Degupan jantung kedua insan yang sedang berhadap-hadapan mengalahkan suara musik dari dalam ruangan. Apalagi setelah Yonghwa menyatakan bahwa ia cemburu. Maksudnya, kenapa juga Yonghwa harus cemburu? Pernikahan ini kan di luar kehendak mereka.
"Coba kau ulangi sekali lagi pernyataanmu," ucap Seohyun memastiskan kupingnya masih berfungsi dengan baik.
"Tidak. Aku tadi hanya ngasal," jawab Yonghwa yang juga tak mengerti mengapa dia mengucapkan kata tersebut.
"Kenapa kau harus cemburu? Kau menyukaiku?"
What? Yonghwa merasa seperti ada anak panah yang menembus jantungnya. Pertanyaan Seohyun benar-benar membuatnya mati kutu.
"Apa? Mana mungkin. Ya! Kau ini bodoh atau apa?!"
"Aku memang bodoh. Kan kau sendiri tadi yang bilang, 'aku cemburu bodoh' begitukan?" kata Seohyun sambil menirukan gaya bicara Yonghwa sebelumnya. Dia sengaja menekankan kata bodoh dengan sangat jelas dan keras.
"Aku tidak mengatakan itu. Kau salah dengar!"
"Oh ya? Kau pikir aku tuli? Bagaimana mugkin aku salah dengar? Disini sangat hening dan hanya ada kita berdua. Sudahlah! Akui saja!"
Karena tertangkap basah, Yonghwa jadi gila sendiri. Ingin rasanya dia memaki sesuatu sebagai pelampiasan.
"Kau! Kau pikir apa yang hebat darimu sehingga aku harus menyukaimu? Aku paling benci perempuan sepertimu! Cengeng, lemah dan hanya mengandalkan tampang! Jadi berhentilah mengada-ngada!"
Seohyun yang awalnya bermaksud bercanda, tidak menyangka Yonghwa akan mengeluarkan isi hatinya. Dia cuman bisa tersenyum pahit, "jadi begitu? Kau memang benar-benar membenciku?"
"Ya! Tentu saja!" biarlah. Yonghwa sudah terlanjur berbohong di awal. Tidak ada salahnya berbohong sedikit lebih lama lagi.
"Kenapa? Aku tidak pernah menyakitimu?"
"Itu..."
Seohyun mengepal kedua tangannya, "kenapa semua yang kulakukan selalu salah? Dulu, waktu di bangku sekolah aku ramah kepada semua orang, tapi mereka menjelek-jelekkanku dari belakang. Mengatakan aku ini gadis sok polos yang sebenarnya bermuka dua. Kemudian aku mengikuti keinginan mereka, aku memilih untuk hidup sendirian. Tapi lagi-lagi mereka mengataiku sombong dan tidak mau bergaul hanya karena aku kaya dan cantik. Lalu aku kembali membuka diri, mencoba membuat pertemanan dengan orang-orang, tapi kemudian mereka memakiku dengan alasan sudah merebut pria-pria mereka, padahal aku tidak pernah sekalipun menerima pernyataan cinta pria manapun. Aku hanya mencoba bergaul. Apa salahku punya wajah dan tubuh seperti ini?"
Tak kuat, perlahan-lahan Seohyun mulai terisak. Dia tak sadar sudah menumpahkan seluruh isi hatinya selama ini kepada pria di depannya, "aku makan banyak dibilang suka menghambur-hamburkan uang, aku makan sedikit dibilang pelit dan sok diet. Aku harus bagaimana lagi agar kehidupanku tidak menjadi pusat perhatian orang-orang?"
"Aku masuk universitas ternama pun dituduh karena membayar lebih atasan, padahal itu semua karena aku berusaha mati-matian. Mereka tidak tahu aku belajar sangat keras agar tidak selamanya dicap gadis bermodal tampang dan tubuh. Dan sekarang, aku merubah diriku lagi agar bisa diterima orang-orang, aku mencoba lebih kuat, aku berkata kasar ke semua orang, apa kau pikir aku tidak tersiksa melakukannya? Setiap malam aku berdoa meminta ampun kepada Tuhan karena semua sikap dan perkataan yang kusadari sudah banyak menyakiti orang. Tapi aku harus bagaimana lagi agar diakui?"
"Hanya dengan begini agar pria-pria bermata keranjang enggan mendekatiku. Agar mereka tak hanya menyukai tampangku. Tapi ujung-ujungnya aku terkenal sebegai mahasiswi paling tak sopan sekampus. Apalagi mereka selalu menbanding-bandingkanku dengan Yoona dan juga Yuri. Aku harus bagaimana Yonghwa? Apa yang harus kulakukan agar kau tidak membenciku?"
Yonghwa merutuki ketololannya. Kenapa dia dengan seenak jidat menilai seseorang tanpa mencaritahu latar belakangnya terlebih dahulu? Bagaimana ini? Sekarang Seohyun sudah menangis. Dan melihat air mata Seohyun membuat Yonghwa ingin bunuh diri detik ini juga.
"Kupikir kau sudah mulai bisa menerima kekuranganku. Aku berusaha bersikap lembut, tapi setiap kali aku berbasa-basi dengan menanyai bagaimana tidurmu kau selalu memarahiku, mencemoh dan mengganggap aku hanya sedang berpura-pura. Aku senang berada disini. Jauh dari semua perkataan-perkataan buruk orang tentangku. Tapi ternyata perasaanku hanya sepihak. Apa kau muak hanya dengan melihatku? Apa kau sebegitu ingin kembalinya karena tak tahan hidup denganku?"
"Seohyun..." akhirnya Yonghwa berbicara karena sudah tidak tahan lagi dengan semua perasaan bersalahnya, "maaf. Aku tidak tau kau mengalami itu semua. Sumpah demi apapun juga. Aku ini tolol sekali. Maaf. Perkataan dan sikapku selama ini pasti sangat menyakitimu. Kumohon berhentilah menangis. Aku tidak bisa," Yonghwa menyentuh pipi Seohyun dan mengusapnya lembut bermaksud menghapus air mata Seohyun yang ntah sejak kapan sudah memenuhi hampir seluruh wajahnya, "sudah cukup, aku sudah mengerti yang ingin kau sampaikan," "
"Yonghwa. Tolong jelaskan kenapa mereka sejahat itu padaku?" Seohyun menyentuh kedua tangan Yonghwa yang masih bertengger dipipinya.
Karena kau terlalu cantik. Batin Yonghwa dalam hati.
"Aku juga tidak mengerti. Tapi memang begitulah sifat manusia. Memaki sebagai satu-satunya jalan keluar karena tidak bisa memiliki apa yang dimiliki orang tersebut. Kau sudah melakukan yang terbaik. Jadi mulai sekarang jadilah dirimu sendiri dan jangan dengarkan perkataan mereka lagi. Paham?"
Seohyun menggangguk-angguk. Dia tak menyangka bisa senyaman ini bersama Yonghwa. Ya Tuhan, demi apapun, perasaannya terhadap pria ini bertambah berlipat-lipat ganda.
Sebagai penutup, sebelum mereka kembali ke dalam, Yonghwa memeluk tubuh Seohyun. Menyandarkan kepala Seohyun di belakang bahunya. Lalu, mengusap-usap rambut panjang Seohyun. Meski dia tak mengucapkan sepatah katapun, Seohyun mengerti Yonghwa sedang mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja dengan sederet permintaan maaf lainnya.
Tak lama kemudian mereka memutuskan untuk segera kembali ke kerajaan. Seperti malam sebelumnya, Yonghwa langsung mengambil tempat di sofa dan tanpa bertanya juga, Seohyun langsung berbaring di kasur. Semenjak insiden kemarin Seohyun jadi punya hobby baru, menatap punggung Yonghwa meski dia tidak tau sudah tertidur atau belum.
"Yonghwa..." panggil Seohyun, "terimakasih sudah menjadi orang pertama yang mau mencoba mengerti ceritaku. Terimakasih, karena kau tidak tertarik dengan wajahku. Terimakasih, karena menjadi pria pertama yang terang-terangan menyatakan kebenciaan kepadaku. Kalau kupikir-pikir lebih jauh, rasanya yang selalu kuterima hanyalah pernyataan cinta, bunga, surat dan berbagai rayuan lainnya. Kau ini memang berbeda sekali..."
"Maaf, aku mungkin egois, tapi kalau memang pengalaman kita sekarang hanyalah mimpi, aku berharap selamanya akan tetap seperti ini," lanjutnya, karena sadar Yonghwa tidak akan mungkin menyahut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fairytale - Yongseo
Hayran KurguTakdir begitu kejam menjebak Yonghwa dalam situasi yang mengharuskannya selalu bersama gadis kasar, manja dan lemah itu. Yonghwa membencinya, sampai rasanya ingin membunuh. Yonghwa membencinya, iblis bertopeng perempuan yang sukses membuat darahny...