Chapter 33 - Destiny

4.1K 608 71
                                        

Pagi hari tiba. Jam menunjukkan waktu pada pukul tujuh pagi lewat sepuluh menit.

Keadaan kamar yang saat ini Taehyung tempati itu benar-benar sepi. Semuanya masih tertidur akibat terbuai dinginnya Air Conditioner pagi ini. Taehyung pun masih tertidur dengan pulas setelah sadar selama beberapa jam. Ia sadar siang kemarin dan berhasil membuat kawan-kawannya heboh sendiri, menanyainya ini-itu yang hanya bisa ia balasi dengan senyuman lemah. Ia masih belum mampu untuk sekedar berbicara banyak. Tubuhnya masih belum mau mendukung pergerakannya. Namun, ia tetap membuka matanya sampai kawan-kawannya tertidur. Well, walaupun tidak semuanya. Jungkook harus kembali ke kamarnya bersama dengan Yoongi, Hansol kembali ke apartemen yang sudah ia tinggalkan selama seharian penuh sementara Hoseok dan Namjoon harus pulang untuk menjaga Seokjin. Jadi, tinggallah ia bersama dengan Jimin saat ini.

Jimin masih tertidur di sebelah Taehyung dengan posisi tubuh membungkuk dan kepala yang tenggelam di dalam lipatan tangan yang ia tempatkan di atas pinggiran ranjang rumah sakit. Masih terlelap begitu nyenyak, tenggelam di alam bawah sadarnya. Tak menyadari bahwa sosok Taehyung mulai terbangun dari tidurnya. Kedua manik anak itu terbuka perlahan kemudian mengerjap-ngerjap, mendapati putihnya langit-langit sebagai pemandangan pertama hari ini. Ia menatap langit-langit itu lumayan lama, sembari mengumpulkan energinya untuk mengamati hal lain. Maniknya melirik, mendapati sosok Park Jimin yang tengah tertidur dengan surai silvernya. Ujung bibir Taehyung tertarik sedikit, pasti sahabatnya itu kelelahan sekali. Tangan kanan Taehyung pun bergerak menepuk-nepuk pelan surai sang sahabat. Mencoba membuat sosok itu tertidur lebih lama lagi. Taehyung tau, Jimin pasti perlu tidur yang cukup.

Namun, alih-alih menyamankan, tepukan di atas surai itu malah membuat Jimin bergerak bangun tidurnya.

"Uhm..." Ia melenguh.

Taehyung terkesiap, lantas mengangkat tangan untuk menghentikan tepukan. Didapatinyalah sosok Jimin yang kini mendongakkan kepala dan beralih menatapnya. Dengan diri yang dalam keadaan masih setengah sadar, sebuah senyuman Jimin tampilkan untuk Taehyung.

"Hai, selamat pagi." Jimin bergerak merenggangkan tubuhnya perlahan, mencoba mengumpulkan nyawa dengan cara yang lebih baik, "kau bangun pagi sekali, Kim Tae." Kemudian ia beralih lagi menatap sang sahabat dengan wajah yang masih kentara akan baru bangun tidurnya.

Taehyung balas tersenyum sembari menampilkan dua jari yang membentuk peace.

"Kau lapar? Mau makan sesuatu?"

Taehyung pun menggeleng menanggapi. "Tidak," ucapnya pelan dengan suara serak.

Jimin pun berdiri dari duduknya dan bergerak mendatangi jendela yang masih dihalangi tirai putih yang tipis. Disibaknya perlahan tirai tipis itu, membiarkan cahaya matahari pagi masuk ke dalam ruangan. Kemudian dirinya membuka dua daun jendela itu lebar-lebar, ikut membiarkan sejuknya angin pagi untuk mampir ke tempat ini.

"Ah, baiklah." Jimin beralih menuju nakas di sebelah Taehyung, mengambil remote AC kemudian mematikannya.

Tok tok tok!

Bunyi ketukan pun menyambut dari pintu depan. Jimin beringsut, mendatanginya kemudian membuka pintu itu layaknya rumah sendiri. Terlihatlah sosok Jungkook dengan Yoongi yang segar berdiri di hadapannya, membawa dua kotak makanan hangat yang mereka dapat dari kantin rumah sakit.

"Selamat pagi, Jimin-hyung. Apa Tae-hyung sudah bangun?" Jungkook menyapa dengan senyuman khasnya, terlihat begitu semangat sekali hari ini.

Jimin balas tersenyum sembari mempersilahkan mereka masuk. "Baru saja, dia masih ada di sana."

Menimbulkan efek kegirangan dari seorang Jungkook yang buru-buru masuk sembari menyeret tiang imfusnya, serta meninggalkan sosok Yoongi yang mendadak membatu di depan pintu. Jimin yang menyadari pun mengernyitkan kening.

Boys Meets What : You Never Walk AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang