Seperti biasanya, gue bertugas mengantar Nada sampai di rumahnya dengan selamat.
"Gue seneng lo ga pernah jaim kalo lo sama gue." kata gue saat Nada mengekspresikan kekesalannya atas guru biologi yang baru.
"Soalnya lo udah tau gimana buruknya gue, Raf. Tapi anehnya, lo menjadi lebih sopan kalo lo sama gue."
"Kan lo cewek, Nad. Masa gue perlakuin lo sama kayak temen-temen cowok gue."
Nada hanya terkekeh, "Iya, sih."
Akhir-akhir ini gue lebih sering pake mobil buat nganterin Nada. Soalnya, gue tau dia ga bisa kena angin sore. Dua hari yang lalu aja dia baru sembuh dari pilek.
Mobil gue berhenti dengan mulus di depan rumah Nada.
"Gue dulu-"
"Tunggu, Nad." gue nahan lengannya sebelum dia buka pintu mobil gue.
"Kenapa?" suara lembut Nada selalu bisa bikin hati gue tenang.
"Gue mau ngobrol dulu sama lo."
"Kita 'kan udah ngobrol banyak tadi."
"Nad, gue mau ngomong sesuatu yang bisa bikin lo seneng, tapi bikin lo sedih juga. Lo mau denger ga?"
"Lo kenapa, sih? Ko lo mendadak aneh?" Nada menatap gue bingung.
"Gue gapapa. Gue cuma-"
Sialan. Kenapa tangan gue dingin.
"Gue sayang sama lo, Nad."
AKHIRNYA. Kata sakti itu berhasil keluar dari mulut gue.
Nada diam. Mungkin dia terkejut atas penyataan gue barusan.
"Gue juga sayang sama lo." balasnya tak kalah gamblang dari gue.
Bukan sesuai dengan harapanku. Ah, elah. Siapa sih yang ga baper sama pujian sialan gue itu.
"Terus?" Nada bertanya dengan suara lembutnya.
"Terus apa?" tanya gue tambah bingung.
"Kita?"
"Gue minta maaf, Nad. Hubungan kita ga bisa lebih dari temen."
Sumpah, gue sama sekali ga mau ngucapin kalimat itu.
"Tapi, kenapa?" Nada sedikit mendesak.
Gue cuma diam. Menatap ke jalanan. Lalu menunduk.
"Lo ga mau jawab gue. Oke. Lo ga bersikap terbuka sama gue. Hati-hati di jalan."
Kalimat itu sukses membuat gue diam tak mencegat Nada kembali. Terpampang jelas raut wajah kecewa Nada.
Gue harap, Nada baik-baik aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled Memories
Short Story[COMPLETED] Semesta punya rencana. Begitu pula Nada yang memiliki puluhan cara untuk menghabiskan waktu-waktu untuk menorehkan memori menyakitkan di otaknya. Jika ia selalu berusaha membuat Nada tersenyum dengan caranya, Nada ingin waktu berhenti. ...
