Nada.

Untitled MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang