"Kau tahu, saat ini aku sedang tenggelam dalam lautan senyummu yang indah"
**********
"Jadi ... lo masih belum insaf juga melanggar aturan sekolah?"
Cowok yang tadi ditanya, hanya tersenyum samar dengan kepala yang menunduk. Mata elangnya mulai melirik name tag yang terpasang dengan rapi di seragam sekolah cewek di depannya.
Laurel Lilac Alensha. Begitulah nama yang tertera di seragam sekolah cewek itu. Nama yang sudah tidak asing lagi baginya dan bagi semua murid di sekolah ini.
Beberapa menit terlewati dengan tatapan yang sulit diartikan, akhirnya cowok yang menunduk itu mengangkat wajahnya, lalu tersenyum tipis. "Hai," sapanya.
Lila mendengus geli sembari menulis nama cowok itu di dalam buku khusus pelanggar aturan. Tatapan matanya terus tertuju pada buku yang ia pegang, tanpa sadar cowok di depannya terus memperhatikan gerik-geriknya dengan gemas.
"Nggak usah ngeliatin gue kayak gitu, Azril!" sindir Lila, mengangkat wajah.
Azril Laksha Arkan. Orang-orang lebih sering memanggilnya Azril, salah satu siswa pelanggar aturan yang menduduki peringkat bandel kedua setelah Rifki--sahabat Azril.
Bagi Azril semua ini cukup menarik. Benar kata Rifki, sahabatnya itu selalu berkata; 'Di sekolah itu ada tiga tipe murid yang bakal dikenal Guru. Pertama, si teladan dari yang paling teladan. Kedua, si pendiam yang bener-bener malas bergaul. Ketiga, si biang rusuh yang sering bikin Guru ketar-ketir,
'Lo tinggal pilih aja mau masuk tipe yang mana. Tapi, gue saranin lo mending masuk tipe nomor tiga, karena yang itu lebih asik. Lo jadi banyak yang perhatiin, maklum lah cowok kayak kita ini harus berulah dulu biar dapat perhatian dari yang lain.'
"Zril, tanda tangan dulu."
Azril mengerjap kaget, ia langsung menoleh ke asal suara. Sedikit senyuman kecil saat melihat raut muka kesal cewek yang sedang menyodorkan buku untuknya. Azril menerima buku itu, lalu melirik Lila sebentar. "Sorry, La."
Lila cemberut. "Lo kenapa sih hobi banget ngelamun? Nggak di sini, nggak di kelas, lo itu pasti ngelamun. Kenapa sih, Zril?"
"Gak tahu," jawab Azril pendek.
Mendengar jawaban Azril yang seperti mau-mau, tidak-tidak itu Lila langsung saja merebut buku yang berada di tangan Azril. Cewek itu sudah benar-benar kesal, tanpa ba-bi-bu lagi ia langsung pergi dengan kekesalan yang sudah memuncak.
Dasar manusia irit ngomong! Batin Lila kesal.
Lila sudah pergi, sedangkan Azril ingin Lila tetap di sini. Sejak kepergian Lila, Azril tak hentinya menatap tubuh kecil cewek itu sampai benar-benar menghilang dari penglihatannya. Tapi Azril tidak menyadari jika ada sepasang mata lain yang terus menatap dirinya dengan miris.
"Kenapa ngeliatin Sekertaris OSIS aja? Kamu ... suka dia?" bisik seseorang tepat di telinganya.
Seolah suara itu hanya angin lewat, Azril tidak mengindahkan ucapan cewek itu. Ia lebih tertarik dengan pemandangan di depannya daripada menjawab celotehan cewek itu.
"Azril, Lila kayaknya nggak suka deh sama kamu. Masa sama aku dia ramah banget, ko sama kamu jadi jutek gitu ya?" sekali lagi cewek itu berceloteh, berusaha menarik perhatian cowok di sampingnya.
Akhirnya helaan napas lelah keluar dari mulut Azril. Membuat cowok itu memakasakan dirinya untuk menoleh. "Rin, jangan ganggu gue, bisa?"
Senyum yang tadinya mengembang sempurna, perlahan mulai memudar seiring ucapan Azril tadi. Kepala Arin tertunduk. Terlalu sulit untuk bersikap seolah-olah dirinya baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Over (Completed)
Teen Fiction"Semua orang selalu punya luka. Hanya saja cara mereka berbeda dalam menyembunyikannya." •••• Azril Laksha Arkan adalah cowok dengan kelakuan minus yang membuat Lila selalu kesal jika berada di dekatnya. Cowok yang selalu melanggar aturan itu punya...