Selamat hari lahir Pancasila 🎊
Cari teman yang setia itu susah-susah gampang, yang palsu malah dimana-mana
♥♥♥
Seorang cewek sedang duduk di kasurnya. Ia hanya menatap langit luar, bukan menatap orang yang ada di kamarnya saat ini. Malas. Satu kata yang mendeskripsikan mengapa cewek itu tidak melihat orang yang di kamarnya saat ini.
"Ngapain kesini?" Sefina bertanya dengan nada datar. Ia tetap mengalihkan pandangannya. Daripada suasana hening, lebih baik Sefina bertanya duluan.
"Ya jelas jenguk Lo, Na. Lo mikir gak sih?" Jawab salah satu cowok. Yang lainnya menenangkan cowok yang sepertinya mulai naik darah itu. Mulai naik darah karena tidak dipedulikan oleh Sefina beberapa jam lalu.
"Yan, Lo diem," ucap seorang cewek berkuncit ekor kuda. Tubuhnya kurus dan tinggi. "Kita disini bukan buat nyari masalah, Yan."
"Lo lihat sini dong, Na! Temen Lo itu kami apa langit?" cewek mungil memulai pembicaraannya. Namun, Sefina tidak berkutik. Ia masih setia melihat langit.
"Na, kita datang kesini karena kita peduli sama Lo," terang salah satu cowok yang tengah berdiri menunjukkan tingginya itu.
Sefina memejamkan matanya. Lalu ia menghembuskan nafas secara kasar. Ia malas dengan mereka semua. Pasti mereka datang karena ingin Sefina kembali kepada mereka. Sefina benci itu. Pasti Sefina dimanfaatkan lagi.
Sefina mulai memandangi mereka semua. "Peduli, ya? Haduh makasih banget udah peduli, lain kali kayaknya gak perlu," Sefina memandang dengan wajah datarnya. Yang lainnya hanya bungkam. Menunggu Sefina melanjutkan pembicaraannya.
"Kalian kesini ada maunya, kan? Gue udah bilang berapa kali? Gue gak mau jadi bagian dari kalian, lagi," lagi-lagi Sefina memejamkan matanya.
"Na, kali kita tulus, beneran. Gue baru denger Lo sakit dari Celine," cowok berperawakan tinggi dan tubuh proporsional itu. Mulai mendekati yang lainnya dan ikut duduk.
"Oh," Sefina menjawab sambil memainkan ponsel yang berada disampingnya.
"Tapi kita juga berharap kalau Lo jadi bagian kita lagi," cewek mungil menambahi ucapan Reza, cowok berperawakan tinggi dan proposional.
"Tapi kalau Lo gak mau, ya gakpapa sih," tambah cewek berkuncit ekor kuda.
"Soal itu gue gak bisa terima. Tapi soal pertemanan, gue masih nganggap kalian teman," balas Sefina. "Gue gak sejahat yang kalian kira."
"Makasih udah jenguk, Za, Lin, Sha, dan Lo, Yan," Sefina tersenyum paksa. Bukannya itu adab saat didatangi tamu. Tersenyum dan menerimanya. Setidaknya ia harus bersikap baik kepada mereka semua. Kebencian hanya menjerumuskannya kedalam masalah.
♥♥♥
Raka sedang mengobrak-abrik isi lokernya. Baru saja kemarin masuk sekolah, tetapi surat sudah memenuhi lokernya. Raka paling benci saat makin banyak yang menggemari dirinya.
"Ka, banjir surat lagi?"Abi tiba-tiba berada disamping Raka. Raka hanya menoleh sekilas lalu melanjutkan aktivitasnya. "Gue heran, deh. Lo setiap hari nyakitin cewek yang suka sama Lo. Tapi fans Lo gak berkurang malah nambah," Abi menyedekapkan tangannya sambil menyandarkan tubuhnya pada loker sebelah Raka. Lalu, ia menggeleng takjub.
Mendengar itu Raka hanya tersenyum kecut. Yang dikatakan Abi memang benar. Dan, Raka tidak menyukai itu.
"Lo aneh. Jalan pikiran Lo itu gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Laat
Novela Juvenil*SINOPSIS DIREVISI* ♥♥♥ Apa yang kalian rasakan saat satu-persatu orang terdekatmu pergi menjauh? Mungkin hal yang kalian rasakan, hampir sama dengan apa yang Sefina Amara rasakan. Apalagi mereka tak hanya pergi, mereka juga meninggalkan bekas luka...