"Kyaaaaa!!!" teriakan Seohyun menggema menggetarkan telinga Yonghwa. Tak merasa puas, Seohyun mendorong Yonghwa sekuat tenaga hingga jatuh dari tempat tidur, kemudian melemparinya dengan bantal, guling, dan semua benda di sekitarnya.
"Ya!ya! Apa yang kau lakukan? Tenang dulu!" Yonghwa mencoba berdiri setelah tubuhnya terhempas dari tempat tidur, ia mendekati Seohyun tapi sebuah bantal mendarat persis di wajahnya.
Belum sempat otak Yonghwa mencerna semuanya. Dimana? Mengapa? Bagaimana? Kenapa? Sekelebat pertanyaan 5W+1H mengiang keras dalam pikirannya. Bagaimana ia bisa berpikiran jernih kalau iblis ini tidak mau diajak kerja sama?
"Sialan! Sudah kuduga! Kau sama saja seperti pria kebanyakan! Kau meracuniku, kan? Memasukkan obat tidur ke dalam makanan atau minumanku lalu membawaku ke hotel dan... dan... dasar kau pria jalang!" Seohyun melempar bantal terakhir yang ada.
"Apa? Aku bahkan tidak sudi menyentuhmu!"
"Jadi membelai wajahku itu bukan menyentuh, hah?!"
Yonghwa benar-benar menyesali perbuatan tak berotaknya tadi.
"Aku... aku tadi sedang enak-enaknya tidur di rumah. Sekarang ini dimana, hah? Kenapa kau bisa membawaku ke sini? Apa kau sebegitu terobsesinya denganku lalu menculikku, hah?"
Beberapa hal yang perlu Yonghwa tambahkan dalam catatan buruknya mengenai Seohyun. Selain suka bicara sembarangan ternyata Seohyun juga terlalu kepedean.
"Ya! Kau pikir aku tau ini dimana, hah? Kau masih enak tidur, aku bahkan seharusnya sudah mati. Tiba-tiba aku disini bersama seorang iblis! Kurasa aku sedang di neraka!" ucap Yonghwa bohong. Bukannya tadi dia mengganggap Seohyun bidadari surga? Ckckck...
"Aku tidak percaya!" Seohyun meraba-raba mencari bantal yang bisa dia lempar. Tapi sayangnya stok sudah habis. Yonghwa menggunakan kesempatan itu mendekati Seohyun, "ya! Jangan mendekat!"
Dengan sigap Yonghwa menangkap kedua tangan Seohyun yang sedang meronta-ronta. Yonghwa mendekatkan wajahnya, nyaris menyentuh wajah Seohyun, "dengar! Aku juga tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Tapi satu hal yang perlu kau camkan dalam otak kosongmu, aku tidak pernah dan tidak akan pernah tertarik denganmu!"
Seohyun menatap mata Yonghwa dengan ketakutan. Ia sampai tak bisa berkata-kata.
Tokkkk!! Tokk!!! Tok!!!!!!
"Pangerann!!! Putrii!! Anda baik-baik saja?!!" ketukan pintu dan suara yang menggila itu cukup mengejutkan dan berhasil meredupkan jantung Seohyun yang hampir saja meledak. Yonghwa melepaskan tangan Seohyun dengan kasar kemudian berlari membuka pintu. Mungkin orang yang berteriak ini bisa menjawab semua pertanyaannya.
"Pangeran. Apa terjadi sesuatu yang mengganggu Anda?" ucap seorang pria muda berpakaian lengkap layaknya pengawal kerajaan dengan sebuah tongkat besi di tangannya dan sebilah pedang melilit di pinggangnya.
Dibanding pria aneh di depannya, Yonghwa jauh lebih syok melihat pemandangan di balik pintu kamar itu. Mulutnya sampai menganga lebar. Berbagai furniture berbahan emas, karpet merat yang menutupi seluruh lantai, tangga besar, lampu-lampu yang juga besar dan orang-orang berpakaian mirip dengan si pria aneh yang sedang menatapnya khawatir. Tempat ini lebih cocok disebut istana.
"Aku dimana?" hanya itu yang bisa Yonghwa ucapkan.
Penasaran, Seohyun ikut keluar. Dengan reaksi yang hampir sama, dia terlihat syok dan menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Anda sedang di kerajaan," ucap si pria aneh yang sekarang berlutut diikuti semua orang aneh yang juga ikut berlutut.
"Kerajaan? Kerajaan apa?!"
Meski bingung dengan sikap si Pangeran, mereka tetap berlutut dan menundukkan kepala, memberi sikap yang kelewat hormat, "Anda sedang berada di Light Kingdom, Pangeran."
"Apa?! Light apanya? Kingdom apanya?!"
"Berdirilah! Apa kakimu tidak pegal?" sela Seohyun. Sempat-sempatnya dia mengkhawatirkan orang lain.
Serentak mereka semua berdiri, "terimakasih Putri."
"Seseorang tolong jelaskan apa yang terjadi. Kau..." Yonghwa menunjuk si pria aneh yang terlihat seperti ketua geng mereka, "kalian semua boleh pergi kecuali dia."
"Laksanakan!" lagi-lagi dengan kompaknya mereka semua pergi meninggalkan Yonghwa, Seohyun dan si pria aneh yang masih terpaku di depan kamar.
"Apa yang bisa saya lakukan, Pangeran?" tanya si pria aneh.
Yonghwa menggaruk kepalanya, tidak tahu harus memulai darimana, "tolong jelaskan semuanya! Ini dimana? Kau itu siapa? Kenapa aku Pangeran? Dan yang paling aneh kenapa kalian memanggilnya Putri?" Ia menunjuk Seohyun tak senang.
"Nama saya Jungshin, kepala pengawal kerajaan. Ini adalah Light Kingdom. Anda adalah Jung Yonghwa, Pangeran dan pewaris kerajaan. Dan Putri Seohyun adalah istri Anda. Pangeran dan Putri menikah sekitar tiga bulan yang lalu."
Apa?! Seohyun? Putri? Istrinya? Bagaimana mungkin ketiga kata itu dapat digabungkan menjadi satu kesatuan? Yonghwa hampir saja memenggal kepala pria aneh ini dengan pedang yang terlihat menarik itu.
"Benar-benar tidak masuk akal?! Lalu dimana Raja dan Ratu?"
"Yang mulia Raja dan Ratu sedang berlibur panjang, Pangeran. Raja dan Ratu akan kembali enam bulan ke depan, sehingga urusan kerajaan diserahkan seutuhnya kepada Pangeran."
Apa orang aneh ini butuh aqua untuk membersihkan otaknya? Pembicaraan macam apa ini? Mana ada orang berlibur enam bulan. Itu liburan atau kuliah satu semester?
"Kalau begitu dimana handphone ku?"
Jungshin mengerutkan dahinya tanda bingung.
"Handphone, telepon genggam, telepon seluler, apapun itu. Alat komunikasi," kata Yonghwa mencoba menjelaskan sambil tangannya membentuk sebuah kotak.
"Ah... maksud Anda surat, Pangeran? Anda ingin mengirim surat?"
"Hah? Surat?" Jaman apa ini? Apa Antonio Meucci belum lahir? "terserahlah. Mungkin kau terlalu sering menonton historical drama. Begini saja, bagaimana kalau kau mengantarku ke Busan?"
Jungshin lagi-lagi mengerutkan keningnya kemudian menunduk bersalah, "maafkan hamba, Pangeran. Tapi.... apa itu Busan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Fairytale - Yongseo
FanfictionTakdir begitu kejam menjebak Yonghwa dalam situasi yang mengharuskannya selalu bersama gadis kasar, manja dan lemah itu. Yonghwa membencinya, sampai rasanya ingin membunuh. Yonghwa membencinya, iblis bertopeng perempuan yang sukses membuat darahny...