Kisah yang Ketiga

55 5 2
                                    

Ada kalanya kita tidak ingin berbagi cerita. Bukan karena privasi, tetapi karena kita takut bermain-main dengan luka lama

♥♥♥

Suasana kantin sangat ramai. Beberapa sampai berdesakan untuk memesan makanan. Mungkin mereka tidak sabar karena perut mereka yang sudah memberontak. Suara gaduh mereka bergabung menjadi satu. Suara tawa, hinaan antar teman, teriakan, dan yang lainnya. Tapi salah satu pengisi suara tersebut malah lemah dan tiduran.

Sefina yang terkadang dipanggil Nana, sedang asik tidur-tiduran di kantin. Kepalanya ia telungkupkan. Biasanya ia akan menghabiskan waktu istirahatnya untuk menjelajah makanan kantin atau menghiasi kantin dengan suaranya. Tapi kali ini tidak.

"Lo gak makan?" Celine menggoyangkan lengan Sefina.

"Enggak. Gue gak nafsu," jawab Sefina dengan nada agak lesu.

"Makan roti atau apa gitu biar perutnya ada isinya," Celine tetap menggoyangkan lengan Sefina.

"Enggak. Gue mau makan​ bubur bayi aja," balas Sefina lagi. Celine mengembuskan napasnya sebal. Sikap manja Sefina malah menjadi-jadi.

"Na, ini kantin, bukan rumah Lo," timpal Celine. "Lagian Lo udah besar makan bubur bayi mulu. Gue tahu kalau lo sakit, Lo selalu makan bubur bayi, coba makan bubur ayam atau gimana gitu. Disini ada, kan?"

"Enggak bubur ayamnya​ lembek," Sefina menjawab tanpa mengubah posisinya. Itu membuat Celine sebal sendiri.

"Namanya juga bubur. Lo kira bubur bayi gak lembek?" Emosi Celine mulai naik. Namun ia berusaha. Celine menghirup udara lalu melepaskannya secara perlahan."Untung Lo temen gue, Na."

Sefina terkekeh sebentar dan mengangkat kepalanya. "Iya, gue makan." Sefina mulai berjalan menuju kedai makanan yang menyediakan bubur ayam.

Setelah melihat Sefina berjalan ke sebuah kedai, Celine melanjutkan memakan nasi gorengnya yang tertunda. Tingkah Sefina yang terkadang aneh, selalu membuat Celine menggeleng heran.

Beberapa menit kemudian, Sefina datang membawa semangkuk bubur dan segelas teh hangat. Baru saja duduk Sefina sudah bergumam, "Makan sama bon cabe kayaknya enak."

"Na, Lo jangan aneh-aneh deh. Makan aja susah malah pingin yang pedas-pedas," Celine menatap Sefina dengan tatapan tajam.

"Iya-iya, Lo makin lama makin bawel, sini makin suka deh," setelah mengucapkan itu Sefina langsung memasukkan sesendok bubur kedalam mulutnya. Sefina tak menggubris tatapan aneh dari Celine.

"Obat Lo gak salah, kan?"

♥♥♥

Raka berjalan melewati sang target yang sedang menunduk. Sesudah beberapa langkah berjalan, Raka menghentikan langkahnya. Ia menoleh kepada sang target yang berada di sampingnya.

"Yang perlu Lo lakuin sekarang, benci ke gue, bukan cinta," Raka berbisik kepada targetnya lalu melanjutkan perjalanannya.

"Lo kenapa maksa? Kenapa Lo pingin dibenci?" Sang target yang saat ini sudah mengeluarkan beberapa tetes air mata mulai menghapusnya. Mendengar ucapan itu Raka terhenti.

"Bukan urusan Lo. Apa masih kurang? Gue udah memalukan Lo di depan umum kemarin, tadi gue udah ngurung Lo di gudang," Raka membalikkan badannya untuk menatap orang itu. "Dan tolong jangan ngeluarin air mata Lo di depan gue," Raka berbalik.

"Lo jahat," ucap targetnya.

"Kalau tahu gue jahat, ngapain suka?" Raka berjalan meninggalkan gadis itu sendirian di lorong yang sepi. Gadis itu hanya diam sambil menghapus air matanya. Gadis itu tak percaya kalau cinta membuatnya seperti ini.

LaatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang