Aniya~

557 48 4
                                    

Pagi itu Yonghwa terbangun dari tidur lelapnya. Matanya menerawang menatap langit-langit kamar yang kelewat tinggi itu. Beberapa hari di tempat ini mulai membuatnya terbiasa. Ia mencari keberadaan gadis itu, bukan karena perhatian apalagi rindu, dia cuman penasaran. Gadis itu terlihat baru saja keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat sedikit pucat. Belum sampai lima langkah dia masuk kembali ke dalam kamar mandi. Yonghwa melanjutkan tidurnya, terlalu malas untuk bertanya.

Kedua kalinya Yonghwa terbangun, ia kembali melakukan aktivitas yang sama. Bedanya, meski sudah menunggu beberapa lama, ia tak kunjung melihat gadis itu. Tidak bahkan di kamar mandi. Dengan langkah gontai ia bergegas mandi dan keluar dari kamar. Aneh sekali. Ruangan besar ini jadi terasa sepi tanpa kehadiran si gadis berisik. Ia berjalan menuju dapur, menyapa setiap orang yang dia temui.

"Selamat pagi, Pangeran. Apakah saya sudah bisa menyiapkan sarapan sekarang?" ujar si kepala pelayan sembari menunduk.

"Ah... iya pagi. Nanti saja," jawab Yonghwa. Ada yang aneh dengan suasana ini. Kenapa gadis itu seolah-olah menghilang? Apa dia kabur? Yonghwa celangak-celinguk mencari, "apa kau melihat Seohyun?"

"Putri sedang berada di halaman belakang bersama beberapa pelayan dan kepala pengawal."

"Untuk apa?" tanya Yonghwa bingung.

"Mari saya antar," tawar si kepala pelayan. Awalnya Yonghwa gengsi, tapi dia takut tersesat. Biar bagaimanapun tempat ini masih terasa asing.

Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang dan berakhiran di sebuah pintu kaca besar akhirnya Yonghwa menghirup udara segar yang berasal dari alam. Halaman belakang yang besar dan penuh dengan pepohonan hijau serta beranekawarna bunga menjadi pemandangan yang indah. Yonghwa tak bisa mengendalikan mulutnya untuk terus berdecak kagum. Siapapun designernya pastilah sangat jenius dan berselera tinggi.

Setelah memberi ijin si kepala pelayan untuk pergi, ia menyusuri halaman. Yonghwa sempat lupa tujuan sebenarnya sampai ia melihat Seohyun. Gadis itu terlihat sedang berjongkok dengan topi lebar dan berbagai macam perlengkapan bercocok tanam lainnya. Beberapa pelayan ikut berjongkok dan membantu apapun yang sedang dilakukan Seohyun saat ini. Yonghwa berjalan mendekati mereka.

"Sedang apa kalian pagi-pagi begini?" tanya Yonghwa.

Seohyun menengadahkan kepalanya mencari si sumber suara. Begitu melihat Yonghwa dia tersenyum sinis, "selamat pagi menjelang siang.... yong-yong."

Yonghwa hampir saja lepas kendali dan berniat memaki Seohyun, kalau saja tidak ada oranglain saat itu.

"Baru bangun?" tanya Seohyun yang terdengar seperti sindiran.

"Ya... begitulah," jawab Yonghwa berusaha untuk tetap tenang, "sedang apa?"

"Menanam ubi," jawab Seohyun cuek lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

Yonghwa menatap gadis itu keheranan. Kenapa gadis manja seperti dia mau repot-repot memegang tanah dan melakukan hal bodoh lainnya hanya untuk ubi?

"Tidak berniat membantu?" tanya Seohyun pada Yonghwa yang sedari tadi hanya diam mematung.

"Tidak, terimakasih."

Seohyun menatapnya sinis. Malah matahari semakin unjuk diri. Panas-panas begini enaknya memaki orang. Seohyun mencoba tidak memperdulikan Yonghwa. Sudah sekitar dua jam dia berjongkok dan menanam ubi.

Sejak insiden makan malam kemarin, para pelayan berinisiatif untuk menanam ubi sendiri di halaman belakang kerajaan. Hal ini tentu saja disambut baik oleh Seohyun. Malah dia bersikeras turun langsung untuk bercocok tanam.

Tiba-tiba Seohyun merasa kelelahan. Keringatnya semakin banyak dan kepalanya terasa pusing. Wajahnya pucat pasi seperti mayat. Dia melap keringatnya dan mencoba untuk tetap tegar.

"Ada apa, Putri?" tanya Jungshin.

"Ah... tidak. Mungkin hanya karena cuacanya panas."

"Apa mau saya ambilkan payung dan minuman segar?"

"Tidak... tidak.... terimakasih."

Semua orang menatapnya cemas, kecuali Yonghwa tentunya. Yonghwa beranggapan dia hanyalah gadis lemah yang sedang berpura-pura kuat.

"Putri, kita bisa melanjutkannya nanti sore. Putri terlihat sangat lelah," ujar salah satu pelayan.

Seohyun mencoba menggerakkan bibirnya, ingin mengucapkan bahwa ia baik-baik saja. Tapi kemudian dunia terasa gelap.

Brukk....

Suara bisik-bisik membangunkan Seohyun. Entah sudah berapa lama ia pingsan. Sekarang ia sudah berada di kamarnya bersama orang-orang yang menatapnya khawatir.

"Putri, Anda sudah sadar?" tanya Jungshin.

"Apa yang Anda rasakan saat ini?" tanya seorang pria muda ganteng di sampingnya.

"Siapa?"

"Saya dr. Sehun, dokter pribadi kerajaan. Boleh kah saya memeriksa Anda?"

Seohyun mengangguk. Setelah melakukan anamnesis yang cukup panjang dan sederet pemeriksaan lainnya yang Seohyun juga kurang mengerti, dokter itu kemudian tersenyum menggoda.

"Wahh... Pangeran," ia menunduk senang kepada si Pangeran yang sedari tadi tidak menunjukkan ekspresi apapun, "selamat, ya! Sebentar lagi Anda akan menjadi seorang Ayah."

Jlebbb... Tiba-tiba suasana hening.

"A... Ayah? Apa itu Ayah?" tanya Yonghwa kalut.

Sehun terkekeh kecil, "Putri sedang mengandung calon penerus kerajaan ini setelah Anda, Pangeran."

Semua orang tampak gembira dan terharu. Beberapa bahkan bertepuk tangan.

"Hah? Maksudmu dia hamil? Kenapa dia bisa hamil?" tunjuk Yonghwa persis ke arah perut Seohyun yang juga tampak syok.

Lagi-lagi dokter itu terkekeh kecil, "tentu saja hal itu sangat wajar, Pangeran. Ketika sepasang suami istri yang saling mencintai berhubungan mereka akan menghasilkan bayi-bayi lucu."

Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan Yonghwa kepada dokter yang tampaknya tak waras ini. Pertama, mereka bukanlah sepasang suami istri. Kedua, mereka tidak saling mencintai. Ketiga...

"Tidak mungkin!!! Sumpah! Aku tidak percaya! Itu bukan spermaku!!"

👑👑

NOTE:
Hai... hai... terimakasih ya untuk semua yang sudah mengikuti cerita ini. Mohon support nya 😄😄

Btw, adakah dari kalian yang berencana nonton konser CNBLUE tanggal 15 Juli nanti? Hehehehehe

Fairytale - YongseoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang