Jangan pernah menilai orang dari satu sisi. Karena satu sisi yang sudah kita percaya, dapat merusak penilaian sisi lainnya.
♥♥♥
Sebenarnya, hari ini Salma ada ekstrakurikuler modeling. Tapi, baru saja terdengar pengumuman kalau ekstrakurikuler modeling diliburkan sementara.
Salma berjalan diantara koridor kelas sebelas dan dua belas. Beberapa menyapanya. Salma hanya membalas dengan senyuman. Itu karena sebagian besar Salma tidak mengenalnya.
Salma yang cantik, membuatnya menjadi the most wanted girl di sekolahnya.
Rambut hitam dibiarkan Salma tergerai indah. Ia berjalan menuju kelasnya. Salah satu barangnya lagi-lagi tertinggal. Terkadang ia memang sedikit ceroboh.
Setelah sampai didepan kelasnya, ia segera memasukinya. Ternyata ada orang disana. Sedang mencari barang yang berada pada laci mejanya.
"Sefina?" Orang yang dipanggil Sefina langsung menoleh menatap Salma. Menurut Salma, Sefina lebih ceroboh dari Salma. Mungkin, orang-orang akan setuju dengan Salma.
"Eh, Salma. Nyari apa?" tanya Sefina. Sefina lalu melanjutkan mencari barang yang ia cari.
"Ngambil buku yang ketinggalan. Lo juga?" Sefina menggeleng.
"Nyari botol Tupperware, kalau hilang bisa mati gue," Salma mengangguk.
Salma berjalan menuju mejanya. Ia menemukan buku yang ia cari di dalam lacinya.
"Akhirnya ketemu," Sefina meletakkan botol Tupperware berwarna merah muda itu kedalam tasnya. Ada helaan nafas lega dari Sefina setelah menemukan botolnya. "Sal, gue tunggu, ya! Lo nanti ke depan gerbang sekolah, kan?"
"Ya. Bareng jalannya, ya?" Salma memasukkan bukunya itu kedalam tasnya. Setelah menutup tasnya ia segera menyusul Sefina yang berada di depan kelas.
Salma berjalan berdampingan bersama Sefina. "Na, Lo nggak berubah juga, ya? Buktinya selalu kelupaan botol."
Sefina nyengir. "Ya mau gimana lagi. Takdir gue emang selalu pelupa. Sampai-sampai botol hilang gue jadi korban amukan."
Salma tertawa kecil. Jenis tertawa ala-ala bangsawan Keraton. Sefina juga ikut tersenyum.
"Nggak nyangka juga, ya? Kita sekelas lagi," ucap Sefina.
Salma mengangguk. Mereka memang satu sekolahan saat SD. Saat SMP, mereka tidak berada dalam satu sekolahan. Mereka juga sempat putus kontak. Takdir mempertemukan mereka lagi saat SMA. Tapi sejak kelas sepuluh mereka belum pernah sekelas lagi. Mungkin terakhir waktu SD kelas 4.
"Ya, pas pertama kali masuk SMA gue juga nggak nyangka ketemu lagi," Salma tersenyum. Senyumannya terlihat sangat tulus dan manis.
"Ih jadi inget masa-masa SD," jawab Sefina. "Dulu, masa unyu-unyu-nya gue ketemu sama Lo waktu kelas satu. Terus kita sebangku. Eh, tahu-tahu jadi temen," lanjut Sefina.
"Harus banget ya, ada embel-embel unyu," Salma menggeleng tidak terima karena ucapan Sefina. Sefina malah tertawa. "Gue masih ingat kita kenalan pakai gaya malu-malu kucing," lanjut Salma. Salma tertawa mengingat itu.
"Gue kan nggak pernah malu, Lo mungkin yang malu," ejekan Sefina membuat Salma mendengus sebal.
"Lo nggak malu. Tapi malu-maluin," timpal Salma. Lalu, obrolan mereka berlanjut. Saling mengejek satu sama lain sampai tertawa bersama.
Obrolan mereka diselingi dengan beberapa flashback saat mereka SD. Mereka juga berbagi masa-masa SMP mereka yang berbeda sekolahan.
Koridor yang semakin sepi membuat suara mereka terdengar lebih keras. Jarang sekali mereka terlihat lebih akrab. Orang-orang yang baru melihat mereka akrab, mungkin menilai bahwa mereka akrab karena satu kelas atau hal tertentu. Nyatanya, mereka sudah berkenalan saat kelas 1 SD.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laat
Teen Fiction*SINOPSIS DIREVISI* ♥♥♥ Apa yang kalian rasakan saat satu-persatu orang terdekatmu pergi menjauh? Mungkin hal yang kalian rasakan, hampir sama dengan apa yang Sefina Amara rasakan. Apalagi mereka tak hanya pergi, mereka juga meninggalkan bekas luka...