Kisah yang Kedelapan

53 5 10
                                    

Saat berada di dekatnya, entah mengapa bibirku selalu melengkung bersamaan dengan tingkahnya. Bukan karena dia lucu. Tapi karena aku senang melihat dia berbahagia.
- Raka Aldenio Tjakraningrat

♥♥♥

"Na, udah apa belom ngerjainnya?"

Sefina yang sedari tadi tertawa bersama Fia langsung menatap Celine dengan sisa-sisa tawanya.

"Belum, lah," jawab Sefina enteng.

"Ya udah kerjain. Nggak usah ketawa-ketawa nggak jelas," balas Celine dengan nada tegas.

"Santai aja kali, Cel," tegur Fia. Fia juga mengatakannya dengan sisa-sisa tawanya. Celine menatap Fia dan Sefina dengan aneh. Pasalnya daritadi mereka hanya tertawa tidak jelas.

"Kalian ngetawain apaan, sih?" Celine memutuskan bertanya, karena ia ingin tahu apa yang mereka tertawakan. Tapi Fia dan Sefina malah tambah ngakak. Celine lagi-lagi menatap mereka dengan tatapan aneh.

Beberapa pengunjung kelas yang baru memasuki kelas langsung menatap Fia dan Sefina. Mereka menatap Fia dan Sefina dengan keheranan.

Celine langsung menarik ponsel yang berada digenggaman Fia. Ia sangat kepo akan penyebab Fia dan Sefina tertawa ngakak.

Celine langsung membelalakkan matanya saat melihat gambar yang ada pada handphone Fia.

"Fia! Ini aib gue kenapa lo masukin instagram, hah?!" Fia menatap Celine sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Bukan gue, tapi Sefina. Suwer," ucap Fia. Celine langsung menatap Sefina garang.

"Sefina!" teriakan Celine membuat penghuni kelas yang masih memakan bekalnya mengalihkan perhatiannya kepada Celine.

"Biarin," Sefina nyengir. Celine masih mengerucutkan bibirnya.

♥♥♥

Dikoridor Salma melihat seseorang. Salma tahu orang itu. Karena itu, Salma berlari untuk mengejarnya.

"Ka," Salma berlari. Lalu ia berjalan bersebelahan dengan Raka. Ia menyamakan langkahnya.

Raka berjalan sambil meletakkan tangannya di saku. "Hmm."

"Lo habis darimana? Dari BK, lagi?" tanya Salma.

"Ya biasa. Seperti yang lo tau," jawab Raka sambil sesekali melihat Salma yang berada disebelahnya. "Lo?"

"Dari kelas sebelah, pinjem buku tugas," Salma menunjukkan buku tugas yang ia pinjam kepada Raka. Lalu Salma nyengir. Sehabis dari kantin, Salma memang berkunjung ke kelas sebelah untuk meminjam buku tugas.

"Kalau minjam buku tugas, kenapa harus minjam buku tugas kelas sebelah?"

"Ini antisipasi, tau. Siapa tahu tugasnya sama. Sebelum gurunya memberi tugas, gue udah tau jawabannya," cerocos Salma. "Pinter, kan?" Salma membanggakan dirinya.

Disebelahnya, Raka tersenyum tipis melihat tingkah Salma. Itu tindakan refleks yang dilakukan oleh mulutnya.

"Iyain, biar seneng," Raka segera menyamarkan senyumannya. "Heran gue. Makin hari makin cerewet, aja."

Salma yang mendengar itu hanya mengerucutkan bibirnya. Sebal.

"Bercanda," Secara otomatis, salah satu tangan Raka terulur untuk mengacak rambut panjang Salma. Si Salma hanya tersenyum tipis saat menatap Raka.

Beberapa siswa yang berlalu lalang melihat tingkah mereka. Ada beberapa yang iri melihat Salma dapat dekat dengan Raka, seseorang yang selalu dipuja-puji cewek. Ada juga yang melihat mereka dengan wajah cengo. Pasalnya, ini pertama kalinya Raka nampak akrab dengan cewek selain Fia.

LaatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang