Kisah yang Ketujuh

20 4 5
                                    

Ngungkapin rasa suka itu nggak semudah yang dibayangkan

♥♥♥

Sefina asyik menonton TV dirumahnya. Malam ini rumah Sefina benar-benar sepi. Hanya ada Sefina dan bi Titi yang membersihkan rumah.

Sefina memasukkan makanan ringan ke mulutnya. Mengunyahnya lalu menelannya.

Pandangan Sefina benar-benar tak lepas dari televisinya.

Handphone yang ia letakkan di sebelahnya berbunyi. Sefina mengambil ponselnya dan melihat nama yang tertera disana.

Celine ter-tai is calling...

"Halo, Cel," ucap Sefina setelah ia menerima telfon dari Celine.

"Woy, Na!" sapa Celine dari seberang sana. "Gue ke rumah lo, ya?"

"Yaelah, ngapain lo kesini?" tanya Sefina. Ia mengambil makanan ringan dihadapannya. Lalu ia memakannya.

"Astojim. Lo pura–pura amnesia apa gimana?" mendengar ucapan Celine, Sefina mengerutkan keningnya. Ia bingung. Ia tak mengingat apa-apa.

Di seberang sana, Celine memakluminya. Ingatan Sefina memang jangka pendek, ya allah. Untung temen, kalau bukan sudah daritadi gue berkata kasar, batin Celine.

"Emang ada apa? Gue nggak ngerti beneran," jawab Sefina. Ia benar- benar tidak ingat.

Terdengar helaan nafas kasar dari Celine. "Kerja kelompok buat besok belum dikerjain, sayangku. Besok itu dikumpulin," terang Celine dengan suara yang dilembut–lembutkan. Di seberang sana Celine hanya bisa mengelus dada.

"Ooo," jawab Sefina sambil manggut–manggut. Otaknya masih mencerna ucapan Celine. Sefina menyadari sesuatu. "What?! Kenapa lo nggak ngingetin gue dari kemarin–kemarin, Celine," sekarang, Sefina menyalahkan Celine.

"Lo sih, lo ditanya kapan kerja kelompok jawab besok–besok mulu. Sekarang gue ngingetin malah disalahin, anying emang," gerutu Celine. "Yang makalah udah dikerjain sama yang lain. Tinggal power point," lanjut Celine.

"Yaudah kerjain di rumah gue aja. Tapi, kalau lo kesini ada pajaknya, Cel. Beliin gue makanan, ya? Makasih, Cel," sebelum Celine menjawab, Sefina memutuskan sambungan secara sepihak.

♥♥♥

Jam yang ada di pergelangan tangannya sudah menunjuk pukul setengah tujuh malam. Setidaknya masih ada waktu untuk mengerjakan tugas.

Setelah berpamitan, Celine menggerutu dan berjalan menuju pintu. Saat Celine membuka pintu, ia menemukan sosok yang selama ini sering ia lihat berada di depan pintunya.

Sosok itu tersenyum. "Malam, Cel."

Celine membalas senyumannya. "Eh, malam juga," balas Celine kaku.

"Lo ada perlu, ya? Tadinya gue mau ngajak lo keluar," ucap orang itu sambil tersenyum.

Celine tertawa kaku. "O, gitu, ya? Lain kali aja, deh."

"Coba gue tebak, lo pasti mau ke rumahnya Sefina, ya?" Celine mengangguk sebagai jawaban. "Gue antarin aja, ya?"

Celine bingung akan menjawab apa. Diposisi ini Celine merasa serbah salah. Celine tidak ingin menolak tapi Celine tidak ingin Sefina menginterogasinya.

"Ya deh. Tapi cuma sampai depan kompleks aja, Za," putus Celine. Orang di depannya saat ini menjetujui syarat yang ia ucapkan tadi. Orang itu sadar akan posisinya.

"Anterin gue cari makan juga, ya? Lo nggak keberatan, kan?" lanjut Celine.

♥♥♥

LaatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang