Prolog

113 8 14
                                    

Jakarta, 23 Desember 2020


Untuk Raka Aldenio Tjakraningrat
Di Paris, Perancis

Ka, aku menulis ini di tengah derasnya hujan. Berterima kasih lah kepadanya karena berhasil mengingatkanku padamu.

Mungkin, surat ini tidak akan pernah kamu baca, tidak akan pernah. Aku tahu. Bahkan kau enggan untuk membukanya. Bukannya kau selalu seperti itu saat lokermu banjir surat cinta. Tapi, aku akan tetap menulis surat ini dan mengirimkannya untukmu.

Aku tidak pernah menyerah. Setidaknya, ini yang dulu kau lakukan untukku. Biarlah aku mencobanya. Ketahuilah, ini suratku yang ke - 100.

Bagaimana kabarmu? Lebih dari kata sehat, mungkin. Aku perlu sedikit basa - basi sebelum bercerita. Menanyakan kabar lagi dan lagi mungkin tepat.

Aku akan mulai bercerita.

Setiap orang pasti pernah menyesal. Termasuk aku. Hal yang paling aku sia-siakan adalah kamu. Dan aku menyesal. Mungkin ini terdengar alay dan geli atau jijik? Bahkan aku sendiri merasakannya.

Memang rasa penyesalan tidak akan mengembalikan semuanya. Tapi, aku hanya ingin​ memberitahu kepadamu. Kau bahagia sekarang, kan? Ucapanmu benar tentang ada rasa penyesalan yang akan datang padaku.

Aku tahu, kita tidak bisa sedekat dulu. Saat kita berbagi tawa dan lainnya. Terdengar miris, karena hanya aku yang mengingatnya. Mungkin, tidak terlalu perlu cerita nostalgia.

Entah mengapa saat ini, aku ingin menulis surat. Tiap tetes hujan berhasil mengingatkanku pada setiap inci memori beberapa tahun silam. Semakin derasnya hujan, semakin dalam ingatanku berkelana. Jujur aku benci mengucapkan ini, I Miss You.

Dan ada hal lagi yang juga aku benci. Ini tentang rasa. Tentang rasa yang tidak bisa kita kontrol letak jatuhnya. Rasa yang sama persis beberapa tahun lalu. Sekarang, rasanya sama. Tidak berubah. Katakan saja aku ngenes karena tidak bisa melupakanmu.

Pesenyalan selalu datang​ di akhir, kan? Itu benar. Kenapa dulu saat itu aku tidak menerimamu? Aku terlalu takut. Aku cuma takut. Rasa takut yang menggerogoti tubuhku, dulu, sekarang, dan nanti. Kau pasti tahu maksudku, kan?

Pasti sekarang kau bahagia. Dengan lingkungan baru, suasana baru, dan mungkin pasangan baru? Jujur, sedikit berat saat menulis dua kata terakhir tadi.

Ka, bisakah kamu kembali? Andai saja kamu kembali aku ingin mengatakan, please don't leave again, dan memelukmu erat. Aku merindukan semuanya. Semuanya tentangmu. Senyummu, caramu berbicara, tatapan mata teduhmu, dan yang lainnya.

Kau berhasil merusak acara move on ku kali ini. Okay, akan kucoba lain kali.

Membawamu kembali kesini, adalah harapan ter-mustahil yang pernah aku harapkan. Hanya dengan berharap, aku dapat membayangkan, memimpikan hal terindah bersamamu.

Aku cuma ingin mengatakan, terima kasih atas memori, baik buruk atau indahnya. Terima kasih.

Terima kasih juga karena pernah menjadi yang 'terindah',

Terima kasih juga karena pernah atau bahkan sering menjadi perisai baja - ku, walau aku tidak pernah menyadarinya.

Terima kasih atas, perasaanmu yang pernah muncul beberapa tahun lalu. Aku tahu sekarang pasti sudah hilang bersama tiupan angin.

P.s jangan dibawa serius, nyet :v
P.s.s cuman mau menghilangkan kangen aja :)

Yang kamu benci,


-Sa :)

♥♥

Haloooo!! Ini cerita yang ketiga sebenarnya, tapi yang Zeo dan Zoe di unpublish 😂

Baca ceritaku yang Surround juga sekalian :v

Ini update nya gak tentu, kalau gak sibuk sama cerita kolaborasi yang air dan api, sama Geografi *maafkan*

Dari penulis amatiran nan labil yang kebanyakan imajinasi,

femmesfortes

LaatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang