Jika kamu adalah bulan. Aku justru bagaikan si Cebol, si Cebol yang merindukan bulan.
♥♥♥
"Ngapain lo berdua?"
Langkah Raka dan Sefina langsung berhenti. Otomatis, mereka langsung menghadap kearah sumber suara.
Raka dan Sefina hanya diam. Tidak menjawab pertanyaannya.
"Habis berduaan?" tanya orang yang mereka tatap, lagi.
Sefina langsung membuang muka. Dan Raka berdecak sebal terhadap orang yang berada di depannya saat ini.
Melihat reaksi keduanya, membuat orang itu tertawa.
"Lo nggak perlu ketawa, Bi. Nggak ada yang lucu," sahut Raka. Raka langsung berjalan kembali menuju kelasnya. Dua menit lagi, bel masuk akan berbunyi.
"Gue cuma bercanda doang," balas Abi masih dengan sisa–sisa tawanya. Ya, orang itu Abi.
"Na, lo mau kemana?" Abi langsung bertanya kepada Sefina yang memilih jalan yang berlawanan dengan Raka. Padahal, mereka satu kelas.
"Gue mau ke kamar mandi," balas Sefina singkat. "Lo nggak masuk kelas, Abi monyong?"
"Nggak ada julukan yang bagus dikit, gitu?" balas Abi tanpa menjawab pertanyaan Sefina. "Itu kayak bukan gue banget, kan?" Abi menata rambutnya dan berlagak keren di depan Sefina.
Sebenarnya, Abi adalah salah satu siswa yang selalu diserbu para siswi di sekolahnya. Sayangnya, ia harus menerima posisi di bawah popularitas Raka.
Melihat tingkah Abi yang seperti itu, Sefina hanya menunjukkan wajah datarnya, sebentar.
"Ih, pede amat," cibir Sefina. "Abi monyong udah pantes buat lo, Bi," lanjut Sefina sambil melanjutkan berjalannya yang tertunda.
Mendengar jawaban Sefina membuat Abi tersenyum sinis. Ia sedang merencanakan sesuatu.
"Na, lo pasti datang bulan, ya?" pertanyaan Abi membuat Sefina menghentikan langkahnya.
"Lo bocor, Na," Abi mengucapkannya dengan volume lebih rendah. Hampir seperti bisikan. Tiba–tiba tenggorokannya terasa kering.
Deg!
Sefina langsung menatap Abi dengan tatapan horor. Ia memutar badannya agar Abi tidak melihat roknya lagi. Wajah Sefina saat ini langsung campur aduk. Ada guratan wajah malu, resah, dan panik.
Melihat reaksi Sefina yang berada di depannya, membuat Abi berusaha menahan tawanya yang meledak. Namun, berusaha ia samarkan.
"Jadi, lo beneran datang bulan?"
Sefina hanya diam. Tenggorokannya rasanya tercekat. Lalu ia berjalan mundur dengan sedikit dipercepat.
Abi langsung menghamburkan tawanya. Lalu, ia berlari meninggalkan Sefina
"Na, jangan dibawa serius. Gue cuma bercanda," ucap Abi sambil berlari.
Kampreto
"Dasar Abi monyong! Gue doain lo beneran monyong!!"
♥♥♥
Sepanjang perjalanan menuju kelas, Sefina hanya mengucapkan sumpah serapah kepada Abi. Setidaknya pulang sekolah nanti, ia harus bisa membalasnya.
Bel sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Sefina sudah terlambat menuju kelas karena ditambah percakapan unfaedah dengan Abi yang malah membuatnya malu.
Sefina mengetuk pintu kelasnya perlahan. Itu membuat guru yang sedang menjelaskan pelajaran langsung menghentikan aktivitasnya.
"Permisi, bu. Maaf, saya terlambat masuk kelas. Tadi, saya habis dari kamar mandi, bu," Sefina berjalan mendekati gurunya sambil mencium tangan gurunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laat
Teen Fiction*SINOPSIS DIREVISI* ♥♥♥ Apa yang kalian rasakan saat satu-persatu orang terdekatmu pergi menjauh? Mungkin hal yang kalian rasakan, hampir sama dengan apa yang Sefina Amara rasakan. Apalagi mereka tak hanya pergi, mereka juga meninggalkan bekas luka...