"Hyung yakin? Aku tidak menyangkanya."
"Aku pun sama, tapi itu yang sudah terjadi apa boleh buat."
Kini, Hoseok dan Yoongi tengah bersantai di ruang tengah tempat biasa mereka berkumpul. Dengan segelas teh hangat di depan Hoseok dan sebuah jus kotakan di tangan Yoongi. Mereka memutuskan untuk pergi ke luar kamar, menghindari resiko kalau Jimin akan bangun dari tidur nyenyaknya. Jadilah mereka duduk di sini dengan Hoseok yang begitu seksama mendengarkan penjelasan Yoongi.
"Sepertinya traumanya begitu buruk."
"Ya, efeknya mengerikan."
Hoseok diam sebentar, otaknya berpikir, pertanyaan apa yang sekiranya bisa ia keluarkan.
"Oh iya, Hyung. Apa hubungannya trauma Jimin dengan ayahnya Taehyung?"
Nah, keluar juga pertanyaannya. Yoongi pun dibuat berpikir sebentar sembari mencoba mengingat apa saja hal yang sempat Taehyung utarakan saat mereka tengah berdiskusi dengan Tuan Kim.
"Well, seperti yang sudah kujelaskan. Taehyung dan Jimin adalah teman sejak kecil, mereka bertemu di Busan saat usia keduanya baru menginjak enam tahun. Aku tidak tau bagaimana cerita lengkapnya, yang pasti Taehyung bilang kalau Jimin pernah melihat Taehyung dipukuli oleh ayahnya dan ia pun juga nyaris disakiti olehnya. Hal itu begitu menakuti Jimin sehingga menjadi luka yang begitu membekas dalam ingatannya."
"Intinya, Jimin jadi begini karena ayah Taehyung yang tidak waras. Itu bahasa Taehyung, aku tidak bisa sembarangan mengatakan orang itu gila atau tidak. Taehyung bilang, ayahnya itu gila. Ia seperti psikopat gila yang terlalu mencintai istrinya."
Hoseok mengernyit, sedikit bingung dengan penjelasan Yoongi barusan.
"Hyung, kalau memang ayahnya itu mencintai istrinya, kenapa ia menyakiti Kim Tae?"
"Kau tau keadaan di mana seseorang terlalu mencintai sesuatu sehingga takut kehilangan? Pintar memainkan situasi dan membolak-balikan fakta serta mengkambinghitamkan seseorang?"
"Itu bukan sepenuhnya psikopat, tapi Ayahnya Taehyung benar-benar mirip dengan gejala itu."
"Kenapa Taehyung bisa berasumsi begitu?"
"Karena, Taehyung tau. Demi apapun itu, ayahnya akan selalu menjunjung tinggi keberadaan ibunya, ia akan melakukan apapun demi istrinya, sekalipun itu berarti Taehyung harus mati."
.
.
"Taehyung!"
Tidak ada jawaban? Mungkin harus kuketuk sekali lagi.
"Taehyung! Halo, kau ada di dalam? Aku boleh masuk tidak?"
"Ibuku pergi ke tempat nenek sebentar, ia bilang aku boleh bermain di sini. Taehyung, apa kau ada di dalam? Halo?"
Masih tidak ada jawaban. Apa aku pergi saja ya? Taehyung mungkin sedang ke luar dengan ayahnya. Tapi, kenapa ada dua sepatu di sini? Atau mungkin ia sedang tidur?
Ah, seandainya aku tau kalau begini jadinya mending ikut ibu saja tadi, huh. Baiklah, sepertinya aku harus pulang sekarang. Sia-sia sudah rencana bermainku dengan Taehyung.
BRAK!
Eh? Apa itu?
"Hei---"
"Diam."
"Akh---"
I-itu apa?
Aku terdiam sebentar. Suara itu... suara itu berasal dari dalam kan, ya?
![](https://img.wattpad.com/cover/109658764-288-k850724.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Meets What : You Never Walk Alone
Fanfiction[BTS Fanfiction : 1 of 2] Mereka dipertemukan oleh takdir yang semula terpisah kini menjadi satu kesatuan utuh. Relasi yang terbangun akhirnya sampai pada kisah gelap dalam hati hingga mereka dipaksa berusaha untuk saling memahami dan membangun pond...