Kisah yang Keenam

35 4 11
                                    

Semua orang pasti memiliki rasa penyesalan. Walau terlarut dalam rasa itu tidak akan merubah segalanya. Kita ambil hikmahnya​ dan berusaha lebih baik dimasa depan.

♥♥♥

Jam istirahat masih berlangsung. Tujuh menit lagi bel masuk akan berbunyi tetapi, Sefina dan lainnya masih berada dikantin. Sedikit mengobrol masalah sekitar, mulai dari rencana menikahnya Song Joong Ki sampai kucing tetangga yang masuk rumah sakit karena melahirkan.

"Nggak ke kelas, nih? Udah pada selesai semua, kan makannya?" Tanya Salma. Salma takut kalau mereka terlambat masuk kelas, pasalnya jam pelajaran selanjutnya adalah matematika. Matematika dengan guru killer yang ketat akan peraturan.

"Nggak nanti aja, males ke kelas," jawab Sefina. "Habis ini matematika, kan? Haduh gue pingin bolos," Sefina menyandarkan kepalanya pada meja kantin.

"Lo pakai ngingetin matematika segala, malah galau gue gara-gara tugas," timpal Kiara.

Celine langsung memukul meja. Sefina yang tiduran di meja langsung terlonjak kaget. "Na, gue belum selesai. Kurang satu nomor."

"Gue kira apaan. Udah kosongin aja, nggak usah dikerjain," saran Sefina membuat Celine mendengus sebal. "Lo nggak peka amat, gue dicontekin kek," cibir Celine.

"Makannya ngomong aja, nggak usah pakai kode-kode segala. Karena tidak semua orang memiliki kadar kepekaan yang tinggi," ucapan Sefina diberi anggukan setuju oleh Kiara dan Salma.

"Jadi, gue nyontek, ya?" pinta Celine. Sudah menjadi kebiasaan jika Celine meminta jawaban pr pada Sefina. Sefina mengerutkan dahi karena berfikir.

"Nggak deh, kerjain sendiri, ya?" Sefina menepuk pundak Celine pelan. "Yang semangat, ya ngerjainnya." Celine hanya memajukan bibirnya beberapa sentimeter.

Salma terkekeh melihat reaksi Celine dengan mulut yang maju. "Tumben amat, nggak bagi-bagi jawaban."

"Soalnya kemarin ada yang minta nyontek tugas tapi nggak gue contekin," terang Sefina. Lalu ia menyeruput es jeruknya yang tinggal sedikit itu hingga habis tak tersisa.

"Pelit, huh," cibir Celine saat menatap Sefina. Melihat wajah Celine, Sefina terkekeh pelan. "Sal, ikut gue ke kelas, yuk!" Sebelum mendengar jawaban Salma, Celine langsung menarik tangan Salma. "Gue tinggal dulu, dah Kia, dah pelit," seru Celine. Itu membuat Sefina berdecak sebal.

"Hmm, Na," Sefina langsung menghadap Kiara dengan wajah penuh tanda tanya. Kiara langsung menunjuk belakang Sefina dengan agak takut. Perasaan Sefina mulai aneh, ia langsung menghadap belakangnya.

Pantas saja Kiara takut, ternyata sudah ada Raka dengan eskpresi galaknya. Sefina menelan ludahnya. "Ka, ada apa?"

"Gue mau ngomong berdua sama lo," jawab Raka dengan nada datarnya.

"Udah sini aja," sahut Sefina. "Nggak baik ngomong berdua di tempat sepi-sepi. Kalau disini masih ada Kiara, biar Kiara yang jadi setannya," lanjut Sefina. Sebenarnya itu hanya jawaban akal-akalan Sefina saja, kalau cuma ngomong berdua dengan Raka, Sefina bisa mati di tempat.

Sefina sempat menatap Kiara. Ada sulutan emosi disana. Sefina hanya nyengir tanpa dosa seraya mengode—udah diam aja, temenin gue disini— Kiara yang mengerti maksudnya hanya mendengus sebal.

"Gue nggak peduli," jawab Raka dingin.

"Udah disini aja," bantah Sefina.

"Nggak."

"Disini."

"Nggak."

"Disini."

"Nggak."

LaatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang