11. Pilihan atau jalan buntu?

973 56 25
                                    

"Aku sudah serius. Eh ... kamunya hanya bermain-main."

*********


Asap rokok yang Kevin hisap mengepul di udara. Cowok dengan rambut berantakan itu menyender di depan mobilnya sambil tersenyum miring.

Biasanya jika ada hal yang tidak Kevin sukai, ia tidak akan mempedulikan apapun lagi selain memberikan ancaman yang sadis.

Dan sekarang, pikirian itu sedang melintas di kepalnya.

Masih dengan senyum yang sama, Kevin berusaha merogoh handphonenya dengan sebelah tangan yang terbebas dari rokok.

Perlahan, cowok itu mulai mengetikkan beberapa kata di layar persegi miliknya. Dalam diam, Kevin tersenyum puas saat melihat reaksi yang ditunjukan oleh Azril di seberang sana.

"Karena ini ... tentang permainan dan balas dendam." Kevin menghempaskan rokoknya ke atas tanah, lalu menginjaknya dengan kasar. "Dan sekarang, gue bisa tidur dengan nyenyak."

Setelah itu, Kevin kembali masuk ke dalam mobilnya, pergi menjauh dari tempatnya tadi.

Kevin: Gue mau, hari ini lo tinggalin Lila.

Dari ujung sana, terlihat Azril mengepalkan tangannya kuat-kuat. Mencoba menahan amarahnya yang sedang on fire. Helaan napas kini keluar dari mulut Azril, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mata Azril kembali jatuh dalam bola mata indah milik Lila, ia akhirnya tersenyum, "Mau jalan-jalan nggak?" tanya Azril, dengan lembut.

Lila menghapus sisa air matanya, kemudian mengangguk pelan. "Mau. Tapi aku ganti baju dulu, kamu tunggu di sini, bentar."

"Oke," balas Azril sembari mengacak rambut Lila.

Begitu Lila masuk ke dalam rumah, langsung saja Azril mengeluarkan ponselnya. Ia mulai mengetik balasan untuk Kevin, si pria berengsek yang sebentar lagi akan Azril tonjok sampai mampus.

Azril: Dengar, sampai kapanpun gue gak bakal ninggalin Lila, BRENGSEK!

Terkirim dan langsung di baca.

Kevin: Banci kayak lo emang cuma omong doang. Apa harus gue yang turun tangan dan bilang sama Lila kalau selama ini lo cuma mainin perasaan dia doang?.

Azril langsung naik pitam. Amarahnya mulai tersulut dengan sendirinya. Cowok itu tidak lagi membalas pesan dari Kevin, melainkan meneleponnya.

Tepat saat dering ketiga, suara tawa Kevin mulai mengisi pendengran Azril.

"Mau lo apa?" tanya Azril, tanpa basa-basi.

Kevin tertawa renyah, "Mau gue," ia memberi jeda, lalu kembali berbicara. "Cewek lo."

Ada gertakan gigi yang jelas terdengar, sekarang Kevin harus bersiap-siap karena telah membangunkan singa tidur.

"Berengsek! Tengah malam nanti, gue tunggu di tempat biasa."

Dan sambungan langsung Azril akhiri.

Tak lama setelah obrolan Azril dan Kevin lewat telepon, Lila keluar. Cewek itu mengenakan celana overall selutut dengan baju putih polos yang kebesaran, rambutnya ia cepol. Terlihat sangat menggemaskan.

"Lama ya, Zril?" tanya Lila setelah sampai di depan Azril.

Namun yang di tanya hanya tersenyum sambil memperhatikan wajah Lila.

"Azril, ih!" Sentak Lila, kesal.

Melihat Lila menekukkan bibirnya ke bawah, membuat Azril terkekeh geli. Cowok itu kemudian mencubit pipi Lila dengan gemas. "Nggak, ko," balasnya, "Ngeliat kamu malam ini, rasanya pengen banget meluk, terus aku culik deh, biar tiap hari bisa ngeliat kamu terus."

Game Over (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang